Dua keranjang bibit sayuran yang dipesan ibu sehari sebelumnya tiba di teras rumah kami yang sempit pagi itu. Di sampingnya, sekarung kompos dan tanah sudah siap, lengkap dengan polybag dan botol bekas yang akan dijadikan pot untuk menanam bibit-bibit itu. Tidak jauh dari situ, adik saya—yang jarang terlibat dalam urusan berkebun—tampak sibuk merapikan alat-alat berkebun. Bahkan, ia sudah mengeluarkan tripod dan kamera, sesuatu yang tidak biasa di kebun kecil kami.
"Tumben," saya berkata, menyenggol bahunya sedikit sambil menahan tawa. Dia melirik sekilas dan menggumam kesal, "Tugas," katanya singkat, seolah-olah itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Kami semua tertawa, sementara ibu menyodorkan sekop dan sarung tangan pada saya, meminta saya turut serta dalam aktivitas menanam hari itu.
Tempat untuk menyiapkan penanaman di kebun rumah kami (Dokumentasi pribadi, 2024)
Berkebun di rumah sebenarnya bukan hal baru bagi keluarga kami. Selama bertahun-tahun, halaman kecil di samping rumah kami di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, telah dipenuhi berbagai jenis tanaman—dari terong, bayam, kenikir, kemangi dan masih banyak lainnya. Tak hanya sayuran, pohon-pohon buah, tanaman obat, dan bunga turut meramaikan kebun kami. Setiap kali panen, kami merasakan manfaat besar dari tanaman-tanaman itu. Selain bisa menghemat pengeluaran, kadang kami juga bisa menjual sebagian hasil panen tertentu seperti daun jeruk, salam, dan serai pada teman ayah saya yang menjajakan sayur keliling di kecamatan sebelah.
Menyampur tanah dan kompos (Dokumentasi pribadi, 2024)
Berdasarkan kebiasaan sederhana ini, kami belajar arti ketahanan pangan di rumah. Saat-saat seperti ini terasa begitu berarti, mengingat betapa pentingnya memiliki sumber pangan sendiri di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.
Mengapa Ketahanan Pangan di Rumah Begitu Penting?
Seiring berjalannya waktu, kami semakin menyadari bahwa ketahanan pangan tidak hanya soal ketersediaan makanan di rumah, tetapi juga tentang kesehatan, penghematan, dan kontribusi kecil kami pada lingkungan. Misalnya, ketika harga sayuran di pasar melonjak atau pasokan berkurang karena bencana, kami tidak terlalu merasa kesulitan. Kami masih punya cadangan sayuran segar di halaman rumah yang bisa diambil kapan saja.
Kebun di samping sumur rumah kami dengan tanaman cabai umur 1-2 minggu (Dokumentasi pribadi, 2024)
Selain itu, kami tahu persis apa yang kami tanam. Sayur-sayuran yang kami petik tidak mengandung bahan kimia berbahaya karena kami hanya menggunakan kompos dari sisa dapur sebagai pupuknya. Dengan memanfaatkan sampah organik, tanaman tumbuh subur tanpa perlu pestisida atau pupuk kimia, dan rasanya jauh lebih segar saat dipanen.
Memulai Ketahanan Pangan di Rumah: Langkah Kecil yang Mudah Dilakukan
Kegiatan menanam di rumah pun tidak harus rumit. Kami memulai dari langkah-langkah sederhana, yang bisa dilakukan siapa saja. Berikut beberapa cara yang kami lakukan di kebun kecil kami:
- Manfaatkan Lahan Pekarangan
Kami menggunakan setiap jengkal lahan pekarangan untuk menanam. Dalam area terbatas, kami menerapkan teknik vertikultur dengan membuat rak bertingkat, menempatkan pot-pot di dinding, dan menata sayuran berbaris rapi
- Gunakan Pot dan Wadah Bekas
Karena keterbatasan lahan, kami memanfaatkan wadah bekas seperti botol plastik dan kaleng sebagai pot. Di dalamnya, kami menanam sayuran kecil seperti seledri, dan daun bawang. Selain hemat, ini juga membantu mengurangi sampah plastik.
- Pilih Tanaman yang Cepat Panen
Kami memilih tanaman yang mudah tumbuh dan cepat dipanen, seperti kangkung dan bayam, yang hanya membutuhkan sekitar tiga minggu hingga satu bulan untuk siap dipanen. Beberapa tanaman yang memerlukan waktu berbulan-bulan untuk dipanen biasanya akan dijual sebagian, kemudian sebagian lagi diolah agar memiliki daya simpan yang lebih lama.
- Buat Pupuk dari Sampah Dapur
Kompos dari sisa-sisa sayuran dan buah di dapur menjadi pupuk yang baik untuk tanaman kami. Dari limbah dapur, kami menghasilkan pupuk alami, mengurangi limbah, dan mendukung tanaman agar lebih sehat.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Ketahanan Pangan Keluarga Kami
Kegiatan berkebun kecil-kecilan ini ternyata juga memberikan dampak besar pada ekonomi keluarga. Selain bisa mengurangi pengeluaran untuk sayur dan bumbu dapur, hasil panen yang berlebih kadang kami jual atau bagi ke tetangga. Kebiasaan ini juga membantu mengurangi jejak karbon kami karena kami tidak terlalu sering membeli sayuran yang diangkut dari tempat jauh. Sebagai bonus, kami membantu mengurangi volume sampah organik di lingkungan.
Ketahanan Pangan sebagai Gaya Hidup Komunitas
Tak hanya di rumah, keluarga kami sering berbagi cerita tentang manfaat berkebun di lingkungan sekitar. Kadang kami berbagi benih atau bertukar hasil panen dengan tetangga. Dengan kebersamaan ini, ketahanan pangan tak lagi hanya tentang keluarga kami, tapi juga tentang komunitas kecil kami yang saling membantu menciptakan pasokan pangan lokal yang lebih berkelanjutan.
Langkah Kecil yang Bermakna Besar
Dari kebiasaan sederhana menanam sayuran dan bumbu dapur, keluarga kami belajar bahwa ketahanan pangan bisa dimulai dari rumah. Tidak perlu menunggu perubahan besar dari pihak lain, karena dengan langkah kecil ini, kami sudah berkontribusi untuk kesehatan, kemandirian, dan kelestarian lingkungan. Di tengah kebun kecil ini, kami tidak hanya menanam sayur-mayur, tetapi juga menanam harapan untuk masa depan yang lebih baik, mulai dari rumah kami sendiri.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Article