Ekonomi Biru, Mendamaikan Kepentingan Ekonomi dan Konservasi

Tabrakan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian alam sudah lama menjadi perdebatan yang belum menemukan titik memuaskan bagi kedua belah pihak. Gagasan ekonomi hijau yang menekankan pada pengurangan emisi karbon dan resiko lingkungan dirasa belum memberi dampak maksimal.

Sehingga muncul gagasan ekonomi biru dimana pengembangan sumber daya laut dan perikanan berkelanjutan juga harus menjadi prioritas. Selain itu dalam ekonomi biru semua kegiatan industri harus ramah lingkungan, dilakukan secara berkelanjutan, tidak menghasilkan limbah, dan mendorong ekonomi lokal dengan transfer pengetahuan, teknologi, dan wawasan ekosistem untuk menguatkan praktik wirausaha berkelanjutan.

Program ekonomi biru mulai diterapkan di Indonesia. Sosialisasi telah dilakukan tahun 2013-2015, kemudian tahap perluasan dan percepatan pada 2016-2020, sehingga diharapkan sekitar 2021-2023 bisa diterapkan penuh. Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat mulai menerapkan prinsip ekonomi biru pada 2015 dan menjadi pulau percontohan pelaksanaan konsep ekonomi biru.

Rumput laut menjadi komoditas yang dikembangkan dengan konsep ekonomi biru. Mengingat bahwa rumput laut banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir. Limbah hasil olahan rumput laut juga bisa dibuat menjadi pupuk dan pakan sehingga termanfaatkan, tidak menyisakan limbah buangan. Agar penerapan ekonomi biru maksimal, Kementrian Kelautaan dan Perikanan telah menggandeng Lembaga Pangan Dunia PBB (FAO) sejak 2015 untuk melakukan berbagai kajian terkait optimasi produksi rumput laut.

Sumber :
http://www.mongabay.co.id/2017/09/21/pulau-lombok-jadi-kawasan-percontohan-penerapan-ekonomi-biru-seperti-apa-itu/
http://id.ekonomibiru.com
http://www.fao.org/news/story/en/item/173975/icode/