Schizostachyum brachycladum bahan atap Lumbung padi Toraja

Schizostachyum brachycladum bahan atap Lumbung padi Toraja
24 April 2015
2031

Di alam, Schizostachyum brachycladum dapat ditemukan di hutan sekunder yang terganggu di Asia Tenggara, dengan ketinggian mencapai 600 m alt, jarang di hutan yang tidak terganggu. Tanaman ini juga sering ditemukan secara spontan atau dinaturalisasikan di sepanjangsisi jalan dan dibudidayakan di desa - desa. Bambu ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah tetapi tumbuh bagus pada tanah lempung berpasir yang drainasenya bagus. Bentuk dengan buluh hijau kebiruan ditemukan pada ketinggian diatas 250 m alt. di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Moluccas.

Buluh Schizostachyum brachycladum secara luas digunakan sebagai atap (Lumbung padi Toraja dan rumah tradisional di Sulawesi), kontainer air, kerajinan tangan, penyangga pisang dan sebagai wadah untuk memasak beras ketan (`lemang``). Penduduk asli di Sarawak biasanya menggunakan buluh Schizostachyum brachycladum untuk beberapa keperluan dan jika tidak bisa diganti dengan bambu yang berdinding tipis; ruas batang digunakan untuk membuat pipa air, untuk megisap tembakau, dekorasi dengan pola pahatan pada relief rendah (`serobok``), juga untuk bermacam-macam wadah pahatan, salah satunya digunakan uintuk menyediakan anggur suci selama festival Gawai (`Garong basket``). Pada mulanya, wanita di Sulawesi Utara, membuat pakaian dari serat ini, setelah mengunyah dan mencuci bagian dalam buluh yang lembut untuk mengekstrak serat. Di Bali dan Toraja (Sulawesi), buluh digunakan selama upacara penguburan. Tunas muda enak dimakan, tetapi agak pahit. Bambu dengan buluh berwarna kuning sering dibudidayakan sebagai tanaman hias. Di Sabah, bambu ini juga diitanam di lereng bukit untuk mencegah longsor.

Merupakan bambu yang berberkas rapat, simpodial. Buluh tegak, tinggi 7-15 m, diameter 7-10 cm, tebal dinding 3-5 mm, hijau,hijau kebiruan atau kuning keemasan biasanya dengan garis-garis hijau yang dangkal; panjang internodus 30-58 cm, halus, biasanya ketika muda tertutup dengan rambut-rambut putih yang menyebar, kemudian menjadi gundul, tanpa primordia akar. Cabang muncul dari nodus pada buluh tengah menuju keatas, pada tiap - tiap nodus dengan 25-30 cabang memipih yang subequal. Pelepah buluh kaku, 12-27 cm x 18-35 cm, panjang persistent, tertutup dengan rambut berwarna coklat menyala hingga coklat, helaian daun triangular dengan ujung meruncing, 4-18 cm x 4-10 cm, tegak, kaku, biasanya gundul, banyak tulang daun, panjang ligula 3 mm, rata, auricle kecil, panjang 10 mm, tinggi 2,5 mm, panjang bristle 4-5 mm. Tunas muda dengan buluh kaku dan helaian daun yang lebar dan keras, tertutup oleh rambut berwarna coklat menyala hingga coklat. Helaian daun melanset, 26-32 cm x 3.5-6 cm, berambut di bagian bawah, diatasnya gundul, ligula pendek, rata; auricle sangat kecil, dengan bristle panjang. Panjang inflorescence 16-30 cm, terdiri atas berkas pseudospikelet 1-3 cm , panjang spikelet 15-25 mm.

 

Referensi:

[prosea]

Tentang Penulis
Admin BW
Biodiversity Warriors

Tinggalkan Balasan

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2020-07-30
Difference:

Tinggalkan Balasan