Potensi Sengon ( Paraserioanthes Falcataria) Sebagai Revegetasi Dan Pemulihan Ekosistem Lahan Bekas Tambang Di Daerah Tropis

Agriculture, Climate Change, Forestry
Potensi Sengon ( Paraserioanthes Falcataria) Sebagai Revegetasi Dan Pemulihan Ekosistem Lahan Bekas Tambang Di Daerah Tropis
3 November 2024
14

I.  PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang

Aktivitas pertambangan telah memberikan dampak signifikan terhadap perubahan ekosistem dan degradasi lingkungan. Di Indonesia, luas lahan yang terdampak aktivitas pertambangan mencapai 626.000 hektar, dengan sekitar 44% berada di Kalimantan (Kementerian ESDM, 2019). Kegiatan pertambangan, khususnya tambang terbuka, mengakibatkan hilangnya vegetasi, perubahan topografi, dan penurunan kualitas tanah yang drastis. Karakteristik tanah bekas tambang umumnya memiliki pH rendah, kandungan logam berat tinggi, struktur tanah yang buruk, dan rendahnya kandungan bahan organik. Urgensi dari upaya pemulihan lahan bekas tambang ini sangat tinggi, terutama di daerah tropis yang sensitif terhadap gangguan lingkungan. Salah satu pendekatan yang dianggap efektif untuk memulihkan lahan bekas tambang adalah revegetasi, yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologis lahan melalui penanaman spesies tanaman yang cepat tumbuh dan adaptif. Revegetasi memiliki beberapa fungsi utama, seperti menstabilkan tanah, meningkatkan kandungan bahan organik, dan membantu pembentukan habitat yang baru bagi flora dan fauna lokal (Hadisiswoyo, 2022). Tanaman yang dipilih untuk revegetasi harus memiliki karakteristik adaptif terhadap lingkungan marginal, mampu memperbaiki kualitas tanah, dan memiliki peran penting dalam siklus nutrisi. Salah satu spesies yang memiliki potensi besar untuk revegetasi adalah Paraserianthes falcataria, atau dikenal dengan sengon, yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi pada berbagai kondisi tanah, termasuk lahan bekas tambang (Munawar & Wiryono, 2014).

Lahan bekas tambang di daerah tropis memiliki karakteristik yang unik namun menantang. Kondisi tanah yang terkikis dan miskin unsur hara membutuhkan spesies tanaman yang tidak hanya mampu tumbuh cepat, tetapi juga dapat memperbaiki kondisi tanah melalui fiksasi nitrogen dan produksi biomassa yang tinggi. Paraserianthes falcataria adalah salah satu tanaman yang dapat memenuhi kriteria tersebut karena memiliki kemampuan fiksasi nitrogen yang tinggi, sehingga dapat memperkaya kandungan nitrogen dalam tanah yang umumnya rendah pada lahan bekas tambang (Chen et al., 2017). Selain itu, tanaman ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan sistem perakaran yang kuat, yang penting untuk mencegah erosi pada tanah yang tidak stabil. Pemulihan lahan bekas tambang dengan spesies ini juga berpotensi meningkatkan biodiversitas karena pohon ini dapat menciptakan mikrohabitat baru yang mendukung spesies flora dan fauna lokal, yang sebelumnya terganggu oleh kegiatan tambang (Rizal & Kissinger, 2020).

Paraserianthes falcataria atau yang dikenal sebagai sengon merupakan salah satu spesies potensial untuk revegetasi lahan bekas tambang di daerah tropis. Krisnawati et al. (2011) menyatakan bahwa P. falcataria memiliki karakteristik pertumbuhan cepat, kemampuan fiksasi nitrogen, dan adaptabilitas tinggi terhadap berbagai kondisi tanah. Spesies ini mampu tumbuh pada tanah dengan pH 4,5-6,5 dan dapat mencapai tinggi 30-45 meter dengan diameter batang hingga 100 cm (Soerianegara & Lemmens, 1993). Di daerah tropis, penggunaan P. falcataria dalam revegetasi lahan bekas tambang menunjukkan hasil yang menjanjikan. Penelitian Mansur (2013) mendemonstrasikan bahwa P. falcataria mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah sebesar 2,5% dan nitrogen total sebesar 0,15% dalam kurun waktu 3 tahun pada lahan bekas tambang batubara di Kalimantan Timur. Selain itu, spesies ini juga berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui sistem perakaran yang ekstensif dan produksi serasah yang tinggi (Nugroho et al., 2018).

Namun, keberhasilan revegetasi dengan Paraserianthes falcataria dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi fisik dan kimia tanah, iklim mikro, serta teknik penanaman yang tepat. Tanah bekas tambang yang umumnya sangat asam atau terkontaminasi oleh logam berat mungkin memerlukan teknik rehabilitasi khusus sebelum penanaman agar Paraserianthes falcataria dapat tumbuh optimal. Berdasarkan kondisi dan tantangan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas Paraserianthes falcataria dalam proses revegetasi lahan bekas tambang di daerah tropis serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Melalui kajian literatur ini, diharapkan dapat diperoleh informasi yang komprehensif mengenai potensi Paraserianthes falcataria sebagai solusi revegetasi pada lahan bekas tambang, memberikan wawasan bagi praktisi, dan menawarkan rekomendasi dalam optimasi pemulihan lahan yang berkelanjutan di wilayah tropis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan pada kajian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana efektivitas Paraserianthes falcataria dalam merevitalisasi dan memulihkan ekosistem lahan bekas tambang di daerah tropis?
  2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan Paraserianthes falcataria dalam revegetasi lahan bekas tambang di daerah tropis?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi Paraserianthes falcataria sebagai spesies revegetasi yang efektif pada lahan bekas tambang di daerah tropis melalui analisis karakteristik, peran ekologis, serta faktor keberhasilannya.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai pemanfaatan Paraserianthes falcataria sebagai tanaman revegetasi, serta memberikan saran untuk optimasi pemulihan lahan bekas tambang di daerah tropis.

 

II.  METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur atau literature review, yang merupakan pendekatan komprehensif untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mensintesis informasi dari berbagai sumber ilmiah yang relevan. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami potensi Paraserianthes falcataria dalam revegetasi dan pemulihan ekosistem lahan bekas tambang di daerah tropis. Melalui analisis literatur yang kritis, penelitian ini berupaya menggambarkan efektivitas, tantangan, dan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan revegetasi menggunakan spesies tersebut.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan sebagai kerangka konseptual dan kerangka berpikir terdiri dari beberapa sumber yaitu :

  1. Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional
    Jurnal-jurnal ilmiah menjadi sumber utama untuk memperoleh informasi terbaru dan hasil penelitian yang relevan terkait penggunaan Paraserianthes falcataria dalam rehabilitasi lahan bekas tambang. Jurnal-jurnal ini meliputi publikasi nasional maupun internasional yang terindeks serta memiliki faktor dampak yang signifikan, seperti Jurnal Sylva Scienteae, Jurnal Natur Indonesia, Sustainability, dan Journal of Ecology and Environment.
  2. Buku Referensi Terkait
    Buku referensi yang relevan dengan topik revegetasi, pemulihan ekosistem, serta karakteristik ekosistem tropis digunakan sebagai landasan teoritis untuk mengidentifikasi konsep dasar dan panduan teknis mengenai revegetasi.
  3. Laporan Penelitian dan Publikasi Resmi
    Selain jurnal dan buku, penelitian ini juga memanfaatkan laporan penelitian dan publikasi resmi dari lembaga-lembaga terkait, seperti Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan, serta laporan dari proyek revegetasi di lahan bekas tambang. Publikasi ini memberikan data kontekstual dan pengalaman lapangan yang dapat mendukung temuan dalam literatur akademis.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian kajian ini terdiri dari :

  1. Pencarian Sistematis di Database Jurnal
    Proses pengumpulan data dilakukan melalui pencarian sistematis di beberapa database jurnal terkemuka seperti ScienceDirect, JSTOR, Google Scholar, dan ProQuest. Kata kunci yang digunakan mencakup “Paraserianthes falcataria”, “revegetasi lahan bekas tambang”, “ekosistem tropis”, serta “rehabilitasi lingkungan tambang”. Strategi pencarian ini dilakukan untuk memastikan cakupan informasi yang lengkap dan sesuai dengan topik penelitian.
  2. Dalam proses pengumpulan data, diterapkan kriteria inklusi dan eksklusi untuk memastikan kualitas dan relevansi data. Artikel yang diikutsertakan dalam kajian ini harus:
    • Relevan dengan topik revegetasi lahan bekas tambang, khususnya yang menggunakan Paraserianthes falcataria,
    • Memiliki metodologi yang jelas serta hasil yang dapat diverifikasi
    • Diterbitkan dalam 15 tahun terakhir untuk memastikan pembaruan informasi

D. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan penulis pada penelitian/kajian ini adalah sebagai berikut :

  1. Sintesis Naratif
    Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara naratif untuk menyatukan temuan-temuan utama dari berbagai studi. Sintesis naratif digunakan untuk menjelaskan bagaimana Paraserianthes falcataria berkontribusi dalam revegetasi dan pemulihan ekosistem pada lahan bekas tambang di daerah tropis. Pendekatan ini bertujuan mengidentifikasi pola, tren, serta implikasi ekologis yang muncul dari penggunaan spesies ini.
  2. Analisis Komparatif Literatur
    Selain sintesis naratif, dilakukan pula analisis komparatif dengan spesies lain yang umum digunakan dalam revegetasi lahan bekas tambang. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Paraserianthes falcataria dibandingkan spesies lainnya, seperti Acacia mangium atau Leucaena leucocephala. Komparasi ini membantu memberikan pandangan yang lebih holistik terhadap potensi dan batasan penggunaan Paraserianthes falcataria di berbagai kondisi lahan bekas tambang di daerah tropis.

 

III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Efektivitas Paraserianthes falcataria dalam Merevitalisasi dan Memulihkan Ekosistem Lahan Bekas Tambang di Daerah Tropis

Paraserianthes falcataria, atau dikenal dengan nama sengon, menunjukkan efektivitas tinggi sebagai spesies pohon untuk revegetasi dan pemulihan ekosistem di lahan bekas tambang tropis. Efektivitas ini terwujud melalui kombinasi karakteristik morfologi, fisiologi, serta adaptabilitas yang baik terhadap kondisi lahan marginal yang umumnya ditemukan di daerah tropis. Lahan bekas tambang cenderung mengalami degradasi serius yang mengakibatkan hilangnya lapisan tanah atas, kesuburan tanah, dan kemampuan tanah untuk mempertahankan kelembapan. Sebagai spesies pionir yang cepat tumbuh, Paraserianthes falcataria mampu mengatasi kondisi ini dengan meningkatkan kualitas tanah dan menciptakan iklim mikro yang kondusif untuk regenerasi spesies tanaman dan organisme lain (Agus et al., 2014).

Dalam  perbaikan kualitas tanah, Paraserianthes falcataria memiliki keunggulan dalam fiksasi nitrogen melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Fiksasi nitrogen ini memperkaya tanah dengan unsur nitrogen esensial yang diperlukan bagi perkembangan vegetasi sekunder, yang biasanya terbatas pada lahan bekas tambang akibat hilangnya bahan organik dan mineral selama proses penambangan. Hasil penelitian Munawar & Wiryono (2014) menunjukkan bahwa keberadaan spesies tanaman yang memiliki kemampuan fiksasi nitrogen seperti sengon berperan penting dalam memperbaiki kandungan hara tanah, sehingga mendukung pertumbuhan vegetasi lanjutan yang pada akhirnya berkontribusi pada stabilitas ekosistem. Biomassa sengon yang melimpah juga membantu dalam penambahan bahan organik melalui serasah daun dan ranting yang terdekomposisi, sehingga meningkatkan kandungan karbon tanah dan memperbaiki kapasitas tanah dalam mempertahankan kelembapan, yang merupakan faktor penting bagi tumbuhan tropis lainnya (Sudarmadji & Hartati, 2023).

Kecepatan pertumbuhan Paraserianthes falcataria memberikan manfaat signifikan dalam pembentukan kanopi, yang mampu mengurangi erosi tanah dan meningkatkan retensi kelembapan melalui penutupan vegetasi yang cepat. Kanopi sengon menciptakan iklim mikro yang menguntungkan, dengan suhu dan kelembapan yang lebih stabil, yang memungkinkan tumbuhnya berbagai spesies tanaman lain. Hal ini sejalan dengan studi Rizal & Kissinger (2020) yang menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan dan kemampuan sengon dalam membentuk biomassa yang signifikan sangat bermanfaat untuk menciptakan lingkungan yang lebih seimbang di area lahan terdegradasi. Selain itu, penutupan lahan oleh kanopi Paraserianthes falcataria mengurangi dampak curah hujan langsung pada permukaan tanah yang gundul, sehingga memperlambat laju erosi dan membantu pemulihan lapisan tanah atas yang sangat kritis bagi keberlanjutan ekosistem.

Sebagai spesies tropis yang beradaptasi baik pada iklim lembap dengan intensitas cahaya tinggi, Paraserianthes falcataria mampu bertahan pada kondisi cuaca yang berubah-ubah dan memiliki toleransi terhadap kekeringan dalam jangka pendek. Adaptabilitas ini menjadi salah satu keunggulan penting ketika sengon ditanam pada lahan bekas tambang yang sering kali memiliki fluktuasi kelembapan dan suhu yang tinggi akibat hilangnya vegetasi alami. Pada wilayah tropis yang memiliki curah hujan tinggi, kemampuan Paraserianthes falcataria untuk memperbaiki struktur tanah melalui sistem perakaran yang kuat juga menguntungkan. Akar yang kuat berfungsi mengikat tanah yang tidak stabil dan meningkatkan stabilitas substrat, sehingga mengurangi risiko erosi dan degradasi lebih lanjut pada lahan pascatambang yang curam atau berbatu (Giweta, 2020). Selain itu, sistem akar yang dalam pada tanaman sengon memungkinkan penyerapan air pada lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga memperbaiki kondisi hidrogeologis tanah yang terdegradasi.

Efektivitas Paraserianthes falcataria juga terlihat dalam kontribusinya pada peningkatan keanekaragaman hayati di lahan bekas tambang. Kanopi sengon yang terbentuk menyediakan habitat yang sesuai bagi berbagai spesies hewan dan mikroorganisme tanah, yang memainkan peran penting dalam pemulihan siklus ekosistem. Hadisiswoyo (2022) menunjukkan bahwa peningkatan keanekaragaman hayati ini tidak hanya berdampak pada pemulihan struktur komunitas tumbuhan tetapi juga pada peningkatan populasi serangga, burung, dan fauna kecil yang kembali ke habitat tersebut. Dengan meningkatnya kehadiran fauna, terjadi pula peningkatan interaksi ekosistem seperti polinasi dan penyebaran benih, yang pada akhirnya mempercepat proses suksesi alami. Secara umum, efektivitas Paraserianthes falcataria sebagai spesies revegetasi pada lahan bekas tambang tidak hanya mencakup pemulihan fisik dan kimia tanah, tetapi juga berkontribusi pada pemulihan ekosistem yang lebih luas dengan memperbaiki habitat, meningkatkan kualitas tanah, dan memperkaya biodiversitas. Dengan keberhasilan tanaman ini dalam meningkatkan unsur hara, mengurangi erosi, dan menciptakan iklim mikro yang mendukung, Paraserianthes falcataria terbukti sebagai solusi efektif untuk pemulihan ekosistem yang mengalami degradasi berat akibat kegiatan tambang, khususnya di daerah tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penggunaan Paraserianthes falcataria dalam Revegetasi Lahan Bekas Tambang di Daerah Tropis

Keberhasilan penggunaan Paraserianthes falcataria dalam revegetasi lahan bekas tambang dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, termasuk kondisi fisik dan kimia tanah, iklim mikro, serta teknik penanaman dan pemeliharaan. Kondisi fisik dan kimia tanah merupakan faktor penting yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan Paraserianthes falcataria pada tahap awal penanaman. Tanah bekas tambang yang sering kali bersifat asam dan mengandung logam berat memerlukan perbaikan atau ameliorasi untuk meminimalkan dampak toksisitas pada tanaman. Sudarmadji & Hartati (2023) menekankan pentingnya pemahaman akan karakteristik kimia tanah pada lahan pascatambang sebagai dasar untuk intervensi rehabilitasi yang efektif. Oleh karena itu, teknik seperti pemberian pupuk organik, mulsa, atau bahan amelioran lain direkomendasikan untuk menyesuaikan pH tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Selain kondisi tanah, iklim mikro di daerah tropis juga memengaruhi keberhasilan revegetasi menggunakan Paraserianthes falcataria. Daerah tropis yang memiliki suhu tinggi, curah hujan, dan kelembapan tinggi mendukung pertumbuhan spesies ini. Namun, variasi iklim yang ekstrem seperti kekeringan musiman atau banjir berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama pada tahap awal. Untuk itu, teknik pengelolaan lahan, seperti pengaturan drainase yang memadai, menjadi penting untuk meminimalkan dampak dari kondisi cuaca ekstrem tersebut. Chen et al. (2017) menyebutkan bahwa kondisi iklim mikro yang optimal dapat mempercepat pertumbuhan vegetasi dan proses rehabilitasi lahan. Maka dari itu, penerapan teknik yang mendukung adaptasi terhadap perubahan iklim mikro perlu diperhatikan dalam setiap tahap revegetasi.

Teknik penanaman dan pemeliharaan juga memainkan peran krusial dalam revegetasi menggunakan Paraserianthes falcataria. Pemilihan jarak tanam yang tepat, penggunaan pupuk yang sesuai, serta pengendalian gulma dan hama secara teratur adalah langkah-langkah penting dalam menjamin keberhasilan revegetasi. Studi yang dilakukan oleh Giweta (2020) menunjukkan bahwa aplikasi teknik mulsa dapat mempercepat dekomposisi bahan organik dan membantu menjaga kelembapan tanah, yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan Paraserianthes falcataria di lahan yang kurang subur. Pengendalian gulma juga perlu diterapkan karena persaingan dengan spesies tanaman lain yang invasif dapat menghambat pertumbuhan tanaman sengon pada tahap awal. Oleh karena itu, pemeliharaan yang intensif pada beberapa tahun pertama penanaman menjadi sangat diperlukan untuk mengurangi hambatan eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan tanaman dalam merevitalisasi lahan bekas tambang. Dalam tinjauan lebih lanjut, keberhasilan penggunaan Paraserianthes falcataria dalam revegetasi juga melibatkan tantangan teknis seperti biaya operasional dan sumber daya manusia yang memadai. Tantangan ini perlu diatasi melalui kerja sama antara pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat lokal, yang dapat berkontribusi dalam pelaksanaan dan pemeliharaan proyek revegetasi. Selain itu, implementasi strategi adaptif dan kolaboratif seperti integrasi tanaman lokal dengan Paraserianthes falcataria atau penerapan teknik agroforestri dapat mengoptimalkan keberhasilan pemulihan lahan bekas tambang dalam jangka panjang (Purba et al., 2023).

 

IV.  KESIMPULAN DAN SARAN 

A. Kesimpulan

Kajian ini menyimpulkan bahwa Paraserianthes falcataria merupakan spesies pohon yang sangat potensial dalam merevitalisasi dan memulihkan ekosistem lahan bekas tambang di daerah tropis. Keunggulannya terutama didasarkan pada kemampuan adaptasi yang baik pada kondisi lahan marginal, kemampuan fiksasi nitrogen melalui simbiosis dengan bakteri, serta tingkat pertumbuhan yang cepat, yang keseluruhannya berkontribusi pada perbaikan kualitas tanah dan peningkatan biodiversitas lokal. Karakteristik morfologi dan fisiologis Paraserianthes falcataria mendukung perannya sebagai agen revegetasi efektif, terutama dalam meningkatkan kandungan bahan organik dan memperbaiki struktur tanah yang terdegradasi. Studi literatur menunjukkan bahwa spesies ini mampu memperbaiki siklus nutrisi tanah dan menyediakan habitat yang sesuai untuk organisme lain, yang pada akhirnya mendorong proses pemulihan ekosistem.

Namun, keberhasilan revegetasi dengan menggunakan Paraserianthes falcataria sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, iklim mikro, serta teknik penanaman dan pemeliharaan yang diterapkan. Tanah bekas tambang yang sering kali bersifat asam dan mengandung logam berat memerlukan perlakuan awal agar mampu mendukung pertumbuhan Paraserianthes falcataria. Selain itu, variabilitas iklim tropis, terutama kondisi ekstrem seperti kekeringan dan curah hujan berlebih, menuntut strategi pengelolaan lahan yang adaptif untuk menjaga keberhasilan revegetasi.Secara keseluruhan, Paraserianthes falcataria menunjukkan potensi besar sebagai spesies utama dalam program revegetasi di lahan bekas tambang daerah tropis. Pemanfaatannya dalam skala yang lebih luas dapat menjadi bagian dari solusi ekologis yang berkelanjutan dalam menghadapi kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang di kawasan tropis.

B. Saran 

Agar efektivitas Paraserianthes falcataria sebagai spesies revegetasi di lahan bekas tambang dapat optimal, perbaikan kondisi tanah awal sangat dianjurkan melalui penambahan bahan amelioran yang dapat menstabilkan pH dan mengurangi kandungan logam berat yang berbahaya. Selain itu, pemeliharaan intensif pada tahap awal, seperti pengendalian gulma dan penyesuaian drainase, penting untuk mendukung pertumbuhan optimal tanaman. Integrasi Paraserianthes falcataria dengan spesies lokal melalui teknik agroforestri juga perlu dipertimbangkan, mengingat pendekatan ini tidak hanya mempercepat pemulihan ekosistem tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kolaborasi multipihak antara pemerintah, perusahaan tambang, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberlanjutan program revegetasi dan memastikan keterlibatan sosial yang lebih luas. Sebagai tindak lanjut, penelitian lebih mendalam mengenai efektivitas jangka panjang Paraserianthes falcataria pada berbagai kondisi lahan bekas tambang perlu dilakukan guna memahami dampaknya terhadap pemulihan ekosistem yang lebih luas dan siklus hidrologi tropis.

 

REFERENSI 

Agus, C., Pradipa, E., Wulandari, D., Supriyo, H. S., Saridi, S., & Herika, D. H. (2014). Peran Revegetasi Terhadap Restorasi Tanah Pada Lahan Rehabilitasi Tambang Batubara Di Daerah Tropika (the Role of Revegetation on the Soil Restoration in Rehabilitation Areas of Tropical Coal Mining). Jurnal Manusia dan Lingkungan21(1), 60-66.

Chen, G., Wang, M., Liu, Z., & Chi, W. (2017). The biogeophysical effects of revegetation around mining areas: A case study of Dongsheng mining areas in Inner Mongolia. Sustainability9(4), 628.

Giweta, M. (2020). Role of litter production and its decomposition, and factors affecting the processes in a tropical forest ecosystem: a review. Journal of Ecology and Environment44(1), 11.

Hadisiswoyo, P. (2022, June). PEMULIHAN EKOSISTEM SEBAGAI SOLUSI MASALAH LINGKUNGAN GLOBAL. In Prosiding Seminar Nasional Biologi, Teknologi dan Kependidikan (Vol. 7, No. 1).

Munawar, A., & Wiryono, W. (2014). Serapan karbon oleh mangium dan sengon berumur empat tahun pada lahan pascatambang yang sudah direklamasi. Jurnal Natur Indonesia16(1), 42-47.

Purba, R., Manalu, R. S., Simamora, T. G., & Harefa, M. S. (2023). Interaksi Organisme Terhadap Perubahan Lingkungan: Studi Kasus Dalam Ekologi Hutan. Jurnal Wilayah, Kota dan Lingkungan Berkelanjutan2(2), 100-108.

Rizal, A., & Kissinger, K. (2020). Analisis keberhasilan revegetasi pasca tambang batubara di pd. baramarta kabupaten banjar provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 3(1), 13-25.

Sudarmadji, T., & Hartati, W. (2023). Keterpulihan ekosistem lahan pasca tambang batubara tertinggal jauh di belakang keberhasilan rehabilitasi lahan. ULIN: Jurnal Hutan Tropis7(1), 1-9.

#kerusakanlingkungan, pertambangan, revegetasi
About Author
Musthofa Fatih

Leave a Reply

2024-11-03
Difference:

Leave a Reply