






Pakis Haji, atau dalam bahasa ilmiahnya Cycas revoluta, adalah salah satu tanaman hias yang cukup populer di Indonesia, terutama karena penampilannya yang eksotik dan bernilai tinggi. Tanaman ini sering dianggap sebagai "fosil hidup" karena merupakan salah satu jenis tanaman tertua yang telah ada sejak zaman purba, bahkan sebelum era dinosaurus.
Tanaman ini berasal dari Jepang dan Asia Timur, namun telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Masyarakat Jawa menyebutnya “Pakis Haji” karena sering ditemui di halaman rumah orang-orang yang baru pulang haji sebagai simbol kemuliaan dan penghormatan.
Ciri-ciri dan Morfologi
Pakis Haji memiliki bentuk daun yang menyerupai pohon palem kecil atau pakis, tetapi sejatinya tidak termasuk dalam golongan pakis maupun palem. Daunnya panjang, keras, dan tersusun melingkar di sekitar batang pusat yang kokoh dan berkayu. Warna daunnya hijau gelap, bertekstur kaku dan berkilau, membuatnya terlihat sangat elegan dan tegas.
Tanaman ini tumbuh sangat lambat dan bisa mencapai tinggi hingga dua meter jika dirawat dengan baik selama bertahun-tahun. Batangnya pendek dan tebal, sering kali terlihat seperti bonggol yang keras dan bersisik.
Cycas revoluta bersifat dioecious, artinya ada tanaman jantan dan betina secara terpisah. Tanaman jantan menghasilkan strobilus (struktur seperti kerucut), sementara tanaman betina menghasilkan struktur menyerupai mahkota tempat bakal biji tumbuh.
Nilai Estetika dan Filosofis
Pakis Haji sering digunakan sebagai elemen taman tropis, taman batu, atau taman Jepang karena bentuknya yang artistik dan berkesan kuno. Tanaman ini memberikan nuansa tenang, kokoh, dan berumur panjang, sehingga sering digunakan di area perkantoran, tempat ibadah, hingga taman pribadi.
Dalam budaya Jawa dan beberapa daerah di Indonesia, Pakis Haji sering kali ditanam sebagai simbol status sosial, kematangan spiritual, dan kehormatan. Ia juga dikaitkan dengan filosofi keteguhan dan umur panjang karena bentuk dan pertumbuhannya yang lambat namun kokoh.
Cara Perawatan
Meskipun tampak seperti tanaman mahal dan sulit dirawat, sebenarnya Pakis Haji cukup mudah untuk dipelihara asalkan tahu cara dasarnya:
1. Cahaya Matahari
Pakis Haji menyukai sinar matahari langsung, tetapi juga bisa bertahan di tempat yang agak teduh. Idealnya, tanaman ini mendapat cahaya matahari pagi secara rutin.
2. Media Tanam dan Drainase
Gunakan tanah yang poros dan kaya bahan organik. Pot atau lahan tanam harus memiliki sistem drainase yang baik agar akar tidak membusuk.
3. Penyiraman
Penyiraman cukup dilakukan 2–3 kali seminggu atau saat tanah mulai mengering. Hindari penyiraman berlebihan karena tanaman ini rentan terhadap busuk akar.
4. Pemupukan dan Pemangkasan
Pupuk NPK seimbang bisa diberikan sebulan sekali. Pemangkasan hanya dilakukan jika ada daun yang kering atau rusak.
5. Perbanyakan
Pakis Haji bisa diperbanyak melalui biji atau tunas anakan yang tumbuh di sekitar batang utamanya. Namun, karena pertumbuhannya lambat, butuh kesabaran ekstra.
Pakis Haji bukan sekadar tanaman hias, melainkan simbol sejarah, keindahan klasik, dan kekuatan alam yang abadi. Bagi pencinta taman bergaya tropis atau tradisional, tanaman ini sangat layak untuk dimiliki. Meski tumbuh perlahan, kehadirannya memberikan nilai estetika tinggi dan kesan mendalam yang tak lekang oleh waktu.

Leave a Reply
Terkait