IDENTIFIKASI FAUNA TANAH DIBAWAH POHON ACACIA NILOTICA DI SAVANA BEKOL

Animal
IDENTIFIKASI FAUNA TANAH DIBAWAH POHON ACACIA NILOTICA DI SAVANA BEKOL
16 September 2018
1888

Foto: Kondisi di sekitar Savana Bekol, TN. Baluran (Dokumentasi pribadi)

 

Savana merupakan ekosistem padang rumput dan semak yang terpencar di antara rerumputan serta merupakan daerah peralihan antara hutan dan padang rumput. Di beberapa daerah yang tidak begitu kering, savana mungkin terjadi karena keadaan tanah dan kebakaran yang berulang. (Sabarno, 2002). Menurut Barbour (1980), kondisi tanah dapat menjadi salah satu penyebab pola pengelompokan suatu tumbuhan dan hewan. Kehadiran populasi fauna di suatu tempat dan penyebaran spesies fauna di muka bumi selalu berkaitan dengan habitat dan relung ekologi yang ditempatinya. Fauna tanah adalah semua fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah, sebagian atau seluruh siklus hidupnya berlangsung di tanah, serta dapat berasosiasi dan beradaptasi dengan ingkungan tanah (Wallwork, 1970). Pengelompokan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya menurut Wallwork (1970) dan Suin (2006) yaitu: Mikrofauna, fauna tanah yang mempunyai ukuran tubuh antara 20 µ - 200 µ. Mesofauna, fauna tanah yang mempunyai ukuran tubuh 200 µ - 1 cm dan makrofauna, fauna tanah dengan ukuran tubuh > 1 cm. Habitat suatu populasi fauna pada dasarnya merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik berupa ruang atau medium maupun cuaca dan iklimnya, serta vegetasi yang terdapat di lingkungan populasi fauna tersebut (Sukarsono, 2009). Habitat yang dimaksud pada penulisan ini berlokasi di Savana Bekol, Taman Nasional(TN) Baluran, Situbondo. Savana Bekol sebagai salah satu ciri khas dan identitas TN Baluran mempunyai arti sangat penting yang apabila kelestariannya terganggu akan berpengaruh terhadap ekosistem-ekosistem lainnya. Salah satu gangguan yang cukup mengkhawatirkan dan merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian ekosistem ini adalah semakin luasnya invasi Acacia nilotica. Pada tanaman A. nilotica memiliki zat allelopathy yakni zat biokimia yang dapat berfungsi melindungi diri dari kompetisi antar spesies dan dapat menghambat pertumbuhan spesies lain disekitarnya (Maizer Said Nahdi, 2014). Keberadaan tanaman ini dapat mengganggu habitat dan komponen ekosistem di Savana Bekol. Acacia nilotica tergolong pohon kecil (treeless) dengan tinggi 2,5-20 m, namun ada yang mencapai 25 m. Memiliki satu batang utama (monopodial), percabangan dapat terjadi dekat permukaan tanah dan membentuk bagian puncak pohon yang bulat atau mendatar. Acacia nilotica tumbuh dengan subur di daerah yang kering, pada ketinggian 10- 1340 mdpl. Jenis ini hidup pada kisaran kondisi yang luas, juga tumbuh dengan baik pada kisaran variasi tanah yang luas, kelihatannya sangat berkembang pada tanah aluvial, tanah lapisan atas tipis berwarna hitam (black cooton soils), tanah liat, juga dapat tumbuh pada kondisi tanah yang miskin unsur hara (N.A.S, 1980). A.nilotica tergolong ke dalam tumbuhan yang toleran terhadap kondisi kering (xerofit) yaitu tumbuhan yang dapat hidup dengan baik pada kelembaban udara yang rendah, sehingga dalam kondisi air yang terbatas (curah hujan yang rendah) tumbuhan ini mampu melakukan regenerasi vegetatif. Hal ini dapat dilihat karena tumbuhnya kembali tunas-tunas dorman yang terdapat di sisa-sisa tonggak yang belum tercabut dan dibakar atau pada batang-batang pohon yang tertinggal. Pada musim hujan, pertumbuhan tunas-tunas dorman tersebut berlangsung cepat dan subur sehingga dengan segera membentuk kumpulan A. nilotica berupa semak berduri yang rapat dan sulit untuk ditembus, dengan mencapai tinggi 4,5 m dan lebar tajuk 1,5 m (Anonim, 1999). Tekstur tanah di Savana Bekol memiliki tekstur tanah yang keras karena saat kami mengunjungi Taman Nasional Baluran tanggal 7 -11 November 2017, cuaca sedang puncaknya kemarau dan suhu tanah mencapai 370C. Tanah berwarna hitam karena tanah di savana bekol termasuk dalam jenis tanah alluvial (tanah vulkanik) dengan tingkat kelembapan tanahnya rendah dan pH tanah netral.

Foto :Lokasi pengamatan HM. 120, Savana Bekol, TN. Baluran Hasil pengamatan terkait keanekaragaman fauna tanah pada tiga lokasi pohon Akasia yang berbeda di Savana Bekol, yaitu HM 15, HM 120, dan HM 102 menunjukkan adanya perbedaan penyebaran dan populasi fauna tanah, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis-Jenis Fauna Tanah yang Ditemukan di Ketiga Lokasi

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada area pohon akasia masih terdapat fauna tanah yang beragam jenisnya, walaupun jumlah mesofauna yang didapat lebih sedikit dari makrofauna. Hanya ada 3 jenis mesofauna yang ditemukan yaitu Tertachychus bimaculatus, Folsomia sp, dan Megalotorax minimus yang masing-masing terdapat di lokasi yang berbeda. Dari ketiga spesies mesofauna tersebut yang paling banyak jumlahnya adalah spesies Tertachychus bimaculatus, ditemukan di HM 102pada plot 7,8, dan 9. Makrofauna tanah yang paling banyak ditemukan di HM 15 adalah jenis Amphizoa insolen dan Solenopsis invicta yang terdapat hampir di tiap plot yaitu plot 1,2, dan 3. Sedangkan dari semua lokasi dan seluruh plot yang ada, spesies Anoplolepis gracilipes yang paling banyak ditemukan, yaitu sekitar 48 ekor.     Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)pada Area Pohon Akasia di Savana Bekol

Pada tabel 2, nilai indeks keanekaragamanya sebesar 2,059, hal ini mengindikasikan bahwa keanekaragaman spesies fauna tanah yang kami peroleh termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekosistem tersebut produktivitas dan kondisi ekosistem seimbang serta tekanan ekologis sedang. Semakin tinggi nilai indeks H’ maka semakin tinggi pula keanekaragaman spesies, produktivitas ekosistem, tekanan pada ekosistem, dan kestabilan ekosistem. Indeks Kekayaan (R) Jenis Fauna Tanah pada Area Pohon Akasia di Savana Bekol Nilai indeks didapat dengan menggunakan perhitungan indeks kekayaan jenis Margalef, yang dapat diketahui dari data jumlah jenis dan jumlah individu yang ditemukan. Indeks kekayaan jenis fauna tanah di setiap lokasi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel3. Indeks Kekayaan Jenis Fauna Tanahpada Area Pohon Akasia di Savana Bekol 

Kekayaan Tabel 3 menunjukkan bahwa indeks kekayaan fauna tanah pada beberapa titik lokasi berbeda-beda. Pada HM 15 indeks kekayaan fauna tanah lebih tinggi dibandingkan HM 102 dan HM 120. Hal ini karena kekayaan jenis fauna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya daya reproduksi, ketersediaan makanan, kemampuan beradaptasi, dan banyaknya pemangsa. Secara keseluruhan, indeks kekayaan fauna tanah pada tabel tersebut kurang dari 3,5. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan jenis fauna tanah di bawah tegakan akasia tergolong rendah.   Indeks Kemerataan Jenis (E) Fauna Tanah pada Area Pohon Akasia di Savana Bekol Indeks kemerataan jenis dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas, nilai indeks kemerataan (E) berkisar antara 0–1. Semakin kecil nilai E atau mendekati 0 maka semakin tidak merata penyebaran organisme dalam komunitas tersebut yang didominasi oleh jenis tertentu dan sebaliknya semakin besar nilai E atau mendekati 1 makan organisme dalam komunitas akan menyebar secara merata (Krebs, 1989). Sebaran fauna seimbang atau merata apabila mempunyai nilai indeks kemerataan jenis yang berkisar antara 0,6 – 0,8 (Odum, 1963). Pada tabel 4, Indeks kemerataan jenis fauna tanah yaitu 0,69. Hal ini menunjukan bahwa seluruh spesies memiiliki tingkat kemerataan yang hampir sama atau tidak terdapat dominasi suatu spesies tertentu. Tabel.4 Indeks Kemerataan JenisFauna Tanah pada Area Pohon Akasia di Savana Bekol

 Savana Bekol di TN Baluran pada puncak kemarau memiliki tekstur tanah yang keras dan suhunya dapat mencapai 37oC. Tingkat kelembapannya tanahnya rendah dan mempunyai pH tanah netral. Tanah di Savana Bekol berwarna hitam karena termasuk dalam jenis tanah alluvial (tanah vulkanik). Pada area pohon akasia masih terdapat fauna tanah yang beragam jenisnya, walaupun jumlah mesofauna yang didapat lebih sedikit dari makrofauna. Indeks keanekaragaman fauna tanah yang kami peroleh termasuk kategori sedang dan indeks kekayaan fauna tanah di bawah tegakan akasia tergolong rendah. Sedangkan indeks kemerataan jenis fauna tanah memiiliki tingkat kemerataan yang hampir sama atau tidak terdapat dominasi suatu spesies tertentu.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Rancangan Pencabutan Seedling/Anakan Hasil Pembongkaran secara Mekanis, 150 ha di Savana Bekol Taman Nasional Baluran. Banyuwangi: Taman Nasional Baluran. 1999

Arief A. Hutan & Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius. 2001

Carter, J.O., Newman, P. Tindale, P. Cowan, D. and Hodge, P.B. Complementary grazing of sheep and goats on Acacia nilotica, In Proceedings 6th Biennial Conference. Australian Rangelands Society. Carnovan, Western Australia.1990

Duke, J.A. Handbook of Legums of World Economic Importance. New York: Plenum Press. 1981 Hanafiah, K.A. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2005

Handayanto E. Ekologi Tanah dan Pengelolaan Kesuburan Tanah Secara Biologi. Malang: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. 1996

Handayanto, E, dan K. Hairiah. Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Malang: Pustaka Adipura. 2007.

Hariyanti R, et al. Ensiklopedia Pengetahuan, vol. 1. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2007 Kusnadi, dkk. Mikrobiologi. Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. 2003.

Maizer Said Nahdi dan Darsikin. Distribusi dan Kemelimpahan Spesies Tumbuhan Bawah pada Naungan Pinus mercusii, Acacia auriculiformis dan Eucalyptus alba di Hutan Gama Giri Mandiri, Yogyakarta: Jurnal Natur Indonesia 16 (1) 33-41. 2014

McMeniman, N.P., I.F. Beale, and G.M. Murphy, The nutritional evaluation of south-west Queensland pasture. I. The botanical and nutrien content of diets selected by sheep grazing on mitchell grass and mulga/grassland association. Australian Journal of Agricultural Research, 1986.

Molles, Manuel. Ecology Concepts and Aplication 7th ed. New York : McGrawHill. 2014 N.A.S. Firewood Crops, Scrub and Tree Species for Energy Production. Washington, DC.: National Academy of Sciences. 1980

New, T.R. A Biology of Acacia. Melbourne: Oxford University Press. 1984 Sabarno, M.Y. Savana Taman Nasional Baluran. Biodiversitas 3 : 207-212. 2002.

Sugiyarto, dkk. Hubungan Keragaman Mesofauna Tanah dan Vegetasi Bawah pada Berbagai Jenis Tegakan di Hutan Jobolarangan. Biodiversitas 2 (2) 140-145.2001

Suin, N. M. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara. 2006 Sumarsih, Sri. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta. 2003. Sutedjo, dkk. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta. 1991.

Wallwork JA. Ecology of Soil Animal. London: Mc. Graw Hill Book Company. 1970.

Wardono, Seto. Lingkungan Hidup. Jakarta : Vilar Bamboo Kuning. 2005.

Wibowo, Cahyo dan Syamsudin Ahmad S. Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Tipe Tegakan di Areal Bekas Tambang Silika di Holcim Educational Forest, Suka Bumi, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.08 No.1. hal. 26-34. 2017

About Author
Rahmat Fauzi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2018-09-16
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *