






Lepas laut Provinsi Sumatera Barat pernah memiliki ekosistem terumbu karang dengan kondisi terbaik dimana tutupan karang mencapai 76%, yaitu sekitar tahun 1996. Saat itu bisa ditemukan karang berusia ratusan tahun yang berukuran lebih dari 1 meter. Sayangnya kini kondisi jauh berubah, setelah terjadinya pemutihan karang masal pada tahun 1997-1998, 2010, dan 2016.
Akibat pemutihan terumbu karang masal, sekitar 90% karang mati pada tahun 1997. Sejak itu karang di perairan Padang, contohnya di Pulau Pieh dan Pulau Laut mengalami masa adaptasi (suksesi) yang lama. Lamanya waktu suksesi diduga karena beberapa hal, seperti kondisi substrat yang labil dan langkanya indukan.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Populasi Terumbu Karang
Anakan karang banyak yang menempel pada patahan karang mati yang tinggi dan panjang, namun patahan ini mudah berpindah ketika terjadi arus. Sehingga anakan akan stres dan mudah mati. Pemutihan karang menyebabkan langkanya indukan sehingga harus menunggu larva anakan yang terbawa arus dari pulau-pulau lain. Minimal dibutuhkan waktu dua tahun untuk karang dewasa siap melepaskan larva anakan.
Pada kondisi terbaiknya, ekosistem karang Pulau Pieh sempat terkenal dengan ikan kerapu dan napoleon (Chelinus undulatus) yang ketika itu menjadi raja di perairan Sumatera Barat. Sayangnya C. undulatus yang kehilangan sebagian besar rumahnya terus mengalami penurunan populasi dan diambang kepunahan. Aksi konservasi lautpun semakin digiatkan, salah satunya dengan ditetapkannya Pulau Pieh dan Laut sekitarnya sebagai kawasan Wisata Laut dimana konservasi beriringan dengan wisata.
Sumber: Mongabay, coremap, KKJI, insideclimatenews

Leave a Reply
Terkait