






Apa yang kamu fikirkan jika harus mengolah Archidendron pauciflorum atau kita kenal dengan nama jengkol? Mengolahnya menjadi semur? Keripik? atau menjadi batik?
Pilihan yang terakhir akan terdengar asing, karena jengkol umumnya dimanfaatkan sebagai bahan masakan. Ternyata bagian kulit jengkol yang biasanya terbuang dapat dimanfaatkan juga. Kulit jengkol dapat diolah menjadi pewarna alami, seperi yang dilakukan oleh beberapa pengrajin batik tradisional.
Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memikili buah yang terkenal sebagai kuliner eksotik. Aromanya kadang membuat orang tidak menyukai olahan buah jengkol. Tapi sejak dahulu kulit ari pada buah jengkol sudah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami. Misalnya yang dilakukan oleh pengrajin batik di Ciwaringin, Cirebon.
Kulit ari buah jengkol bertekstur kering dan agak keras, warnanya coklat gelap dan mengkilap. Kulit inilah yang dikumpulkan untuk dijadikan bahan pewarna alami kain batik. Cara pengolahannya sederhana, kulit jengkol yang sudah kering atau terurai direbus. Perbandingannya 1 kilo kulit jengkol direbus dengan 10 liter air. Hasil rebusan ini didiamkan agar warnanya semakin pekat lalu digunakan untuk pewarna.
Pewarna alami dari kulit jengkol ini memberi warna coklat pada kain batik. Pewarna alami memiliki keunikan karena warnanya tidak mencolok. Selain itu pewarna alami lebih ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetik. Pengrajin juga bisa menghemat biaya dan mendapatkan bahan pewarna ini dengan lebih mudah.
Bahan bacaan:
http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/03/kulit-jengkol-pun-jadi-pewarna-batik-ciwaringin
http://www.tzuchi.or.id/ruang-hijau/kreatif-dengan-warna-warna-alami/5
https://id.wikipedia.org/wiki/Jengkol

Leave a Reply
Terkait