Pada kegiatan monitoring dan evaluasi program pelestarian orangutan tapanuli di lanskap Batangtoru, selain melakukan monitoring keberadaan orangutan tapanuli, perwakilan Yayasan KEHATI bersama staf OIC juga melakukan kunjungan ke Dusun Parlabian Desa Dolok Saut Kecamatan Simangumbalan Tapanuli Utara. Desa ini merupakan lokasi dari program community development yang dilakukan oleh Orangutan Information Center (OIC). Program ini bertujuan untuk menciptakan desa ramah orangutan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Pemilihan desa untuk program development didasarkan oleh beberapa indikator, seperti lokasi desa yang berdekatan dengan habitat orangutan, ketergantungan pengidupan masyarakat terhadap hutan, dan potensi konflik yang tinggi,” ujar Landscape Manager Batang Toru Abdul Kadir Siregar.
Abdul menambahkan bahwa sangat sulit meminta masyarakat yang sudah secara turun temurun tinggal di sekitar hutan untuk melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap hutan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Program community development harus memastikan bahwa masyarakat dapat menjaga kelestarian hutan yang merupakan habitat orangutan, dan di sisi lain masyarakat dapat memenuhi kehidupannya dengan layak. Selain Desa Dolok Saut, program serupa juga dilakukan di 2 desa lain yaitu Desa Lobu Sihim, dan Desa Dolok Sanggul.
Sebelum team comdev OIC datang, masyarakat Desa Dolok Saut berprofesi sebagai petani padi, jagung dan pisang. Kegiatan bertani dilakukan secara tradisional sehingga hasil yang didapatkan hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Masyarakat tidak memiliki pengetahuan bagaimana meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan menambah variasi jenis tanaman untuk bercocok tanam.
“Sebelum teman-teman dari OIC datang, kami selalu membeli sawi dari desa sebelah. Kami tidak menanam sendiri karena kami kira sawi baru bisa dipanen setelah 1 tahun. Sekarang, setelah diberitahu bisa dipanen setiap 2 bulan, maka kami sekarang menanam sawi dan bisa memasak sayur dari hasil panen kami sendiri,” tutur Ketua Kelompok Perempuan Dolok Saut Masro Panjaitan.
Program comdev yang dilakukan oleh OIC di Desa Dolok Saut antara lain kegiatan agroforestry, pembibitan/nursery, pembuatan pupuk dan pestisida alami. Pada kegiatan agroforestry masyarakat bercocok tanam jengkol, kayu manis, pinang, nanas, terong, nilam, kopi, dan alpukat di lahan seluas 2 ha. Sebagai dampaknya, masyarakat Dolok Saut lebih memiliki kemandirian pangan dengan lebih banyak mengandalkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil panen sendiri dan tidak terlalu bergantung kepada desa tetangga.
Hal ini tampak jelas terlihat ketika staf KEHATI dan OIC berkunjung ke lahan agroforestry yang dikelola masyarakat. Setelah memberikan penjelasan tentang komoditas yang ditanam, masyarakat mengambil beberapa buah papaya dan nanas untuk disantap bersama. “Kami yakin rasanya enak dan lebih sehat karena semua buah-buahan yang kami tanam menggunakan pupuk dan pestisida alami,” ujar salah satu petani.
Dampak positif lainnya yaitu team OIC lebih mudah mengajak masyarakat untuk terlibat dalam menjaga pelestarian hutan yang menjadi habitat orangutan dan hidup berdampingan dengan mereka. Di tengah obrolan santai bersama staf KEHATI dan OIC, salah seorang warga menyatakan bahwa di zaman nenek moyang mereka dahulu, orangutan tapanuli dianggap sebagai Juhut bottar atau perwujudan manusia yang hidup di hutan dan dihormati. “Sekarang interaksi negatif kami malah lebih banyak dengan macaca, dan bukan lagi dengan orangutan,” ujarnya.
Ke depan, masyarakat berharap perwakilan OIC lebih sering melakukan kunjungan dan memberikan pelatihan. Pada beberapa kesempatan, warga sesekali menanyakan terkait pembibitan, pembuatan pupuk kompos, dan hal-hal lain terkait aktivitas pertanian. Pun dengan anak-anak kecil yang sering bercanda dengan tim yang rutin melakukan kunjungan ke desa tersebut.
Kunjungan staf KEHATI dan OIC ditutup dengan makan siang. Di sela-sela diskusi setelah makan siang masyarakat mengutarakan keinginannya agar OIC dapat membimbing mereka untuk melakukan budi daya kopi liberika. Masyarakat mengungkapkan bahwa permintaan jenis kopi liberika akhir-akhir ini semakin meningkat. Mereka berharap program budi daya kopi liberika dapat memberikan tambahan pendapatan.
“Kami berharap program community development dapat menjadi ujung tombak dari terjalinnya hubungan yang harmonis antara masyarakat dan satwa, termasuk orangutan tapanuli. Oleh karena itu kami tetap memerlukan dukungan dari Yayasan KEHATI dan korporasi seperti The Body Shop Indonesia untuk terciptanya kesejahteraan masyarakat dan satwa yang hidup berdampingan,” ujar Project development Director OIC Binur D Naibaho sekaligus menutup sesi diskusi dengan warga.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait