Pengolahan Limbah Tahu di Desa Trimurti Yogyakarta

Pengolahan Limbah Tahu di Desa Trimurti Yogyakarta
23 Juni 2016
4709

PAPER ILMU LINGKUNGAN “ Pengolahan Limbah Tahu di Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul”                        

Disusun Oleh:

Anggun Fitria Agung    14304241038

Nurul Halimah            14304241012

Putri Elfa Nur Izza           14304244008    

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016    

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pencemaran lingkungan merupakan suatu masalah yang banyak terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah limbah industri. Salah satu daerah di Yogyakarta yang memiliki komoditas industri dengan kapasitas cukup besar adalah desa Trimurti, tepatnya di kecamatan Srandakan kabupaten Bantul. Mayoritas penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai pedagang dan industri kecil seperti industri tahu, tempe, serta peternakan. Menurut warga sekitar, sudah turun-temurun warga desa Trimurti bermatapencaharian sebagai wirausaha. Sehingga kelompok kami tidak menemukan adanya kegiatan pertanian dan tanam-menanam dalam keseharian mereka. Dari survei yang kami lakukan pada hari minggu 6 Maret 2016, terdapat sekitar 50 industri tahu yang tersebar di desa ini. Merujuk pada banyaknya industri yang ada di daerah tersebut, dapat diprediksi bahwa limbah yang dihasilkan cukup banyak dari kegiatan masyarakat disana. Limbah dengan kapasitas cukup besar dan pengolahan yang kurang baik akan menimbulkan dampak lingkungan sekitar. Namun, hal ini tidak terjadi di desa Trimurti, Srandakan, Bantul. Lebih dari 95% pengrajin tahu telah menerapkan system pengolahan limbah dengan baik sebelum akhirnya di buang di Sungai Progo. Dan sisanya, adalah para pengrajin tahu yang belum menerapkan system pengolahan limbah dengan baik. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengami perubahan fisika, kimia, dan biologi. Di antara senyawa organik,  protein dan lemaklah yang paling besar dapat mencapi 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Secara umum, konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut yang dapat menyebabkab eutrofikasi. Dari permasalahan diatas, maka kami ingin mengkaji bagaimana cara masyarakat disana mengolah limbah yang ada.

B.     Tujuan

1.      Mengetahui pengolahan limbah tahu di desa Trimurti, Srandakan, Bantul.

2.      Mengetahui dampak limbah tahu bagi lingkungan sekitar.

C.    Manfaat

1.      Mengetahui sistem pengolahan limbah tahu yang baik.

2.      Mengetahui dampak limbah tahu bagi lingkungan sekitar.

3.      Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung berbagai permasalahan lingkungan, khususnya di Desa Trimurti, Srandakan, Bantul.

4.      Mampu berpikir kritis dalam rangka memecahkan masalah lingkungan.

5.      Meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.  

TEMUAN DI LAPANGAN

Berdasarkan hasil observasi, studi dokumen, serta survei dengan metode wawancara pada beberapa warga desa Trimurti diketahui bahwa mayoritas pekerjaan warga adalah pedagang/wiraswasta, industri tahu, dan peternak. Saat ini, terdapat kurang lebih 40 pengrajin tahu yang ada di desa Trimurti. Setiap harinya 25 – 400 kg kedelai diolah di masing-masing pengrajin. Dari data tersebut, dapat di perkirakan jumlah limbah yang akan dihasilkan dari masing-masing pengrajin tahu. Sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan limbah tahu, agar tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Mayoritas masyarakat pengrajin tahu, telah menerapkan system pengolahan limbah sebelum di buang di tempat pembuangan akhir, yakni Sungai Progo. Namun, masih ada sekitar 4% warga yang belum ikut serta dalam pengolahan limbah ini. Biasanya, limbah cair sebagai produk samping dari pembuatan tahu di buang dengan sistem peresapan tanah. Sistem peresapan tanah, berada di pekarangan warga dan bersifat terbuka. Sehingga, bau yang timbul akan mengganggu kenyamanan warga setempat. Kemudian, adanya penampungan limbah cair (system resapan) yang kadangkala tidak mampu menampung volume limbah akan mengakibatkan limbah luber sehingga mencemari pekarangan (tanah), badan jalan, atau selokan daerah setempat. Enggannya beberapa industri menerapkan system pengolahan limbah, karena industri tahu tersebut masih dalam taraf industri kecil. Kurang lebih diperlukan 3 juta rupiah untuk biaya pembuatan system pengolahan limbah. Hal ini dirasa cukup berat untuk industri kecil pembuat tahu. Berbeda halnya dengan sistem pengolahan limbah yang dilakukan sebelum pembuangan akhir. Pada system pengolahan limbah, limbah padat tahu akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan limbah cair, akan dimanfaatkan sebagai biogas. Sehingga, limbah yang potensial ini dapat bermanfaat lebih bagi  masyarakat sekitar serta bersifat ramah lingkungan. Limbah hasil pengolahan selanjutnya akan di buang di Sungai Progo yang terletak di sebelah barat Desa Trimurti. Pengolahan limbah ini, dilakukan oleh masyarakat desa setempat yang tergabung dalam KSM “Ngudi Lestari” yakni suatu wadah pemersatu dan komunikasi pengrajin tahu / tempe di Gunung Saren Kidul, desa Trimurti. Adanya system pengolahan limbah tahu sebagai pembangunan sarana sanitasi, berawal pada tahun 2002 dengan 1 buah IPAL dari DEWATS. Selanjutnya, pada tahun 2003 bertambah 1 IPAL bantuan dari UGM, tahun 2006 jumlah IPAL bertambah 2 dari PPK kecamatan Srandakan, dan saat ini ada 5 total IPAL. IPAL sendiri merupakan sistem pengolah limbah cair tahu yang dilengkapi dengan filter dan mengubah limbah cair tahu menjadi biogas. Setiap IPAL, menampung limbah cair dari 8 atau lebih industri tahu. Biogas yang dihasilkan, selanjutnya disalurkan kerumah warga disekitar IPAL dengan iuran 200 rupiah / masak (5 kg). Uang iuran ini, selanjutnya akan dimasukkan sebagai kas untuk perawatan IPAL. Sebelum adanya pengolahan limbah tahu, masyarakat setempat membuang limbah secara tidak beraturan. Biasanya masyarakat membuang limbah langsung di Sungai, atau membuat daerah resapan di halaman warga. Pembuangan limbah di Sungai tentu saja mencemari Sungai dan dapat mengganggu ekosistem Sungai. Sedangkan pembuangan limbah di halaman warga, akan membuat limbah cair tahu tergenang dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, limbah tergenang ini akan mengundang bibit penyakit. Limbah tergenang dapat mengundang hewan sebaga sumber penyakit, misalnya nyamuk, tikus, kecoa, lalat dan sebagainya. Limbah yang langsung menggunakan resapan tanah, juga rawan pencemaran terhadap sumber air. Terdapat dua macam limbah tahu, yakni limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Limbah cair tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi. Menurut Soedarmo dan Sediaoetama dalam Dhahiyat (1990), di dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram protein, 4,6 gram lemak dan 1,6 gram karbohidrat. Polutan organik yang cukup tinggi tersebut apabila terbuang ke badan air penerima dapat mengakibatkan terganggunya kualitas air dan menurunkan daya dukung lingkungan perairan di sekitar industri tahu. Penurunan daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air, terjadinya alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan menimbulkan bau (Rossiana, 2006) di kutip dari http://repository.unand.ac.id/17022/1/Uji_Toksisitas_Akut_Limbah_Cair_Industri_Tahu.pdf. Dari hasil survei dan observasi, diketahui bahwa mayoritas pengusaha tahu telah menerapkan pengolahan limbah tahu dengan baik sebelum pembuangan ke badan sungai. Pengolahan limbah tahu, dimanfaatkan sebagai biogas. Sehingga, dari pemanfaatan tersebut akan memaksimalkan potensi energi dalam limbah tahu serta mereduksi jumlah limbah terutama limbah organik. Limbah dari industri dihubungkan melalui pipa, untuk selanjutnya dikumpulkan dan diolah menjadi produk biogas. Berdasarkan letak geografi, jarak antara sungai dengan pemukiman warga sekitar 2 Km. Hal ini menjadikan desa Trimurti rawan terhadap pencemaran yang dihasilkan oleh limbah tahu dari pembuangan akhir. Pencemaran yang dikhawatirkan terutama pada kualitas air. Apabila limbah tahu dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, hal ini berpotensi pada perubahan pH. Limbah tahu yang kaya akan bahan organik terutama protein, karbohidrat, dan lemak akan menambah emisi hydrogen dan nitrogen di perairan. Emisi tersebut, dapat mengubah kualitas air dari kadar normal pH 6,5 – 7 menjadi ber pH asam serta kemungkinan terjadinya eutrofikasi perairan. Sedangkan pembuangan limbah di pekarangan warga, dapat menimbulkan bau tidak sedap, mengundang bibit penyakit, pencemaran air, serta pencemaran tanah. Berdasarkan studi dokumen yang diperkuat dengan keterangan warga setempat, tingkat kesehatan warga dalam kondisi baik dan tidak ditemukannya masalah kesehatan akibat kualitas air. Dari informasi tersebut, dapat diperkirakan bahwa limbah tahu yang di buang ke perairan di bawah ambang batas. Sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang berarti.            

PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Lingkungan” mengenai studi kasus pengolahan limbah tahu di desa Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta. Teknik penelitian adalah deskriptif, dengan metode penelitian non eksperimen (observasi, survey dan studi dokumen). Pengambilan data dilakukan pada Hari Minggu, 06 Maret 2016 dan 12 Maret 2016 berupa data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa di desa Trimurti banyak terdapat industri tahu sebagai komoditi ekonomi. Setidaknya terdapat lebih dari 40 pengrajin tahu dikawasan tersebut. Dari jumlah pengusaha tahu yang cukup besar, mampu diperkirakan jumlah limbah industri sebagai produk samping pembuatan tahu. Mayoritas pengrajin tahu di desa Trimurti, telah menerapkan pengolahan limbah serta pemanfaatannya sebagai produk biogas sebelum dibuang di perairan. Proses pengolahan limbah tahu, dibagi menjadi dua yakni limbah tahu padat dan limbah tahu cair. Limbah tahu padat, dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan limbah cair diolah untuk menghasilkan biogas. Proses pengolahan limbah dilakukan oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam KSM “ Ngudi Lestari Lima” dimana terdapat 7 anggota dengan 3 pengurus, dengan ketua Kasmaeni, Sekretaris Suhayanta, Bendahara Ngadino, Seksi konstribusi Mujimin, Seksi logistic Jumidi, dan Seksi tenaga kera yaitu Sahid. KSM tersebut merupakan gabungan dari warga pengrajin tahu yang berbeda RT maupun dusun. KSM “Ngudi Lestari Lima” telah di sahkan dengan Surat Keputusan / SK Lurah Desa Trimurti No. 14/IX/ 2007 pada tanggal 17 September 2007. Sejak berdirinya KSM tersebut, pengolahan limbah menjadi terstruktur dan ramah lingkungan. Sebelum adanya pengolahan limbah, warga seringkali membuang limbah tidak beraturan yang akan merugikan lingkungan. Proses pengolahan limbah tahu sebagai produk biogas, berlangsung pada 5 IPAL di Desa Trimurti. Setiap IPAl terdapat kurang lebih limbah dari 8 pengrajin tahu. Pertama, limbah cair tahu dari masing-masing pengrajin disalurkan melalui pipa untuk di tamping di dalam septictank. Selanjutnya, limbah tahu yang terkumpul akan mengalami beberapa proses filtrasi. Dari hasil proses penyaringan, akan dihasilkan biogas yang selanjutnya di distribusikan pada warga sekitar IPAL. Panjang pipa untuk menyalurkan biogas, sekitar 2,5 km dari IPAL. Setiap penggunaan biogas, warga dikenai iuran 200 rupiah/ masak atau 200 rupiah untuk setiap 5 kg memasak. Uang iuran ini, nantinya akan terkumpul sebagai kas untuk perawatan IPAL. Adapun kendala yang ditemui pada pengolahan limbah tahu adalah sebagian besar pengrajin tahu adalah industry kecil yang secara financial sulit diharapkan untuk berkonstribusi besar. Selain itu, kelemahan pada sistem ini adalah kondisi geografis yang cukup jauh dari Sungai, Sawah, irigasi, maupun badan air lainnya, sehingga pelaksanaan konstruksi pengolahan limbah terbatas pada IPAL dan Digester. Kedua, jarak antar pengrajin yang jauh menuju IPAL sehingga pemipaan menjadi mahal. Ketiga, IPAL belum berfungsi secara optimal karena tidak adanya saluran pembuangan menuju Sungai Progo. Dari pengolahan limbah tahu tersebut, terbentuk produk biogas. Produk biogas yang dihasilkan dari limbah tahu tersebut, selanjutnya dimanfaatkan oleh warga setempat. Biogas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi (http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/pengolahan-limbah-tahu-menjadi-biogas). Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu. Dari hasil survei, diketahui bahwa masih adanya industri skala kecil yang belum menerapkan pengolahan limbah tahu. Ada pula industri yang tengah memanfaatkan limbah tahu menjadi biogas, namun tidak disertai dengan penyaringan. Meski hanya sebagian kecil industri, namun hal ini juga mengkhawatirkan bagi lingkungan. Limbah tahu tanpa proses pengolahan biasanya dibuang langsung ke sungai atau pada penampungan resapan tanah disekitar pemukiman. Hal ini mengakibatkan sanitasi lingkungan menjadi tidak sehat. Sebagai contoh, timbulnya pencemaran udara berupa bau tidak sedap, pencemaran air tanah, pencemaran tanah yang dapat mengurangi tingkat kesuburan akibat pH asam, mengundang bibit penyakit, serta pencemaran sungai yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa limbah tahu memiliki kandungan organik yang tinggi. Bahan organik mengandung nutrisi yang cukup baik untuk pertumbuhan bakteri metanogenik. Adanya bakteri metanogenik di dalam reaktir dapat menyebabkan terjadinya proses metanogenesis yang dapat menghasilkan gas metana. Gas metana yang tidak dimanfaatkan akan menyumbangkan pemanasanglobal(http://pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/teknologi/4506-pengolahan-limbah-cair-tahu-menjadi-biogas-sebagai-bahan-bakaralternatif.html). Sedangkan bahan organik lainnya yang terkandung dalam limbah tahu, akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Limbah organik yang terdapat pada tahu yaitu protein, karbohidrat, dan lemak. Kandungan bahan organik tersebut akan menyumbangkan unsure H dan nitrogen di alam. Hidrogen yang ada di perairan dapat mengubah pH air menjadi asam, serta kandungan nitrogen dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi. pH air yang asam, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan, makhluk hidup perairan, serta penurunan kualitas air yang tidak layak dikonsumsi. Sedangkan eutrofikasi, yakni  proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam jasad air. Hal ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem air tawar maupun marin. Eutrofikasi memberi kesan kepada ekologi dan pengurusan sistem akuatik yang mana selalu disebabkan masuknya nutrient berlebih terutama pada buangan pertanian dan buangan limbah rumah tangga. (Tusseau-Vuilleman, M.H. 2001). Dampak akibat eutrofikasi, yaitu tumbuhnya tumbuhan pada permukaan perairan yang berakibat pada kematian makhluk perairan karena suplai oksigen berkurang. Selain itu, booming alga yang dapat mengakibatkan keracunan, serta terjadi pendangkalan sungai akibat eutrofikasi. Adapun dampak dari tidak dilakukannya penyaringan pada limbah tahu sebelum pembuangan adalah tercemarnya perairan oleh partikel tersuspensi, koloid, bakteri, maupun organism lain. Menurut Sugiharto (2008) Proses filtrasi (penyaringan) merupakan pengolahan limbah cair yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair setelah mengalami proses biologis atau proses fisika kimia (Sugiharto, 2008). Proses filtrasi dapat memperbaiki kualitas air karena adanya pemisahan partikel-partikel tersuspensi dan koloidal, rediksi bakteri dan organisme lain pada pertukaran konstituen kimia yang ada dalam air limbah. Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan penurunan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau dan Fe dikutip dari http://eprints.ums.ac.id/27259/2/04._BAB_I.pdf. Dari hasil observasi, tidak ditemukan adanya eutrofikasi pada perairan (Sungai) setempat yang mengindikasikan adanya pencemaran di perairan. Dari penelitian sebelumnya di kawasan Desa Trimurti diketahui bahwa limbah tahu dibawah ambang batas. Hal ini di dukung dari pengamatan observasi pada Sungai Progo yang tidak menunjukkan adanya euthrofikasi. Namun demikian, masih adanya industri tahu tanpa penerapan pengolahan limbah perlu mendapat perhatian agar nantinya tidak memberi dampak negatif bagi lingkungan setempat.                     PENUTUP A.    Simpulan Pengolahan limbah tahu di desa Trimurti, sebagian besar telah diterapkan serta dengan pemanfaannya sebagai produk biogas. Dari pengolahan limbah tahu menjadi produk biogas, terdapat proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi. Pembuangan limbah tahu tanpa proses pengolahan dapat merugikan lingkungan setempat. Pembuangan limbah tahu pada Sungai dapat menyebabkan euthrofikasi yang akan membahayakan ekosistem perairan. Sedangkan pembuangan limbah tahu dengan sistem resapan tanah, dapat mencemari air tanah, udara (bau yang tidak sedap), tanah, serta dapat mengundang bibit penyakit.  

B.     Saran

1.      Perlunya perhatian khusus agar limbah tahu dapat dimanfaatkan secara maksimal.

2.      Perlunya bantuan dan dorongan bagi industri skala kecil agar dapat menerapkan pengolahan serta pemanfaatan limbah tahu.

3.      Perlunya himbauan terhadap kesadaran masyarakat mengenai dampak limbah tahu  pada  kelestarian lingkungan.

4.      Adanya sistem pengolahan limbah yang murah dan efisien, sehingga dapat dijangkau oleh industry tahu skala kecil.    

 

DAFTAR PUSTAKA Laporan Kegiatan Sanimas. 2007. Sanitasi Oleh Masyarakat SANIMAS http://eprints.ums.ac.id/27259/2/04._BAB_I.pdf. http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/pengolahan-limbah-tahu-menjadi-biogas http://pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/teknologi/4506-pengolahan-limbah-cair-tahu-menjadi-biogas-sebagai-bahan-bakar-alternatif.html http://repository.unand.ac.id/17022/1/Uji_Toksisitas_Akut_Limbah_Cair_Industri_Tahu.pdf.                  

LAMPIRAN   Sungai Progo   Sawah pesisir Sungai Progo   Observasi Pabrik tahu Pak Pujo   Kondisi pabrik tahu Pak Pujo   Tempat pembuangan limbah tahu di pabrik   Penampungan limbah tahu dari pabrik                                                                                                                                                  

Tentang Penulis
Anggun Fitria Agung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2016-06-26
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *