Kukang, Primata yang Berbisa

Kukang, Primata yang Berbisa
1 Agustus 2014
19686

Kukang (Nycticebus Sp.) adalah primata arboreal (hidup di atas pepohonan), bukan di permukaan tanah. Kukang merupakan hewan nokturnal karena kukang memulai aktifitasnya ketika senja hingga menjelang fajar. Sedangkan di siang hari hewan omnivora ini menggunakan waktunya untuk tidur dengan menggulungkan tubuhnya seperti bola. Hewan ini memiliki fisik yang lucu, matanya yang bulat, tubuhnya yang mungil serta warna tubuhnya yang memiliki corak yang khas. Meskipun begitu jangan berniat untuk memelihara kukang. Karena selain memiliki status dilindungi ternyata gigitan kukang dapat menyebabkan alergi serius akibat toxin yang dimilikinya.

Kukang yang dipelihara dalam kandang hasil perjualbelian.

 

Perbedaan antara bisa dan racun

Bisa atau dalam bahasa inggris disebut venom berbeda dengan racun atau poison. Bisa adalah toksin yang diproduksi hewan yang akan diinjeksikan pada musuh atau predator dengan menyengat (seperti lebah) atau dengan menggigit (seperti ular). Sedangkan racun adalah biotoksin yang dihasilkan oleh kelenjar tanpa ada usaha menyengat atau menggigit seperti kelenjar parotid pada kodok. Lalu bagaimana dengan kukang? Berbisa atau beracun?

Kukang merupakan satu-satunya primata yang memiliki bisa. Bisa pada kukang digunakan untuk bertahan hidup di alam, seperti bertahan dari serangan predator, memangsa, atau mempertahankan teritori. Sebenarnya gigitan kukang tidak berbisa, karena toksin tidak berada pada mulut atau gigi kukang. Kukang memproduksi toksin pada brachial gland yaitu kelenjar yang berada di siku tangan bagian dalam. Toksin ini yang akan dimasukan kedalam mulut untuk sebelum kukang melakukan gigitannya yang berbisa.

Ilustrasi brachial glands. Drawing by Helga Schulze (Krane et al., 2003).

 

Anaphylactic shock

Gigitan kukang bisa menyebabkan Anaphylactic shock, yaitu alergi serius yang gejalanya berupa kulit merah, gatal, memiliki bercak, panas, nyeri tenggorokan, syok, kejang otot atau nyeri, tekanan darah sangat rendah, hingga masalah pada jantung, ginjal, pernafasan dan mungkin pingsan. Bahkan beberapa kasus kematian akibat kukang pernah dilaporkan. Selain toksinnya yang berbahaya gigitan kukang juga dapat menularkan penyakit seperti rabies atau bakteri patogen lainnya.

Gigitan kukang mungkin berbahaya bagi manusia. Tapi kukang diciptakan untuk bertahan hidup dengan bisa yang dimilikinya. Kini bukan hanya elang atau ular yang memangsa kukang. Populasinya semakin menurun dan terancam punah akibat perburuan, perdagangan, dan kerusakan hutan. Padahal hewan unik ini hanya ada 5 spesies di dunia dan 3 spesies di antaranya ada di Indonesia. Indonesia tidak cukup dengan bangga memiliki kukang, tapi juga dengan melestarikan kukang sebagai bukti Indonesia adalah negara megabiodiversiity.

 

Referensi:

http://www.primatology.net/
http://www.loris-conservation.org/
http://www.bbc.co.uk/

Tentang Penulis
Admin BW
Biodiversity Warriors

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2020-07-30
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *