Mengenal Cordyceps: Jamur yang Menginfeksi Serangga, tapi Berpotensi sebagai Obat Bagi Manusia

Fungi, Kehutanan, Mikrobiologi
Mengenal Cordyceps: Jamur yang Menginfeksi Serangga, tapi Berpotensi sebagai Obat Bagi Manusia
25 May 2025
52
2

Pernahkah kamu membayangkan jika di dunia yang besar ini terdapat jamur kecil yang punya kemampuan manipulasi next level untuk membajak tubuh serangga dan membuatnya berubah menjadi “zombie”?

Itulah Cordyceps, jamur unik yang terdengar seperti cerita fiksi ilmiah, namun dia benar-benar ada di dunia nyata! Meski terkenal sebagai "pembunuh serangga", jamur ini justru menjadi salah satu bahan obat tradisional yang paling dicari, terutama dalam pengobatan Tiongkok dan Tibet. Lantas apa sebenarnya yang membuat jamur ini begitu istimewa? Yosh! Mari kita kenalan, check it out!

 

Kita mulai dari pertanyaan mendasar tentang… siapa Cordyceps?

Cordyceps berasal dari kerajaan misterius di bumi ini, yaitu Kerajaan Fungi atau Kingdom Fungi. Sebuah kerajaan yang rakyatnya luar biasa banyak berkontribusi dalam membangun kehidupan di darat bahkan semenjak 1 miliar tahun yang lalu.

Cordyceps memiliki askus sebagai struktur tempat spora diproduksi sehingga digolongkan ke dalam Filum Ascomycota. Genus Cordyceps memiliki anggota lebih dari 700 spesies, yang mana 20 spesies di antaranya menginfeksi jamur lain dari genus Elaphomyces, sementara spesies yang tersisa menginfeksi arthropoda (hewan beruas-ruas), terutama ordo Hymenoptera, Hemiptera, Coleoptera, dan Lepidoptera. Karena sifatnya yang menjadi parasitoid bagi arthropoda, Cordyceps dikenal sebagai jamur entomopatogen.

 

Hmm, lalu seperti apa penampakan Jamur Cordyceps?

Cordyceps yang merupakan jamur Arthropoda Patogenik (AP) ini menghasilkan stroma (tubuh buah) berukuran antara 4 hingga 12 cm dan diameter 0,14 hingga 0,4 cm, yang keluar dari tubuh arthropoda yang terinfeksi. Warna stroma bervariasi mulai dari oranye kemerahan hingga cokelat kehitaman, tergantung pada spesiesnya. Adapun tubuh arthropoda yang disusupi miselium jamur tampak kekuningan hingga coklat. Seringkali jamur ini memiliki tangkai buah (stipe) untuk membawa sporanya keluar dari inangnya yang terkubur di tanah atau pohon mati. Pada daerah yang subur, stroma berbentuk seperti gada dan biasanya memiliki spora terminal.

Beberapa contoh arthropoda yang terinfeksi Cordyceps.

 

Bagaimana Cordyceps menginfeksi inangnya?

Cordyceps bergerak dalam senyap tapi pasti ketika menginfeksi inangnya. Inang adalah sebutan untuk organisme yang menjadi "tuan rumah" bagi organisme lain di tubuhnya. Cordyceps menyelinap masuk ke dalam tubuh inang, berkecambah, tumbuh dan berkembang, mengambil alih sistem saraf, hingga membuat inangnya berjalan mencari lokasi yang mendukung penyebaran sporanya – seperti zombie.

Secara umum jamur ini memiliki siklus hidup yang kompleks yaitu tahap infeksi, parasit, dan saprofit sebagaimana berikut ini.

  1. Tahap infeksi. Spora Cordyceps menyebar melalui angin dan air di musim gugur. Spora yang telah berkembang menjadi konidia menempel pada permukaan tubuh, rongga mulut, atau lubang lainnya. Membentuk tabung yang disebut “germ-tubs”, lalu masuk menembus kulit melalui lapisan kutikula dengan bantuan enzim seperti protease dan kinase. Cara lain infeksi terjadi ketika inang menelan makanan yang terkontaminasi miselium Cordyceps.
  2. Tahap parasit. Cordyceps memperoleh nutrisi dari tubuh inang, khususnya dari ususnya. Selama musim dingin, sel-sel jamur berkembang biak dengan cepat di seluruh tubuh inang, memakan semua organ dalamnya kecuali eksoskeleton.
  3. Tahap saprofit. Tahap ini dimulai setelah inangnya mati. Seiring berjalannya waktu, miselium jamur yang telah menguasai tubuh inangnya akan membuat permukaan tubuh inang mengalami perubahan warna. Ketika suhu meningkat di musim semi, endosklerotium jamur mulai tumbuh, menonjol melalui rongga mulut inang. Kemudian menghasilkan askospora, yang dilepaskan ke udara untuk menginfeksi “korban berikutnya”.

 

Meskipun tergolong parasitoid, Cordyceps punya peranan penting bagi kehidupan… apa saja?

Cordyceps mengandung banyak senyawa aktif yang baik bagi kesehatan. Sebagian besar senyawa, terutama cordycepin - 3'deoxyade nosine, telah digunakan dalam etnomedisin tradisional dan modern, untuk pengobatan berbagai penyakit seperti diare, sakit kepala, nyeri otot, dan kanker. Cordyceps juga berperan sebagai agen pengendalian hayati potensial untuk hama serangga, termasuk spesies asing yang invasif. Dengan kata lain, Cordyceps berpotensi dimanfaatkan di bidang pertanian dan konservasi keanekaragaman hayati.

 

Di mana Cordyceps ditemukan?

Cordyceps tersebar secara luas di daerah India, Cina, Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Denmark, Italia, Nepal, dan Buthan. Catatan di Indonesia, telah ditemukan Cordyceps oleh Mariana & Imaningsih (2018) di Hutan Mandiangin Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

 

Pertanyaan menarik, apakah Cordyceps bisa menyerang manusia?

Jamur Cordyceps tidak bisa bertahan hidup dan menyebabkan infeksi pada manusia yang normalnya memiliki suhu tubuh 36,1-37,2oC. Akan tetapi, mengingat adanya perubahan iklim dan suhu yang makin meningkat, bukan tidak mungkin jamur Cordyceps akan mengembangkan strategi bertahan hidup hingga ia bisa bertahan pada suhu hangat atau bahkan suhu tubuh manusia. Tapi tenang, perlu digarisbawahi bahwa evolusi bukanlah proses yang singkat, butuh waktu cukup lama.

Mengetahui fakta tersebut, bukan berarti kita sebagai manusia diam saja. Rakyat dari Kerajaan Fungi sebagaimana Cordyceps dan kawan-kawannya layaknya pedang bermata dua. Beberapa dari mereka mampu menyelamatkan kehidupan manusia, namun sebagian yang lainnya juga berpotensi mengancam. Masih banyak misteri yang belum kita ketahui tentang kerajaan ini.

Catatan tambahan: Analisis filogenetik terkini telah menunjukkan bahwa genus Cordyceps tidak bersifat monofiletik dan sebagian besar spesies sebelumnya dari genus ini sekarang dimasukkan ke dalam Cordyceps, Ophiocordyceps, Metacordyceps, dan Elaphocordyceps.

 

-

Maha Besar Allah dengan segala ciptaan-Nya.

 

Referensi:

Cordyceps in National Center for Biotechnology Information (NCBI). NCBI Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/rhydar accessed via GBIF.org on 2025-05-23.

Dworecka-Kaszak B. (2014). Cordyceps fungi as natural killers, new hopes for medicine and biological control factors. Ann Parasitol, 60(3):151–8.

Mariana, Mariana & Imaningsih, Witiyasti. (2018). Morphological characterization of entomopathogenic fungi in the Mandiangin Banjarbaru forest, South Kalimantan. Jurnal Mikologi Indonesia. 2(1): 39-48.

Rani, T., Kumar, P., Mahala, S. K., Ritika, Kumar, G. and Sharma, A. (2025). The parasitic power of Cordyceps. Vigyan Varta, 6(2):197–200.

Shrestha, Bhushan & Tanaka, Eiji & Mw, Hyun & Jg, Han & Cs, Kim & Jw, Jo & Sk, Han & Sung, Jm & Sung, Gi-Ho. (2017). Cordyceps species parasitizing hymenopteran and hemipteran insects. Mycosphere, 8(9):1424–1442.

Sung, GH, Hywel-Jones, NL, Sung, JM, Luangsa-ard , JJ, Shrestha, B and Spatafora, JW. (2007). Phylogenetic classification of Cordyceps and the clavicipitaceous fungi. Stud Mycol, 57(1): 5–59.

The Last of Us: Apakah jamur Cordyceps bisa membunuh dan mengubah manusia menjadi zombie? Diakses pada 26 Mei 2025, link: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-64414481

Zhang, Y., Li, E., Wang, C., Li, Y., & Liu, X. (2012). Ophiocordyceps sinensis, the flagship fungus of China: terminology, life strategy and ecology. Mycology, 3(1):2–10.

 

Cordyceps, Kingdom Fungi, entomopatogen, zombie
Tentang Penulis
Wakhidatur Rokhmah
BIOLASKA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2025-06-17
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *