Acridotheres tristis atau disebut burung kerak ungu, ia hinggap di atas pohon palem dan membuat daunnya berayun. Sabtu pagi 18 April 2014, burung yang masih sekeluarga dengan jalak itu seperti menyambut para Biodiversity Warriors yang melakukan pengamatan di Kebun Binatang Ragunan. Matahari masih belum tinggi jam hampir menunjuk angka 9 ketika pengamatan dimulai, cuaca cerah di Jakarta Selatan semakin membuat semangat.
Setidaknya ada 15 warriors yang ikut pengamatan satwa liar non-kandang di Ragunan hari itu. Tidak hanya para penggiat keanekaragaman hayati, pekerja, siswa SMA bahkan adik kecil pun ikut menggeledah keanekaragaman hayati salah satu sudut kota Jakarta ini. Menjadi hal yang menyenangkan bisa melihat biota hidup alami bukan di dalam kandang. Selain burung kerak ungu, ada juga burung betet yang rajin berkicau dan bermain di dahan pohon. "Burungnya lucu, ada warna pink-nya" Ujar Safina warriors cilik ketika meneropong burung betet dari lensa binokuler. Masih banyak keanekaragaman hayati yang ditemui di luar kandang, seperti burung raja udang, burung blekok, burung merbah, burung kutilang, burung tekukur, berbagai macam serangga seperti kupu-kupu dan capung serta masih banyak lagi.
Burung kerak ungu (Acridotheres tristis) bertengger pada daun pohon
palem di kawasan kebun binatang Ragunan.
Ruang terbuka hijau seperti di Ragunan ini menjadi rumah bagi biota di antara padatnya gedung di Jakarta. Tentu berbeda rasanya melihat burung yang mengepakan sayap di langit dengan melihat burung di dalam sangkar. Hari ini Safina beruntung masih bisa melihat burung-burung terbang bebas di kota Jakarta, namun apakah masih sama ketika satu tahun kemudian? dua, lima, atau sepuluh tahun kemudian?
Fadhli Sofyan / @BWKEHATI
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait