KONDISI ARUS MUSIM BARAT DAYA DAN ARUS MUSIM TIMUR LAUT DI UTARA SAMUDERA HINDIA

Aktivitas, Kelautan
KONDISI ARUS MUSIM BARAT DAYA DAN ARUS MUSIM TIMUR LAUT DI UTARA SAMUDERA HINDIA
2 Juli 2024
52

Kondisi oseanografi Indonesia dipengaruhi oleh bebrapa faktor, salah satunya iala letak geografisnya. Menurut Kusumawati (2016), Indonesia secara geografis terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, dan dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Stewart, 2002). Hal ini menyebabkan perairan Indonesia mempunyai tinggi permukaan air yang berbeda, sehingga arus laut dari Samudera Pasifik mengalir ke Samudera Hindia dengan debit air yang sangat besar, lebih dari 15.000.000 m3/s (Djamil, 2006).

Arus laut menurut Sari (2020) merupakan sirkulasi dari pergerakkan massa air laut secara horizontal maupun vertikal dari satu lokasi ke lokasi yang lain untuk mencapai kesetimbangan dan terjadi secara kontinu. Gerakkan air di permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya, dan dipengaruhi juga oleh faktor lain selain angin, antara lain bentuk topografi dasar laut, daratan mengelilingi lautan,  serta gaya Coriolis. Arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin yang memberikan pengaruh terhadap arus permukaan sekitar 2% dari kecepatan air angin itu sendiri (Yani & Ruhimat, 2007). Tetapi karena pengaruh rotasi bumi atau pengaruh gaya Coriolis, arus tidak bergerak searah dengan arah angin tetapi dibelokkan ke arah kanan dari arah angin di belahan bumi Utara dan arah kiri di belahan bumi Selatan (Azis, 2006).

Wilayah Indonesia dikenal 2 jenis angin musim yang memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan arus yaitu angin Musim Barat dan angin Musim Timur (Wyrtki, 1961). Pergerakan angin akan mempengaruhi karakteristik massa air di laut, salah satunya adalah terjadinya perubahan arah arus permukaan. Pergerakan angin yang kencang juga dapat mempengaruhi terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen (McPhaden & Hayes, 1991).

  • ARUS

Arus merupakan sirkulasi dari pergerakan massa air secara horizontal maupun vertikal dari satu lokasi ke lokasi yang lain untuk mencapai kesetimbangan dan terjadi secara kontinue yang dapat disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut, perbedaan densitas, maupun adanya pengaruh pasang surut laut (Permadi, 2015).

Arus berdasarkan letaknya menurut Rizal (2004) dibedakan menjadi arus permukaan, arus pada kedalaman tertentu, dan arus bawah. Arus permukaan adalah arus yang bergerak di permukaan laut, di mana arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut yang sangat berkaitan dengan gesekan dasar. Aliran arus yang terjadi pada setiap lapisan akan berbeda-beda. Arus dari masing-masing lapisan akan di gambarkan berdasarkan musim, musim barat diwakili oleh bulan Februari dan musim timur diwakili oleh bulan Agustus (Kusumawati, 2016).

  • ARUS MUSIM BARAT DAYA

Pada bagian ekuator di Samudera Hindia Barat Sumatera terdapat arus kuat yang bergerak ke arah Timur yang dikenal dengan Arus Balik Khatulistiwa (ECC). Arus ECC ini membawa massa air dari wilayah perairan Samudera Hindia bagian barat ke perairan Samudera Hindia yang berdekatan dengan daratan Sumatera membelok ke selatan ketika mendekati perairan Samudera Hindia barat daya Sumatera. Arus tersebut relatif kuat pada lapisan permukaan hingga pada kedalaman 150 m, kemudian melemah pada lapisan berikutnya (Siswanto, 2018).

Di samudera hindia, arus khatulistiwa utara dan arus balik khatulistiwa menjadi hilang karena adanya angin muson, yang mana  setiap setengah tahun berganti arah. Menurut Al Ayubi et. al. (2013), pada periode Desember-Februari yang merupakan musim barat, nilai temperatur pada permukaan dan sebelum lapisan termoklin pada stasiun di lintang rendah lebih tinggi dari stasiun di lintang tinggi. Tingginya nilai temperatur permukaan stasiun lintang rendah disebabkan oleh intensitas radiasi matahari yang pada periode ini condong di bawah garis ekuator. Hal ini dipengaruhi oleh angin muson barat yang membawa udara yang lebih dingin dari benua asia dan eropa yang bergerak menuju daratan Australia melewati Timur Laut Samudera Hindia.

Pada musim barat menurut Kusumawati (2016),  arus yang mengalir pada bulan Februari tidak konsisten ke satu arah saja. Arus menuju ke arah barat laut, barat daya, dan timur laut, tetapi lebih dominan menuju ke timur laut. Di Selat Malaka dan Selat Sunda arus laut mengalir ke luar menuju ke Samudera Hindia.

  • ARUS MUSIM TIMUR LAUT

Perpanjangan arus ECC yang mengalir sepanjang pantai Barat Sumatera hingga ke selatan Jawa dikenal sebagai Arus Pantai Jawa (SJC). Arus ECC ini akan bertemu dengan SEC yang berasal dari timur di barat daya Sumatera bagian selatan. Akibat pertemuan arus yang membawa massa air yang berbeda, massa air dari arah barat Samudera Hindia memiliki densitas lebih rendah dan massa air dari arah timur mengalir dengan densitas yang lebih tinggi (Siswanto, 2018).

Periode September-November merupakan periode peralihan dari periode Juni-Agustus (musim timur) menuju periode Desember-Februari (musim barat). Pada periode ini arah angin dan arus yang terjadi tidak stabil dan cenderung lemah (Al Ayubi et. al, 2013). Bulan Agustus pada musim timur, arah arus di Laut Jawa telah berbalik sepenuhnya menuju ke barat laut yang akhirnya menuju ke Laut Cina Selatan dengan kecepatan 20-40 cm/s, tapi di sepanjang pantai utara Flores sampai Kepulauan Alor terdapat arus yang masih tetap menuju ke tenggara, barat daya, dan selatan (Kusumawati, 2016).

Arus permukaan yang dibangkitkan oleh angin, terlihat dalam angin yang berhembus dari Tenggara menuju Barat Laut dengan kecepatan 7,6 m/s, tetapi karena adanya gaya Coriolis menyebabkan arah arus permukaan dibelokkan. Pembelokkan ini menyebabkan arah arus permukaan bergerak menuju Barat Daya, hal ini sesuai dengan penelitian Martono (2017). Massa air yang bergerak dari stasiun yang memiliki kedalaman dinamik lebih tinggi ke yang lebih rendah tersebut akan dibelokkan ke sebelah kiri sehingga dengan orientasi tersebut maka arah arus geostropik di barat daya Sumatra pada transek barat daya–timur (Suhana  et al., 2018). Kecepatan arus permukaan di wilayah tengah samudra lebih kuat dibandingkan di wilayah tepi samudra karena arus permukaan bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah (Sari, 2020).

Sama seperti pada musim barat di Selat Malaka dan Selat Sunda, arus laut mengalir ke luar menuju ke Samudera Hindia. Tomosada (1989) mendapatkan bahwa arah dari arus musim di Selat Sunda bervariasi, meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa arahnya tetap menuju ke arah Lautan Hindia (Kusumawati, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Al Ayubi, MA., Surbakti, H., & Mbay, L. O. N. 2013. Identifikasi Massa Air di Perairan Timur Laut Samudera Hindia. Maspari Journal, 2013, 5 (2), 119-133.

Azis, M.F. 2006. Gerak Air di Laut. Oseana, 31 (4). Hlm: 9 – 21.

Djamil, S. A., 2006, Negeri Di Batas Dua Samudra Menggenggam Urat Nadi Ekonomi Dunia, http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=126.

Kusumawati, I. 2016. Pemodelan Dinamika Arus Perairan Indonesia Yang Disebabkan Oleh Angin. Jurnal Perikanan Tropis. 3 (1).

Martono. 2017. Perubahan Tinggi Muka Laut Dan Kosentrasi Klorofil-A Di Perairan Selatan Jawa-Sumbawa Selama Indian Ocean Dipole 2016. Lapan. Bandung.

McPhaden. and S. P. Hayes, 1991. On The Variability of Winds, Sea Surface Temperature, and Surface Layer Heat Content in The Western Wquatorial Pasific. J. Geosphys. Res. 96: 3331 – 3342.

Permadi, L. C., Indrayanti, E., & Rochaddi, B. 2015. Studi Arus Pada Perairan Laut Di Sekitar Pltu Sumuradem Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Oseanografi. Volume 4, Nomor 2.

Rizal S. 2004. Modelling of Tides in the Southeast Asian Waters, Preprint submitted to Elsevier Science, Marine and Fishery Studies, Syiah Kuala University, Banda Aceh.

Sari, Y. N., Wirasatriya, A., Kunarso., Rochaddi, B., & Handoyo, G. 2020. Variabilitas Arus Permukaan di Perairan Samudra Hindia Selatan Jawa. Indonesian Journal of Oceanography. 2 (1).

Siswanto, Kusmanto, E., Rahayu, S. P., Rama, N., & McPhaden, M. 2018. Mekanisme Interaksi Laut-Atmosfer Terkait Terbentuknya Daerah Persisten Tekanan Rendah Di Samudera Hindia Timur Barat Daya Sumatera Selama Pelayaran Indonesiaprima 2017. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika Vol. 19 No. 1.

Stewart RH. 2002. Intoduction to Physical Oceanography. Departement Oceanography. Texas A&M University.

Suhana, M. P., Utama, F. G., Putra, A. P., Sumran, M., Erawan, M., & Duai. 2018. Pola dan Karakteristik Sebaran Medan Massa, Medan Tekanan dan Arus Geostropik Perairan Selatan Jawa. Dinamika Maritim, 6 (2).

Wyrtki, K., 1961. PhysicalOcenography of the South East Asian Waters, Naga Report Vol.2 Scripps, Institute Oceanography, California.

Yani, A & Ruhimat, M. 2007. Geologi. Bandung : Gralindo Media Pratama.

arus, musim barat, musim timur
Tentang Penulis
aymanisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2024-07-02
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *