Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketersediaan Air

Kelautan
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketersediaan Air
28 Maret 2020
2950

Tidak ada negara yang tidak mempunyai masalah tentang iklim. Hampir seluruh negara di belahan dunia ini memiliki masalah dalam perubahan iklim. Saat ini telah banyak kerugian yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Sampai sekarang pun masalah ini masih susah diatasi walaupun sudah ditemukan cara-cara efektif yang dapat digunakan. Berbagai program pun sudah dicanangkan baik oleh pemerintah maupun komunitas social yang banyak tersebar di masyarakat.

Pada tahun 2017, bencana terkait perubahan iklim telah menewaskan 1,3 juta orang dan menyebabkan 4,4 miliar terluka. Angka ini bukan merupakan angka yang sedikit untuk keberlagsungan hidup manusia. Tak hanya itu, kerugian terkait perubahan iklim ini mencapai ratusan miliar dolar, ini belum lagi dampak manusia dari bencana geo-fisik yang mana 91 persennya adalah masalah terkait iklim.

Permasalahan iklim yang ada membuat beberapa dampak pada kehidupan manusia. Salah satunya dalam bidang perairan. Masalah iklim yang ada membuat suhu bumi rata-rata semakin meningkat. Panasnya suhu yang semakin maningkat mengakibatkan sulitnya sumber air mengeluarkan air. Sumber-sumber air menjadi kering karena panasnya suhu yang ada.

 

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai adanya perubahan suhu dan pola curah hujan. Penyebab terbesar terjadinya perubahan iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di lapisan atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH), dan nitrogen (NO) yang semakin meningkat. Gas rumah kaca yang ada menyerap radiasi gelombang panjang yang panas dan seiring dengan peningkatan gas rumah kaca, suhu permukaan bumi naik. Perubahan iklim global dapat menyebabkan pengaruh pola iklim dunia, distribusi hujan, arah dan kecepatan angina. Hal tersebut secara langsung akan berdampak pada kehidupan di permukaan bumi, seperti berkembangnya berbagai penyakit baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan, kekeringan, banjir, pengaruh produktivitas tumbuhan, dan lain sebagainya.

Iklim dibagi menjadi beberapa klasifikasi diantaranya adalah:

1        Iklim Matahari

Dasar dalam sebuah perhitungan untuk mengadakan suatu pembagian daerah iklim matahari yaitu banyaknya sebuah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Menurut teori, makin jauh dari khatulistiwa, maka semakin besar sudut datang nya sinar matahari, yang sehingga makin sedikit jumlah sinar matahari yang diterima oleh sebuah permukaan bumi. Dalam pembagian daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang yaitu sebagai berikut :

a. Daerah Iklim Tropis : 0 derajat Lintang Utara sampai dengan 23,5 derajat Lintang Utara dan 0 derajat Lintang Selatan sampai dengan 23,5 derajat Lintang Selatan

b. Daerah Iklim Sedang : 23,5 derajat Lintang Utara sampai dengan 66,5 derajat Lintang Utara dan 23,5 derajat Lintang Selatan sampai dengan 90 derajat Lintang Selatan

c. Daerah Iklim Dingin : 66,5 derajat Lintang Utara sampai dengan 90 derajat Lintang Utara dan 66,5 derajat LS sampai dengan 90 derajat Lintang Selatan

Dalam pembagian daerah iklim menurut iklim matahari yang didasarkan pada 1 teori, bahwa temperatur udara makin rendah jika letaknya berada makin jauh dari khatulistiwa. Oleh karena itu, ada ahli yang mendefinisikan iklim matahari sebagai iklim teoritis. Menurut kenyataanya, temperatur pada beberapa tempat menyimpang dari suatu teori tersebut.

2        Iklim Fisis Iklim fisis yaitu suatu iklim yang dipengaruhi oleh alam sekitar. Misalnya, daratan, lautan, pegunungan , dataran rendah, dataran tinggi, angin, laut, ataupun letak geografis. Berikut ini merupakan pembagian Iklim fisis yaitu sebagai berikut:

a. Iklim Kontinental atau Iklim Darat Iklim jenis ini terjadi di daerah yang sangat luas,  sehingga angin yang terpengaruh terhadap daerah tersebut yaitu angin darat yang kering. Di daerah ini, pada waktu siang hari terasa sangat panas sekali dan pada waktu malam hari rasanya sangat dingin sekali pada curah hujannya yang sangat rendah, oleh sebab itu kadang-kadang terbentuk sebuah gurun pasir. contohnya yaitu Gobi, Tibet, Arab, Sahara, Kalahari, Australia Tengah, dan Nevada.

b. Iklim Laut Jenis iklim yang satu ini yaitu terdapat pada daerah eropa tropis dan subtropis. Angin yang berpengaruh terhadap di daerah tersebut yaitu angin laut yang lembab. Ciri-ciri iklim laut ini yaitu curah hujan yang rata-rata tinggi. Pada Suhu tahunan dan harian yang hampir sama, mempunyai sifat kebanyakan hujan.

c. Iklim Dataran Tinggi Jenis iklim yang satu ini mengalami suatu perubahan suhu harian dan tahunan, tekanan rendah, sinar matahari yang terik dan hanya mengandung sedikit uap air.

d. Iklim Pegunungan Jenis iklim yang satu ini terdapat pada pada daerah pegunungan. Di daerah pegunungan ini udaranya yang sangat sejuk dan sering turunnya hujan. Terjadinya hujan dikarenakan awan yang naik ke sebuah lereng pegunungan yang mengalami sebuah kondensasi yang sehingga turun hujan. Hujan yang seperti ini disebut dengan hujan orografis.

3        Iklim Musim Letak geografis indonesia yang dipepet oleh Benua Asia di sebelah utara dan Benua Australia di sebelah selatan, yang menimbulkan di indonesia terdapat Iklim musim. Jenis Iklim ini erat dengan kaitannya dengan sebuah pola angin musim di Indonesia. Pada bulan April-Oktober akan berhembus angin musim timur, akan terjadi musim kemarau. Sebaliknya jika ketika terjadinya berhembus angin musim barat, akan terjadinya musim penghujan.

Iklim memiliki beberapa sifat dasar yaitu, iklim memiliki jangka waktu yang lama, iklim memiliki sifat yang meliputi sebuah daerah yang luas, iklim mempunyai yang dihasilkan oleh rata-rata cuaca.

Perubahan iklim tidak semata-mata terjadi karena faktor alam, melainkan juga karena adanya ulah manusia. Dengan begitu, perubahan iklim dapat menyebabkan terjadinya ancaman banjir, kemarau, longsor, rob, dan berbagai bencana alam lainnya.

Perubahan iklim global ditandai dengan meningkatnya suhu di permukaan bumi sebagai akibat dari peningkatan aktifitas manusia. Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan suhu sebagai akibat dari peningkatan aktifitas manusia.. Tercatat sejak abad ke-19 suhu permukaan bumi telah mengalami peningkatan sekitar 0,8° C. Peningkatan suhu diperkirakan sekitar 0,15° C sampai 0,3° C setiap dekade sejak tahun 1990-2005 (IPCC/Intergovernmental Panel on Climate Change, 2007). Perubahan iklim ini menyebabkan dampak negative bagi kehidupan manusia seperti peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, dan juga kekeringan.

Pemanasan global merupakan naiknya suhu rata-rata di sebagian besar lapisan permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dalam jumlah banyak yang membuat energy panas matahari menjadi terperangkap di lapisan atmosfer. Pemanasan global ini telah menghasilkan berbagai dampak terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di muka bumi. Akibat tersebut antara lain naiknya permukaan air laut, terjadinya perubahan iklim yang ekstrim, terganggunya hutan dan ekosistem, dan lain sebagainya.

Pemanasan global diperkirakan mampu menaikkan tinggi permukaan air laut, akibatnya dapat saja terjadi fenomena alam dan genangan di wilayah pesisir serta hilangnya sebagian lahan basah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kenaikan permukaan air laut biasanya mmapu mengakibatkan beberapa dampak, seperti peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan bakau, perluasan intruisi air laut, peningkatan ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir pantai, dan berkurangnya luas daratan atau bahkan hilangnya pulau-pulau kecil.

Perubahan iklim global sebagai dampak dari pemanasan global telah mengekibatkan tidak stabilnya atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Adanya pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang banyak dihasilkan oleh industri-industri. Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.74°C antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diperkirakan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.0°C di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.4°C.

Perubahan iklim merupakan hal yang sampai sekarang belum bisa dihindari. Hal ini diyakini mampu semakin meluas dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan. Semakin besar dampak iklim yang dihasilkan maka semakin besar pula upaya aktif untuk menghindari dampak negative melalui strategi mitigasi dan adaptasi.

Perubahan iklim telah memberikan berbagai dampak dalam berbagai sektor pula. Dampak tersebut telah dirasakan pada sektor perikanan, kelautan, kehutanan, pertanian, sumber daya air, lingkungan, bahkan ekonomi dan sosial. Sejauh ini dampak perubahan iklim yang paling ekstrim adalah terjadinya kenaikan temperature serta terjadinya pergeseran musim.

Dalam setiap negara, perubahan iklim akan mengalami dampak yang berbeda-beda. Dari tahun 1975 – 2006 bencana alam terbanyak terjadi di benua Asia. Dari kelompok rentan terhadap bencana, diantaranya 3,4 juta orang berasal dari kelompok masyarakat miskin, anak-anak, masyarakat adat, petani dan nelayan. Wanita merupakan proporsi terbesar dari masyarakat miskin dunia, termasuk anak-anak dan remaja perempuan, sangat rentan terhadap perubahan iklim

Perubahan iklim memberi dampak paling berat terhadap perempuan dari kelompok sosial paling rendah. Pada setiap bencana (klimatis atau bukan) ternyata korban perempuan lebih besar daripada laki-laki dengan perbandingan 4:1. Hasil analisis terhadap bencana yang terjadi di 141 negara membuktikan bahwa perbedaan jumlah korban akibat bencana alam berkaitan erat dengan hak ekonomi dan sosial perempuan.

Indonesia pun merasakan dampak adanya perubahan iklim, yaitu menurunnya curah hujan serta peningkatan suhu di berbagai wilayah di Indonesia. Berdasarkan data curah hujan dan suhu tahun 1978-2005 telah terjadi kecenderungan penurunan curah hujan di Gunungkidul dengan peningkatan suhu sebesar 0,04-0,047 C/th.

Indonesia sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa sangatlah rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim dapat menyebabkan kenaikan suhu di berbagai wilayah, dan berubahnya awal dan panjang musim hujan. Perubahan curah hujan di sebagia wilayah di Indonesia akan mengakibatkan pengaruh terhadap berbagai varietas di wilayah tersebut. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko kekekeringan.

Diperkirakan penyebab perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Masalah gas emisi rumah kaca sebenarnya tidaklah hanya masalah di Indonesia saja, tetapi dirasakan oleh sebagian negara di bumi ini.

Penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan suhu permukaan sebesar 0,7°C sejak tahun 1900. Selama 30 tahun terakhir terjadi peningkatan suhu global secara cepat dan konsisten sebesar 0,2°C per dekade. Sepuluh tahun terpanas terjadi pada periode setelah tahun 1990. Tanda-tanda perubahan dapat dilihat pada mekanisme fisik maupun biologis. Sebagai contoh perpindahan berbagai spesies sejauh 6 km kearah kutub setiap dekade selama 30-40 tahun terakhir. Indikator lainnya adalah perubahan kejadian musiman seperti proses pembungaan dan bertelur yang lebih cepat 2-3 hari pada setiap dekade di daerah temperate.

Penemuan dari IPCC menyarankan bahwa efek yang terjadi karena pemanasan global dapat menyebabkan meningkatnya permukaan air laut dan meningkatnya cuaca ekstrim, ringkasannya adalah sebagai berikut:

  1. Temperatur permukaan bumi diperkirakan meningkat antara 1,4°C sampai 5,8°C sebagai perkiraan rata-rata global dari tahun 1990 sampai tahun 2010
  2. Pemanasan (ekspansi thermal) dari lautan, bersamaan dengan pelelehan gletser dan es di daratan akan menyebabkan peningkatan permukaan air laut seluruh dunia, yang berarti permukaan air laut diproyeksikan naik 0,09 sampai 0,88 meter antara tahun 1990 sampai tahun 2010, hal ini akan berlangsung terus bahkan setelah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi stabil
  3. Kejadian cuaca ekstrim seperti temperature minimal yang lebih tinggi dan semakin sedikit hari-hari yang dingin, meningkatnya banjir, kekeringan, dan adanya gelombang panas.
  4. Gletser dan puncak es yang meleleh diperkirakan akan terus semakin meluas selama abad XXI, dengan ancaman gletser tropis dan subtropis dan beberapa kasus akan menghilang.

Seorang pakar bernama Wilhite (2000) berpendapat bahwa sebagai bencana alam, kekeringan berbedan dari bencana alam lainnya. Perbedaan tersebut antara lain sulitnya menentukan awal atau akhir kekeringan, sulitnya menetapkan batasan kekeringan sehingga bingung menentukan kategori kekeringan, dampak kekeringan dapat menyebar lebih luas dibandingkan bencana lainnya, kegiatan manusia juga dapat memicu buruknya kekeringan, seperti pertanian intensif, irigasi yang berlebihan, penggundulan hutan, eksploitasi air secara berlebih, dan erosi yang berdampak negative pada kemampuan tanah untuk menangkap dan menahan air.

Secara umum, kekeringan dapat ditinjau dari beberapa aspek. Dari aspek hidrometeorologi kekeringan terjadi karena berkurangnya curah hujan selama periode tertentu. Dari aspek pertanian kekeringan terjadi jika lengas tanah berkurang sehingga tanaman dapat kekurangan air. Lengas tanah adalah parameter yang menentukan potensi produksi tanaman yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Sedangkan secara hidrologi, kekeringan ditandai dengan berkurangnya air pada sungai, waduk, atau danau.

 

Air merupakan salah satu kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Air dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara hayati. Keberadaan air di muka bumi terbatas persebarannya, kuantitas air di wilayah A dengan wilayah B memiliki perbedaan tergantung dari karakteristik lahannya. Sedangkan berdasarkan waktu, kuantitas air akan berbeda dari waktu ke waktu.

Air adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Air digunakan untuk berbagai kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci, makan, masak, maupun mencuci. Oleh karena itu, ketersediaan air sangatlah diutamakan di berbagai wilayah. Ketersediaan air yang tidak mencukupi dan terjadi krisis air akan menyulitkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

Terdapat beberapak dampak negative yang diperkirakan mampu menyebabkan dampak lainnya, seperti:

  1. Mencairnya lapisan es di kutub
  2. Tenggelamnya pulau-pulau kecil dan pesisir pantai
  3. Rusaknya terumbu karang sebagian besar
  4. Abrasi pantai
  5. Munculnya gejala alam EL Nino / Enso
  6. Menurunnya produktivitas lahan
  7. Kekeringan dan banjir
  8. Kebakaran hutan
  9. Munculnya daerah kritis baru
  10. Menjangkitnya berbagai penyakit baru

Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya adalah :

  1. Semakin banyaknya penyakit seperti tifus, malaria, demam, dan lain sebagainya.
  2. Meningkatnya kuantitas bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, angina kencang
  3. Berkurangnya ketersediaan air
  4. Mengakibatkan adanya pergeseran musim dan perubahan pola hujan
  5. Menurunkan produktivitas pertanian dan perkebunan
  6. Meningkatnya temperature dapat menyebabkan kebakaran hutan
  7. Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati
  8. Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah pantai 

 

Kepedulian Internasional Pada Terjadinya Pamanasan Global:

  1. Terselenggaranya Konferensi Internasional mengenai Perubahan Iklim pada tahun 1979
  2. Terbentuknya Intergovermental Negotiating Commitae (INC) oleh PBB pada Tahun 1990 sebagai response dari laporan yang dipublikasikan oleh Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC)
  3. Terselenggaranya KTT Bumi Rio de Jaenero pada Juni 1992 dengan hasil United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)
  4. Terselenggaranya Conference of Parties (COP) 1 sampai 7 

Kepedulian Indonesia Terhadap Pemasan Global:

  1. Meratifikasi UNFCCC- KTT Bumi Rio de Jaenero pada tanggal 23 Agustus 1994
  2. Melaksanakan Program Kali Bersih (PROKASIH)
  3. Melaksanakan Program Langit Biru
  4. Melaksanakan Sosialisi Konsep Pembangunan Berkelanjutan
  5. Berperan aktif di tingkat internasional dalam rangka penyusunan kebijakan bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Terdapat tiga tahap dalam konsep bagaimana cara mengatasi kekeringan yang sering terjadi, yaitu:

1.      Metode Penanggulangan jangka pendek

Kondisi yang dirasakan masyarakat adalah :

  1. Adanya kekurangan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga
  2. Adanya kesulitan ekonomi bagi masyarakat yang mengandalkan pertanian sebagai kebutuhan hidup
  3. Munculnya wabah penyakit akibat kekeringan, seperti: diare, campak, pneumonia, kulit, dan cacar
  4. Turunnya kualitas gizi balita di daerah yang mengalami kekeringan

Untuk mengatasi kondisi yang disebutkan di atas, maka alternatif penanggulangannya adalah sebagai berikut:

  1. Segera memenuhi kebutuhan air dengan cara dropping air bersih di daerah yang mengalami kekeringan
  2.  Memberi bantuan kepada masyarakat miskin yang mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian saat kekeringan
  3. Membantu menanggulangi penyakit menular akibat kekeringan
  4. Membantu peningkatan gizi balita di wilayah kekeringan  

2.      Metode Penanggulangan Jangka Menengah

  1. Kurangya suplai air bersih untuk sebagian besar masyarakat
  2. Kurangnya sarana dan prasarana penyedia air bersih sehingga menyebabkan layanan air bersih bagi masyarakat kurang optimal

Untuk mengatasi kondisi yang disebutkan di atas, maka alternatif penanggulangannya adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan ketersediaan sumber air : melakukan pembangunan sumur gali, sumur pantek, sumur air tanah dalam, penampungan air hujan (PAH), terminal air di wilayah desa rawan kekeringan, embung.
  2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana air bersih
  3. Melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka mencari potensi sumber-sumber air  

3.      Metode Penanggulangan Jangka Panjang

Dalam konteks jangka panjang, kondisi yang timbul adalah:

  1. Menurunnya debit sumber mata air
  2. Rusaknya kualitas lingkungan hidup sekitar sumber mata air dan waduk
  3. Rusaknya wilayah kawasan hutan akibat adanya penjarahan
  4. Meluasnya kawasan lahan kritis

Untuk menanggulangi kondisi di atas perlu beberapa langkah yaitu:

  1. Reboisasi di wilayah sekitar sumber mata air
  2. Reboisasi kawasan sabuk hijau sekitar waduk
  3. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah lahan kritis
  4. Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM)
  5. Pembangunan demplot sumur resapan di wilayah rawan kekeringan
  6. Pembangunan/pengembangan sistem IPA mini

 

Adanya isu perubahan iklim akan menyebabkan manusia bergerak cepat melakukan langkah mitigasi untuk menguranginya. Selai itu juga manusia melakukan langkah adaptasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim bai kehidupan. Konsekuensi adanya perubahan iklim adalah tantangan yang signifikan terhadap lingkungan, ekonomi global, dan kesehatan manusia dengan perubahan yang mempengaruhi generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan sangatlah krusial dalam kerangka mitigasi yang sukses terhadap perubahan iklim. Dampak yang ada meluas sampai di wilayah kecil yang berbatasan langsung dengan wilayah pantai.  Hal ini juga berdampak terhadap generasi mendatang terhadap ancaman bahaya yang ada. Tindakan nyata dalam mitigasi bencana adalah fokus pada keadila dan kesinambungan pembangunan dengan bekerja pada berbagai tingkatan, bekerja sama secara konstruktif pada tingkat internasional, dan kebijakan nasional yang kuat juga secara individual.

Adanya upaya pencegahan pemanasan global bertujuan untuk memperlambat atau  mengurangi proses pemanasan global. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah:

A. Mengurangi aktivitas yang menghasilkan gas rumah kaca dan mengurangi penggunaan bahan perusak ozon (BPO), dengan cara:

  1. Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi pembakaran sampah di area TPA, pertanian, perkebunan, dan lainnya
  2. Penggalakan pembangunan TPA sanitary landfill dalam usaha pengurangan emisi gas metan dan karbon.
  3. Melarang atau membatasi penggunaan alat-alat yang menghasilkan BPO atau bahan perusak ozon.
  4. Penciptaan dan penggalakan penggunaan alat-alat yang ramah lingkungan.
  5. Membangun pembangkit listrik yang tidak menggunakan bahan bakar fosil ( PLT Air, PLT Angin, PLTS, PLTN, PLT Fuell Cell)
  6. Penghematan penggunaan energi di bidang industri, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, bangunan komersial, transportasi, dan rumah tangga
  7. Penggalakan kendaraan bermotor berbahan bakar gas, tenaga surya, fuell cell, dan hybrid
  8. Penggalakan penggunaan bahan bakar Gas sebagai pengganti bahan bakar kayu atau fosil
  9. Penggalakan pengunaan bahan bakar ramah lingkungan.
  10. Mewajibkan uji emisi pada setiap kendaraan dan pemasangan catalitic converter pada kendaraan yang mengasilkan gas buang melebihi ambang batas
  11. Pemasangan alat penyaring emisi (filter) pada berbagi cerobong yang menghasilkan GRK

B. Memepertahankan keberadaan daerah resapan air maupun penyerap karbon dengan menjaga keberadaan daerah terbuka hijau

  1. Mencegah terjadinya penebangan hutan secara liar.
  2. Mencegah konversi ruang terbuka hijau menjadi daerah terbangun.
  3. Mencegah perusakan hutan bakau.
  4. Meningkatkan keberadaan hutan kota atau kabupaten serta lahan terbuka hijau lainnya.
  5. Mencegah pembangunan di daerah resapan air.

C. Meningkatkan kepedulian terhadap data lingkungan laut, darat dan udara , dengan cara :

  1. Memperkuat keberadaan data lingkungan laut, darat dan udara.
  2. Monitoring terhadap perubahan variabilitas iklim.
  3. Monitoring terhadap perubahan garis pantai.
  4. Monitoring terhadap kenaikan muka air laut.
  5. Monitoring terhadap kemungkinan banjir dan kekeringan di setiap wilayah.
  6. Monitoring terhadap penyusutan ketersediaan air.

D.  Melakukan perencanaan tata ruang yang berwawasan lingkungan yang mengkombinaikan perencanaan tata ruang darat, air, dan udara.

E. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya memperlambat/ mencegah meningkatnya pemanasan global.

Upaya penanggulangan pemanasan global digunakan untuk mengurangi dampak atau akibat dari pemanasan global yang sudah terjadi. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah:

A. Meningkatkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana banjir dan kekeringan, seperti:

  1. Penyesuaian desain dan sistem drainase yang ada dalam rangka penanggulangan banjir.
  2. Peningkatan jumlah waduk dan sumur resapan dalam usaha mempertahankan ketersediaan cadangan air.
  3. Peningkatan perangkat pemadam kebakaran baik pemadam kebakaran hutan maupun perumahan.
  4. Peningkatan perangkat penanggulangan banjir.

B. Merehabilitasi lahan kritis dengan cara penggalakan penanaman pohon (reboisasi) sebagai upaya memperbanyak media penyerap gas karbon serta meningkatkan ketersediaan cadangan air.

C. Peningkatan penanganan lingkungan dan habitat pesisir, seperti :

  1. Merehabilitasi habitat hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun.
  2. Peningkatan bangunan pelindung pantai dan pesisir.
  3. Penyesuaian RTRW pesisir dan laut terhadap perubahan kondisi (lahan, infrastruktur, sosial dan lingkungan) sebagai akibat dari dampak pemanasan global.

D. Peningkatan pelayan kesehatan masyarakat.

Perkembangan pembangunan nasional selama ini telah menunjukkan beberapa dampak negatif berupa perubahan penggunaan lahan yang berakibat hilangnya tutupan lahan hutan menjadi jenis penggunaan lahan lainnya. Hal ini terbukti memiliki daya dukung lingkungan lebih terbatas, sehingga bencana banjir dan kekeringan semakin sering terjadi, disertai bencana ikutannya seperti longsor, korban jiwa, pengungsian penduduk, gangguan kesehatan, sampai kelaparan dan anak putus sekolah.    

#bwkehati #hariairsedunia #bwchallenge

Tentang Penulis
marsya dhea salsabila
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2020-03-28
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *