Keanekaragaman Hayati Pesisir

Keanekaragaman Hayati Pesisir
21 Agustus 2014
9850

Indonesia, sebuah negara dengan letak astronomis di 6o LU (Lintang Utara) - 11o LS (Lintang Selatan) dan antara 95o BT (Bujur Timur) - 141o BT (Bujur Timur) serta berada di wilayah geografis yang diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia merupakan negara kepulauan yang sangat besar. Dua pertiga dari wilayah Indonesia adalah lautan yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Sekitar 18.306 (www.kehati.or.id) pulau berada di bawah kesatuan Republik Indonesia, bahkan dunia mencatat bahwa Indonesia merupakan negara kepualaun terluas di dunia. Sebagai masyarakat Indonesia kita patut bangga dan bersama untuk mampu menjaga kekayaan alam yang dimiliki bumi nusantara ini.

Indonesia dengan bentuk negara kepualaun memiliki panjang pantai 95.181 km (www.kehati.or.id), hal ini memberikan gambaran bahwa kawasan pesisir di Inonesia sangat luas. Tingginya nilai fungsi dan potensi wilayah pesisir, sepert stok ikan yang melimpah, dataran rendah yang landai, aksesibilitas yang lebih mudah serta banyaknya sumberdaya mineral dan barang tambang lainnya, tidak jarang masyarakat menjadikan pesisir sebagai target dalam upaya pemenuhan kebutuhan mereka. Data pada tahun 1982 menyebutkan bahwa 60% dari 150 juta penduduk Inonesia berada di wilayah pesisi dan 75% dari kota-kota yang ada di Indonesia juga berada di wilayah pesisir (Koesoebiono, et al., 1982). Dengan potensi yang unik dan nilai ekonomi yang tinggi maka wilayah pesisir dihadapkan pada potensi ancaman, maka hendaknya wilayah pesisir ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelola secara berkelanjutan.

Pesisir dalam pengertian secara umum merupakan kawasan peralihan antara daratan dan lautanatau daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir terdiri dari beberapa ekosistem dengan komposisi penyusun ekosistem yang berbeda. Ekositem yang dapat kita temukan di wilayah pesisir antara lain ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Pada tiap ekosistem disusun oleh komponen yang berbeda, ini yang menjadikan pesisir memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang menandai perbatasan antara zona terestrial dengan zona perairan. Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai pada ekosistem mangrove antara lain dari jenis serangga misalnya semut (Oecophylla sp.), ngengat (Attacu sp.), kutu (Dysdercus sp.); jenis crustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.); jenis laba-laba (Argipe sp., Nephila sp., Cryptophora sp.); jenis ikan seperti ikan glodok (Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes sp.); jenis reptil seperti kadal (Varanus sp.), ular pohon (Chrysopelea sp.), ular air (Cerberus sp.); jenis mamalia seperti berang-berang (Lutrogale sp.), tupa (Callosciurus sp.), golongan primata (Nasalis larvatus) dan masih banyak lagi seperti nyamuk, ulat, lebah madu, kelelawar dan lain-lain (Murdiayanto, 2003).

Beralih sedikit kearah laut, maka akan kita temukan ekosistem yang tidak kalah menarik yaitu ekosistem padang lamun. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

Lebih jauh lagi kerah laut akan dapat kita temukan ekosistem yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun internasional. Terumbu karang, dengan daya tarik yang luar biasa mampu menarik wisatawan pecinta diving dari seluruh dunia untuk datang ke Indonesia. Terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998). Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (http://dhamadharma.wordpress.com/2010/05/04/ekosistem-terumbu-karang-di-indonesia/).

Ekosistem pesisir diciptakan sangat ideal untuk melindungi kawasan tersebut dari ancaman. Hutan sagu, nipah dan mangrove merupakan filter alami penyaring sedimentasi dari darat sehingga melindungai kawasan lamun dan terumbu karang yang rentan terhadap sedimentasi dari kerusakan. Sebaliknya, ancaman intrusi air laut ke darat juga bisa disaring oleh ekosistem hutan mangrove, nipah dan sagu pesisir, sehingga sumber air bersih sumur masyarakat, lahan pertanian dan sawah di pesisir yang merupakan sumber kehidupan masyarakat tidak terganggu (www.kehati.or.id).

Referensi
Murdiyanto, B. 2003. Mengenal, Memelihara dan Melestarikan Ekosistem Bakau. Direktorak Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Koesoebiono, W. L. and Burbridge, P. R. 1982. Resource Use and Management in The Coastal Zone. The Agricultural Development Council. Bangkok.

http://dhamadharma.wordpress.com/2010/05/04/ekosistem-terumbu-karang-di-indonesia/diakses tanggal 21 Agustus 2014.

www.kehati.or.id diakses tanggal 21 Agustus 2014.

Tentang Penulis
Dandy Prasetiyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2014-08-21
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *