Ada 6 desa yang didampingi YAPEKA untuk peningkatan aktivitas ekonomi, dimana tiap-tiap desa mengembangkan aktivitas ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan maupun potensinya. Keenam desa tersebut adalah Desa Labuhan Ratu 6, Labuhan Ratu 7, Labuhan Ratu 9, Sukorahayu, Brajaluhur, serta Desa Brajayekti, semuanya terletak di lingkaran kawasan penyangga TN Way Kambas yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Lampung Timur.
Sebanyak 3 desa mengolah limbah menjadi kompos, yaitu desa Labuhan Ratu 6, 7 dan 9. Produksi kumulatif dari ketiga desa tersebut hingga siklus produksi ke 5 telah mencapai 100 ton, dengan rata-rata produksi kompos per siklus sebanyak 4 ton. Kompos ini dijual ke sesama anggota kelompok, masyarakat sekitar hingga ke kota terdekat.
Mitra TFCA-Sumatera ini juga menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar mendapatkan nilai tambah produk yang dapat menambah nilai keekonomian dari produk yang dihasilkan. Produk kompos yang dihasilkan didiversifikasi menjadi beberapa jenis, seiring makin meningkatnya keterampilan anggota kelompok dalam mengelola kompos. Pupuk yang dihasilkan dikemas dalam karung-karung besar dan kemasan kecil ukuran 5-10 kg. Pupuk yang dihasilkan juga meningkat kualitasnya, menjadi semakin halus karena menggunakan penghalus pupuk. Selain itu kompos juga dikembangkan dalam bentuk media sekam bakar dan cocopeat untuk media tanah.
Di 3 desa yang lain, yaitu Desa Braja Yekti, Braja Luhur dan Sukorahayu, kegiatan yang dikembangkan adalah usaha pembesaran ikan air tawar. Bibit ikan tawar ditebar dan dibesarkan untuk memperoleh ikan segar yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan disukai oleh masyarakat. Dengan rata-rata 2.000 bibit ikan yang ditebar dalam setiap siklus produksi kemampuan masyarakat dalam mengelola pembesaran ikan cukup menggembirakan. Di Desa Sukorahayu jumlah kumulatif bibit yang dibesarkan telah mencapai 6.000 ekor, sementara di Desa Braja Luhur sampai saat ini tercatat ikan yang dibesarkan telah mencapai 7.200 ekor dan bahkan di desa Braja Yekti saja sebanyak 30.000 ekor ikan telah dibesarkan untuk siap dikonsumsi dan dijual ke pasar.
Dari jumlah tersebut secara total dari ke 3 desa telah terjual hasil ikan seberat hampir 2 ton. Ikan yang dihasilkan dibeli oleh masyarakat desa sendiri serta mampu mengundang tengkulak-tengkulak ikan yang berdatangan ke desa-desa tersebut.
Namun demikian, masyarakat dan mitra pendamping tidak hanya berpuas diri di sini saja. Ikan yang dihasilkan juga diolah lebih lanjut, selain karena untuk mengantisipasi kemampuan daya serap pasar, juga dalam rangka memberi nilai tambah dari produk segar yang dihasilkan. Masyarakat dibimbing cara membuat produk turunan berupa ikan lele asap. Selain itu, disiapkan pula kios untuk penjualan ikan segar di pasar desa Braja Harjosari dan upaya mencari pasar baru di luar daerah.
Jenis usaha lain yang didampingi untuk masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TN Way Kambas ini adalah peternakan ayam. Sampai saat ini telah dibesarkan lebih dari 600 ekor ayam, yang dikembangkan dari day-old chic (DOC) dan dilaporkan sebanyak 445 ekor ayam sudah berhasil terjual. Selain dikonsumsi warga sekitar, kebanyakan ayam tersebut diserap oleh rumah-rumah makan yang berada di wilayah sekitar desa . Pihak Desa Braja Luhur yang menjadi percontohan usaha ayam ini menyambut baik upaya masyarakat bersama mitra dan telah diwacanakan untuk memasukkan program peternakan ayam kampung ke dalam RKP desa.
Sebagai bagian dari strategi yang berkelanjutan, juga sedang dikembangkan suatu platform pemasaran produk masyarakat yang berbasis digital, layaknya e-commerce yang sedang trend saat ini. Peluncuran uji coba pemanfaatan media ini dimulai sejak tanggal 23 Desember 2020 berbarengan dengan penyelenggaraan pameran virtual produk-produk desa penyangga TN Way Kambas yang diselenggarakan oleh TN Way Kambas bersama para mitranya.
Situs yang diberi nama enamart dikembangkan mirip dengan lapak jual beli online yang umum dikenal masyarakat seperti tokopedia, Lazada, Buka Lapak dan sejenisnya. Di dalam situs ini pengakses bisa memilih barang yang ditawarkan, interaksi dengan penjual, melakukan konfirmasi pemesanan hingga memilih beragam cara pembayaran dan perusahaan jasa pengiriman barang.
Walaupun belum sehandal platform belanja online yang selama ini kita kenal, namun upaya masyarakat patut diacungi jempol karena dapat membuka cakrawala baru untuk memperluas pasar dan memberdayakan masyarakat. Pemanfaatan kemajuan teknologi seperti ini oleh masyarakat desa yang tinggal di sekitar taman nasional barangkali merupakan inisiatif pertama yang ada di Lampung dan Sumatera. Bahkan di level nasional, belum banyak yang mengembangkan inisiatif seperti ini karena dibutuhkan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang mumpuni dan berdedikasi. Namun, sepertinya kita harus mengapresiasi apa yang dilakukan masyarakat, karena bukan mustahil di masa mendatang akan banyak bermunculan pusat-pusat ekonomi baru yang berasal dari desa. (Artikel oleh Ali Sofiawan-TFCA Sumatera)
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.