Setiap tahunnya seringkali kita peringati segala aneka peringatan untuk mengkampanyekan betapa pentingnya ekosistem hutan bagi berbagai satwa liar. Hari harimau sedunia (Global Tiger Day) salah satunya, dimana hari harimau sedunia ini ditetapkan setiap pada tanggal 29 Juli yang pertama kali digagas di Saint Petersburg Tigger Summit pada tahun 2010. Perayaan tersebut diharapkan dapat meningkatan kepedulian berbagai pihak terhadap usaha konservasi harimau.
Di Indonesia terdapat 3 jenis harimau yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica), harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Dari tiga spesies harimau yang ada di Indonesia tersebut, dua diantaranya telah dinyatakan punah (harimau jawa dan bali), sehingga hanya tersisa satu jenis harimau lagi yaitu harimau sumatera.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup di dunia. Berdasarkan data dari red list IUCN (International Union for Conservation of Nature) bahwa harimau sumatera ini termasuk kedalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered). Itu artinya, bahwa besar kemungkinan harimau sumatera bisa juga punah jika tidak ada tindakan serius dan konsiten dari segala pihak untuk saling bersinergi melestarikannya.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa populasi harimau sumatera tersisa 603 individu, dimana 50 persen dari jumlah tersebut berada di luar kawasan konservasi. Meskipun sudah kita peringati dan kampanyekan untuk menjaga dan melestarikan populasi harimau di alam. Namun itu semua tidaklah terealisasi dengan mudah, sebab selalu ada tantangan dalam setiap tindakan.
Ancaman yang seringkali mengancam populasi harimau sumatera ini di habitatnya adalah tingginya laju deforestasi hutan, pemburuan liar dan perdagangan ilegal. Kondisi terkini, habitat harimau sumatera semakin terancam dengan adanya kebakaran hutan dan lahan yang seringkali terjadi ketika kemarau panjang datang. Hingga Jum’at (13/09) pukul 06:00 WIB data Badan Meteorologi, Klimatologi da Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru mencatat ada 1.319 titik panas di Pulau Sumatera. Titik panas terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Selatan (537), disusul Jambi (440), dan Riau (239) titik.
Mengingat harimau sumatera hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia. Maka dengan adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sumatera dikhawatirkan mengganggu keamanan dan kenyamanan harimau sumatera di habitatnya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dapat mengancam kelangsungan hidup harimau sumatera. Sehingga menjadi kesedihan kita bersama jika kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi di sumatera setiap kemarau panjang. Tidak hanya mengancam kehidupan manusia, kebakaran hutan dan lahan lebih mengancam bagi satwa liar. Bahkan lebih ganas lagi, menjadikan satwa liar mati terbakar (tertawan dalam lingkar api).
Sumber pustaka :
Hari harimau sedunia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Harimau_Sedunia
KLHK: Populasi Harimau Sumatera Tersisa 603 Ekor
https://m.detik.com/news/berita/d-4643337/klhk-populasi-harimau-sumatera-tersisa-603-ekor
LIPI: Karhutla Riau Ancaman Bagi Harimau dan Burung Rangkong
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20190913155718-199-430291/lipi-karhutla-riau-ancaman-bagi-harimau-dan-burung-rangkong
Harimau Sumatera, Kucing Besar Penghuni Hutan Sumatera
https://foresteract.com/harimau-sumatera-kucing-besar-penghuni-hutan-sumatera/
3 Jenis Spesies Harimau yang Ada di Indonesia
https://satwa.foresteract.com/2016/08/3-jenis-spesies-harimau-yang-ada-di-indonesia.html?m=1
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait