






Rafflesia arnoldii adalah salah satu tumbuhan paling langka dan menakjubkan yang ditemukan di Indonesia, khususnya di hutan-hutan tropis Pulau Sumatera. Dikenal luas sebagai bunga terbesar di dunia, Rafflesia arnoldii dapat mencapai diameter lebih dari 100 cm dan berat hingga 11 kilogram. Tumbuhan ini termasuk dalam famili Rafflesiaceae dan tergolong sebagai tumbuhan parasit, karena tidak memiliki akar, batang, maupun daun sejati. Tumbuhan ini hidup dengan menumpang pada tanaman inang dari genus Tetrastigma, sejenis tanaman merambat yang masih satu keluarga dengan anggur. Parasitisme Rafflesia terjadi secara internal—hanya bagian bunganya saja yang muncul di luar tanaman inang. Proses pertumbuhannya pun sangat lambat dan rumit. Dari masa infeksi awal hingga munculnya kuncup, dapat memakan waktu berbulan-bulan, bahkan hingga lebih dari satu tahun. Namun, ironi terbesarnya adalah, bunga raksasa ini hanya mekar selama 5 hingga 7 hari sebelum akhirnya membusuk.
Keunikan lainnya terletak pada aroma yang dikeluarkan oleh bunga ini ketika mekar. Rafflesia memancarkan bau busuk menyerupai daging yang membusuk, sehingga sering dijuluki "bunga bangkai". Bau ini bukan tanpa tujuan, ia berguna untuk menarik lalat dan serangga pengurai sebagai penyerbuk alami. Proses penyerbukan sendiri juga sangat rumit karena mengandalkan keberadaan bunga jantan dan betina yang mekar dalam waktu dan tempat yang berdekatan. Habitat alami Rafflesia arnoldii semakin menyempit, terutama di kawasan hutan Sumatera seperti di Provinsi Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Perusakan hutan akibat alih fungsi lahan, perambahan, dan pembukaan kawasan untuk pertanian telah mengancam kelangsungan hidup bunga ini. Selain itu, karena bunga ini sangat sensitif terhadap gangguan lingkungan dan tidak dapat tumbuh sembarangan, maka pelestariannya tidak semudah menanam tumbuhan biasa. Indonesia telah menetapkan Rafflesia arnoldii sebagai salah satu bunga nasional, dengan sebutan Puspa Langka, bersama dua bunga nasional lainnya yaitu Melati Putih dan Anggrek Bulan. Pemerintah melalui kementerian lingkungan hidup serta berbagai LSM lingkungan telah berupaya melakukan konservasi, salah satunya dengan menetapkan kawasan konservasi seperti Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Selain itu, masyarakat lokal juga mulai dilibatkan dalam program ekowisata yang berkelanjutan. Di Bengkulu, misalnya, pengunjung dapat melihat bunga Rafflesia mekar di alam bebas dengan panduan dari warga sekitar. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian, tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat. Melestarikan Rafflesia arnoldii bukan hanya soal menjaga bunga unik ini tetap hidup, tetapi juga bagian dari tanggung jawab kita dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Sebagai simbol keajaiban alam tropis yang tak tertandingi, Rafflesia adalah harta karun biologis yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.


Leave a Reply
Terkait