Di tengah riuhnya kemajuan zaman, ada benang merah yang menghubungkan tiga elemen yang pada pandangan awal mungkin tidak tampak terkait: lapisan ozon, biodiversitas (keanekaragaman hayati), dan semangat generasi muda.
Pada kanopi biru yang membentang di atas Bumi, ada penjaga tak kasat mata yang memberikan perlindungan dari ancaman yang juga tak nampak. Lapisan ozon di stratosfer memiliki peran krusial dalam menangkal radiasi ultraviolet (UV) matahari yang merusak. Meskipun kehidupan di Bumi tidak akan mungkin ada tanpa sinar matahari, energi berlebih dari matahari bisa menjadi ancaman jika bukan karena lapisan ozon yang dapat menahan sinar UV-B, varian sinar UV berbahaya yang mengganggu keberlanjutan kehidupan.
Indonesia, dengan cakrawala tropis yang eksotis, juga memiliki lapisan ozon yang menjadi benteng pertahanan terhadap dampak merusak ini. Dari puncak gunung, hutan belantara, hingga kedalaman lautan, negara ini adalah gambaran nyata keanekaragaman hayati yang mengagumkan. Faktor geologi, struktur pulau, ekosistem, evolusi, dan pola iklimnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan megabiodiversitas. Dari semua jenis makhluk hidup yang ada di Bumi, Indonesia diketahui memiliki 10 persen spesies tumbuhan berbunga, 80 persen jenis tanaman obat, 15 persen spesies serangga, 12 persen spesies mamalia, 17 persen spesies burung, dan 25 persen jenis ikan. Namun, beberapa peneliti memperkirakan jumlah keanekaragaman hayati yang sudah ditemukan saat ini baru sekitar 10 persen dari total potensi keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.
Biodiversitas bukan hanya tentang keanekaragaman dan keindahan semata. Hutan memberikan kayu, tanaman obat, dan tempat berlindung bagi satwa. Lautan menjadi tempat berlabuh bagi ikan-ikan dan mendukung perekonomian di pesisir. Melalui mata rantai makanan, setiap aspek ini terhubung, dan peran lapisan ozon menjadi tak terpisahkan.
Sayangnya, lapisan ozon dapat menipis karena paparan senyawa-senyawa kimia yang dilepaskan ke atmosfer oleh aktivitas manusia, terutama CFC (chlorofluorocarbon). Senyawa-senyawa ini umumnya ditemukan dalam produk seperti semprotan aerosol, AC, dan lembaran pendingin udara yang usang. Ketika senyawa-senyawa ini mencapai atmosfer, mereka dapat merusak molekul ozon, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan penipisan lapisan ozon di atmosfer.
Dalam keterkaitan yang rumit antara lapisan ozon dan keanekaragaman hayati, perubahan iklim global masuk sebagai aspek yang mengubah berbagai proses yang ada. Pemanasan global mengubah ekosistem dengan intensitas yang mengancam keseimbangan alam. Pada saat yang sama, penipisan lapisan ozon berpotensi memperburuk dampak perubahan iklim.
Pada tahun 1994, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mencanangkan tanggal 16 September setiap tahunnya sebagai Hari Internasional untuk Pelestarian Lapisan Ozon, memperingati penandatanganan “Protokol Montreal tentang Zat yang Merusak Lapisan Ozon” pada tahun 1987. Protokol ini mengatur produksi dan konsumsi hampir 100 bahan kimia buatan manusia yang disebut sebagai bahan perusak ozon.
Tema Hari Internasional Pelestarian Lapisan Ozon 2023 adalah “Protokol Montreal: Memperbaiki Lapisan Ozon dan Mengurangi Perubahan Iklim.”
Informasi terbaru dari Panel Penilaian Ilmiah untuk Protokol Montreal mengonfirmasi bahwa pemulihan lapisan ozon berjalan sesuai rencana dan tingkat ozon diperkirakan akan kembali ke tingkat tahun 1980 sekitar tahun 2066 di atas Antartika. Dengan melarang bahan perusak ozon dan membiarkan lapisan ozon pulih secara perlahan, perjanjian ini melindungi jutaan orang dari kanker kulit dan katarak mata, menjaga ekosistem, dan memperlambat perubahan iklim – karena banyak bahan yang merusak lapisan ozon juga merupakan gas rumah kaca pemicu perubahan iklim.
Namun, pekerjaan dan manfaat dari Protokol Montreal masih jauh dari selesai. Amandemen Kigali terhadap Protokol Montreal bertujuan untuk mengurangi produksi dan konsumsi hidroflurokarbon (HFC), gas yang digunakan untuk pendingin, namun juga merupakan gas rumah kaca. Ratifikasi universal atas Amandemen ini dan implementasinya sangat penting, dengan berbagai alasan. Planet ini semakin panas, sehingga kebutuhan akan pendingin udara di rumah, sekolah, dan tempat kerja semakin meningkat.
Apa saja yang dapat dilaksanakan generasi muda, khususnya melalui media sosial, untuk melindungi lapisan ozon dan keanekaragaman hayati? Ada beberapa ide kreatif yang dapat dikembangkan, antara lain:
- Serial Konten Sains dan Fiksi: Membuat serial konten yang menggabungkan sains dan fiksi. Misalnya, "Petualangan Virtual Keanekaragaman Hayati" dengan pemuda membuat cerita atau video interaktif yang membawa audiens menjelajahi ekosistem berbeda di Indonesia.
- Mini Dokumenter Virtual: Membuat mini dokumenter virtual yang menggabungkan potongan video, animasi, dan narasi tentang lapisan ozon dan keanekaragaman hayati di Indonesia dan mengapa perlindungannya penting.
- Instagram Takeover dengan Ahli Lingkungan: Mengajak ilmuwan untuk mengambil alih akun Instagram dalam periode tertentu dan memberikan wawasan tentang peran lapisan ozon dan keanekaragaman hayati.
- Kampanye Audio atau Podcast: Membuat podcast pendek atau klip audio tentang kisah sukses dalam pelestarian lapisan ozon dan keanekaragaman hayati, diiringi dengan wawancara dengan aktivis atau pakar terkait.
- Kontes Seni Online: Mengadakan kontes seni online tempat pemuda berpartisipasi dengan menggambar, melukis, atau membuat seni lain yang menggambarkan pesan perlindungan lingkungan.
Intinya, kreativitas adalah kunci. Dengan menciptakan konten yang unik dan menarik, generasi muda dapat menarik perhatian lebih banyak orang ke isu-isu penting ini. Selanjutnya, melalui kerja sama lintas ilmu, lintas generasi, dan lintas negara, dengan kerja keras yang tanpa henti, pemuda dapat menjadi jembatan yang menghubungkan lapisan ozon, keanekaragaman hayati, dan masa depan hijau.
Climate Action & Sustainability Practice
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait
Syarat dan ketentuan