Memasuki musim kemarau, warga Kampung Banggae di Kelurahan Bonto Langkasa, Minasatane, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Kembali menjalani parade berjalan melewati pematang sawah menuju sumur yang disebut bujung lempa, secara harfiah berarti: sumur (bujung) yang berdampingan (ma’lempa).
Penamaan sumur itu oleh Daeng Saguni (58), merujuk pada cerita yang dituturkan tetua Kampung Banggae mengenai adanya dua sumur yang berdampingan (ma’lempa). “Ini ada dua sumur yang berdampingan, seperti ma’lempa,” ujarnya menirukan cerita yang didengarkan turun temurun.
Bujung lempa berada di area persawahan warga, berjarak sekitar satu kilo meter dari permukiman. Masih menurut Daeng Saguni, aktivitas warga mengambil air sudah terjadi sejak dekade 1970. Ia mengingat waktu ia masih remaja, warga yang datang bukan hanya dari Banggae, ada juga dari kampung tetangga seperti Japing-Japing, Kalibone, dan kampung-kampung sekitar.
“Dulu itu ramai sekali, seperti pasar kalau musim kemarau,” kenangnya.