Populasi kayu Ulin di Kalimantan Timur

Populasi kayu Ulin di Kalimantan Timur
14 June 2015
2486

Populasi kayu Ulin di Kalimantan Timur          

   Indonesia merupakan Negara yang terletak didaerah tropis dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan Negara lainnnya yang ada didunia. Indonesia terletak di antara 6º LU (Lintang Utara) dan 11º LS (Lintang Selatan). Hal tersebut menjadika  Indonesia memiliki iklim tropis yang cukup baik ditinggali oleh berbagai flora dan fauna dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Negara Indonesia terbentang dari sabang sampai merauke dengan tingkat kebudayaan yang beragam.

Kalimantan Timur memiliki luas 211.440 km2, merupakan paro Kalimantan Timur yang luasnya 211.440 km2, Merupakan propinsi terbesar kedua setelah Papua. Luasnya mencakup 11% dari total luas pulau Kalimantan, serta memiliki kawasan hutan yang cukup luas, yaitu 20,62 juta ha. Kawasan hutan yang dihuni oleh beragam flora unik dan menarik ini, semakin terancam keberadaannya dengan adanya berbagai permasalahan seperti kebakaran dan perambahan. Kawasan hutan terluas terdapat di Kabupaten Kutai yaitu 10,72 juta ha atau sekitar 51,99% luas kawasanhutan Kalimantan Timur. Salah satu areal penting di kawasan ini adalah Taman Nasional Kutai yang pernah mengalami kebakaran hebat pada tahun 1983 dan1997/1998.

Taman Nasional Kutai yang terletak di Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang, memiliki luas 198.629 ha, sesuai SK Menhut no. 325/Kpts-II/95 tanggal 29 Juni 1995. Kawasan taman nasional ini terdiri dari daratan, rawa, dan sungai yang kaya akan flora dan fauna. Dari segi fauna, terbukti 11 dari 13 jenis primata Borneo terdapat di kawasan ini, sementara dari segi flora, antara lain terdapat jenis eksotik seperti kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang merupakan kebanggaan masyarakat Kalimantan. Dari segi habitat kawasan ini juga memiliki tipe yang bervariasi mulai dari hutan mangrove, hutan kerangas, hutan hujan dataran rendah, sampai habitat rawa, namun sayangnya kawasan ini mengalami kebakaran berulang kali, karena mengandung batu bara, dan akibat ulah manusia. Kebakaran dan perambahan hutan menyebabkan luas kawasan ini tidak lagi nyata seperti tersebut di atas, namun demikian bukan berarti kawasan TN Kutai sudah tidak menarik lagi, bahkan dengan kejadian tersebut, kawasan ini menjadi sangat menarik untuk dikaji terutama dari segi ekologi dan dinamika populasinya. Tumbuhan kayu komersial seperti ulin sangat layak dan penting untuk dikaji mengingat keberadaannya di habitat alami yang semakin terancam, sementara permintaan pasar terus meningkat. Ulin merupakan salah satu kayu perdagangan dunia yang dilindungi, tumbuh di hutan dataran rendah. Kayu ini memiliki banyak manfaat seperti untuk konstruksi berat, rumah, lantai, tiang listrik/telepon, perkapalan, dan sirap (Kartawinata dan Sastrapradja, 1977). Bahkan disebutkan pula dalam Heyne (1987), bijinya dapat digunakan sebagai obat bengkak. Kayu yang juga dikenal dengan nama kayu besi borneo ini menyebar di kawasan hutan Sumatera bagian selatan dan timur, Bangka-Belitung, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil sekitarnya serta kepulauan Sulu dan Palawan, Filipina. Di Kalimantan Ulin umumnya ditemukan di sepanjang aliran sungai dan sekitar perbukitan, membentuk tegakan murni hutan primer dansekunder, hingga ketinggian 500 m dpl, terutama pada tanah-tanah yang berpasir dan berdrainase baik. Area pertumbuhan ulin di Kalimantan sekarang ini tinggal 40 %. Hal ini karena eksplorasi terhadap kayu ini yang sangat berlebih.

Kayu ulin atau kayu besi ini yang memiliki habitat di daerah Kalimantan Timur ini memiliki banyak kelebihan sehingga banyak dicari oleh banyak orang sebagai kayu yang memiliki kualitas tinggi. Kayu ulin ini memiliki berbagai manfaat yang meliputi manfaat dari segi ekonomi, segi ekologi, dan segi kesehatan. Dari segi ekonomi, banyak masyarakat yang memanfaakan untuk kontruksi bangunan, kerjinan, dan perhiasan sehingga kayu ini menjadi primadona di pasaran. Dari segi ekologi, populasi kayu ini berguna untuk sumber oksigen yang menunjang keberlangsungan hidup bagi mahluk hidup.

Kayu ulin yang dulu mempunyai jumlah yang tinggi sekarang seiring dengan peningkatan kebutuhan manusia maka kayu ini semakin langka dan tidak dapat dipungkiri bahwa suatu saat nanti populasi kayu ini akan punah. Hal ini dimungkinkan karena tingkat pertumbuhan kayu ini untuk menghasilkan kualitas yang baik membutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan tingkat kebutuhan manusia memiliki rentan waktu yang relative cepat, sehingga kecepatan pertumbuhan dengan kecepatan pemanenan akan kayu ini akan menemui titik yang mengkawatirkan.

Selain berpengaruh pada jumlah, kekurangan populasi kayu pada umumnya akan mengganggu keseimbangan ekologi mahluk hidup, sehingga dibutuhkan konservasi terhadap keanekaragaman kayu sebagai upaya penjagaan keseimbangan ekologi pada alam ini.

About Author
gunawan sylva

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related
Article
No items found
2015-06-14
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *