Eksplorasi Malam untuk Menelusuri Keanekaragaman Herpetofauna di Pondok Halimun, Selabintana, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Kelompok Pemerhati Amfibi dan Reptil (KPAR) Leucomystax Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melakukan pelantikan anggota baru sekaligus eksplorasi malam di Pondok Halimun, Selabintana, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) pada tanggal 26-27 Januari 2024. Kegiatan ini bukan sekadar sebuah petualangan semata, tetapi juga merupakan sebuah langkah dalam upaya pelestarian alam dan keanekaragaman hayati, khususnya herpetofauna.

Sebelum melakukan eksplorasi, anggota baru KPAR Leucomystax diberikan pembekalan mengenai dasar-dasar herpetofauna. Pelatihan ini mencakup pengetahuan tentang jenis-jenis amfibi dan reptil, ekologi mereka, serta peran penting yang mereka mainkan dalam ekosistem. Pemahaman ini membantu anggota baru untuk lebih mengenal herpetofauna dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi. Selain itu kami juga mengajarkan cara mengidentifikasi berbagai spesies herpetofauna berdasarkan ciri-ciri morfologi seperti warna kulit, pola, bentuk tubuh, serta perilaku. Anggota juga dilatih untuk menggunakan panduan lapangan dan aplikasi digital yang memudahkan proses identifikasi.

Di lapangan, para anggota menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari dengan melakukan pengamatan langsung dan pengumpulan data secara sistematis. Mereka mencatat lokasi, spesies, ciri spesies, kondisi lingkungan, dan perilaku spesies yang ditemukan. Dengan menggabungkan pengetahuan teori dan praktik langsung di lapangan, kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan anggota tentang herpetofauna tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam upaya pelestarian herpetofauna.

Kami melakukan pengamatan/herping di sepanjang jalur pendakian dan daerah perairan pada malam hari, serta di Curug Cibeureum pada pagi hari. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan fokus utama pada pengamatan terhadap herpetofauna. Berbagai spesies herpetofauna berhasil diidentifikasi, dan ada yang termasuk dalam kategori langka yaitu Leptophryne cruentata. Sebagai bukti keberadaan spesies-spesies tersebut, kami juga mengambil dokumentasi visual berupa foto dan video. Beberapa spesies herpetofauna yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah Odorrana hosii, Wijayarana javana, Leptobrachium hasseltii, Cyrtodactylus marmoratus, Gecko gekko, Gonocephalus kuhlii, Megophrys montana, Rhacophorus margaritifer, Pseudocalotes tympanistriga, Leptophryne cruentata, Philautus aurifasciatus, Limnonectes kuhlii, Chalcorana chalconota, Draco volans, dan Eutropis multifasciata. Uniknya, Leptophryne cruentata yang ditemukan di Curug Cibeureum memiliki warna yang relatif lebih gelap dari biasanya dan kami sama sekali tidak menemukan keberadaan ular selama pengamatan. Tak hanya itu, pada waktu pengamatan kami juga secara tidak sengaja menemukan beberapa satwa lainnya, seperti lutung jawa, ciung-batu jawa, sikep madu asia, dan anak macan kumbang. Temuan ini semakin memperkaya data keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.

Selain pengamatan langsung, anggota juga diberikan pengetahuan tentang teknik preservasi basah, yang merupakan metode penting untuk menyimpan spesimen herpetofauna dalam jangka panjang. Teknik ini melibatkan penggunaan bahan kimia seperti alkohol untuk mengawetkan jaringan tubuh hewan sehingga tetap utuh dan dapat dipelajari lebih lanjut.

Kegiatan eksplorasi ini merupakan bagian dari upaya pelestarian alam yang secara langsung mendukung konservasi herpetofauna. Dengan dilakukannya kegiatan seperti ini secara berkelanjutan, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya pelestarian alam.

#eksplorasi, #herpetofauna, #herping