Kegiatan Jakarta Biodiversity Survey in Pandemi yang kami lakukan ternyata bertepatan dengan migrasi burung. Migrasi merupakan perilaku melakukan perpindahan tempat dengan tujuan tertentu. Tidak hanya manusia yang melakukan migrasi, burung pun juga melakukan migrasi. Burung akan bermigrasi (autumn migration) pada bulan September-Oktober, dan akan kembali ke tempat asalnya (spring migration) pada bulan Maret-April. Setiap tahunnya, burung-burung bermigrasi ke Indonesia karena tempat asal mereka terdapat musim dingin. Jadi, mereka perlu mencari tempat untuk berlindung sementara. Selain itu, pada saat memasuki musim gugur hingga memasuki musim dingin, sumber makanan tempat asalnya berkurang sehingga mereka perlu melakukan migrasi untuk tetap bertahan hidup. Namun saat melakukan migrasi berbagai ancaman menimpa burung tersebut, seperti perubahan fungsi lahan, perburuan liar, maupun sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik, sehingga banyak burung migrasi yang tidak dapat kembali ke tempat asalnya atau bahkan sampai tidak dapat melakukan migrasi.
Minggu, 06 Desember 2020 di Hutan Lindung Angke Kapuk, dengan kondisi cuaca yang mendung dan sesekali rintik hujan. Komunitas Ayo ke Taman, Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI, dan Biological Bird Club "Ardea" tetap semangat dalam melakukan Jakarta Biodiversity Survey in Pandemi. Hari ini merupakan hari ketujuh kami melakukan pengamatan dan tersisa satu tempat lagi, yaitu Taman Margasatwa Ragunan. Kami memulai pengamatan pukul 07.30 s.d. 10.20. Kami masuk ke dalam Hutan Lindung Angke Kapuk, memohon izin masuk kawasan dengan menyerahkan surat kepada petugas yang berjaga dan mengisi buku tamu di sana. Selanjutnya kami memulai survei dengan mengamati sekitar, mencari satwa yang ditargetkan. Lalu kami catat dan foto bila memungkinkan.
Pada pengamatan kali ini, kami menemukan 26 jenis burung, 2 jenis capung, 2 jenis kupu-kupu. Selain itu, kami juga berjumpa monyet ekor panjang dan biawak.
Berikut ini beberapa dokumentasi saat kami berkegiatan:
Salah satu jenis burung migrasi yang kami temui ialah jalak cina. Jalak cina (Sturnus sturninus) merupakan burung dari suku sturnidae. Ia memiliki ukuran tubuh ± 17 cm. Pada bagian atas tubuhnya didominasi warna hitam mengkilap dan terdapat garis putih mencolok pada sayapnya, sedangkan tubuh bagian bawahnya didominasi warna putih. Bagian yang membedakan dengan jalak putih ada pada lingkar matanya. Jalak putih lingkar matanya berwarna kuning, sedangkan jalak cina tidak ada.
Hutan Lindung Angke Kapuk merupakan salah satu tempat burung bermigrasi yang berada di dalam kawasan perumahan elite Mediterania. Meski demikian, kita masih mudah untuk menemukan keberadaan tempat ini.
Selain sebagai tempat burung bermigrasi, Hutan Lindung Angke Kapuk juga biasa dikunjungi oleh para pengamat burung seperti yang telah disinggung pada tulisan sebelumnya. Di kawasan ini kita dapat melihat berbagai jenis burung air, yang pada umumnya berukuran besar sehingga terlihat jelas dan mudah identifikasi bagi pengamat pemula. Berbagai komunitas peduli lingkungan juga banyak yang menyelenggarakan kegiatan ditempat ini, seperti melakukan edukasi tentang konservasi alam kepada anak-anak sekolah maupun memotret biodiversitas ditempat tersebut.
Banyak hal yang berubah di tempat ini, mulai dari depan gerbang menuju jalan masuk terdapat tiga mangrove yang ambruk sehingga menutupi sebagian jalan. Lalu ada beberapa jalan yang sudah runtuh. Upaya yang telah dilakukan pemerintah pada kawasan ini ialah menanam kembali bibit baru supaya tidak terjadi abrasi disekitar kawasan ini, dan membuat jembatan alternatif dari bambu untuk jalan sementara. Selain itu, kita sebagai pengunjung perlu menjaga tempat ini dengan baik agar semakin banyak burung migrasi yang dapat singgah dan bertahan hidup lebih lama.
Ikuti terus perkembangan kegiatan kami.
Sampai bertemu dicerita Jakarta Survey in Pandemi selanjutnya!
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait