Catharanthus Roseus, Sang Bunga Keteguhan

Flora, Tumbuhan
Catharanthus Roseus, Sang Bunga Keteguhan
2 October 2025
144
23

Catharanthus Roseus, Sang Bunga Keteguhan

Muhammad Abiyyu Aiman Arca

Ketika saya menjadi panitia LASKA (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) yang diadakan oleh sekolah saya Madrasah Aliyah Citra Cendekia yang diadakan di Desa Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, saya sempat tertegun melihat sebuah tanaman. Tanaman itu mampu tumbuh di retakan jalan, di sela batu sungai, di tepi jurang, bahkan di atas batu. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri saya: apa yang membuat tanaman ini begitu kuat? Setelah saya mencari tahu, ternyata tanaman itu adalah Catharanthus roseus, atau yang kita lebih kenal dengan Tapak dara. Saya pun teringat pengalaman masa kecil ketika pernah merawat bunga ini di rumah. Dari bentuk bunga dan daunnya saja, saya langsung mengenalinya.

Tapak dara (Catharanthus roseus) berasal dari Amerika Tengah, namun kini telah menyebar luas dan tumbuh subur di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tanaman ini dapat hidup di tempat terbuka maupun terlindung, serta mampu beradaptasi pada berbagai jenis iklim, dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Tidak heran jika tapak dara menjadi salah satu tanaman hias yang sangat dikenal masyarakat Indonesia1.

Jika ditelusuri lebih dalam, secara ilmiah tapak dara diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Kingdom : Plantae
  • Divisi : Magnoliophyta
  • Kelas : Magnoliopsida
  • Ordo : Gentianales
  • Famili : Apocynaceae
  • Genus : Catharanthus
  • Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don

Tapak dara merupakan tanaman semak rendah atau herba yang bisa bersifat semusim maupun menahun, dengan tinggi mencapai ±1 meter dan memiliki getah berwarna putih susu. Sistem akarnya dapat menembus tanah hingga kedalaman sekitar 70 cm. Daunnya berbentuk elips sampai lonjong dengan ukuran panjang 2,5–9 cm dan lebar 1–3,5 cm; bagian atas daun berwarna hijau mengilap, sedangkan bagian bawah hijau lebih gelap dengan pelepah daun berwarna pucat2.

Bunganya tersusun dalam tandan (racemose) dan bersifat aktinomorf dengan lima helai mahkota (pentamerous). Warna bunga sangat bervariasi, mulai dari merah muda, ungu, biru, salmon, merah tua, hingga putih, biasanya dengan bagian tengah berwarna ungu, merah, merah muda, kuning pucat, atau putih dengan corak ungu muda. Tabung mahkota berbentuk silinder dengan panjang 2–3 cm dan ujungnya terbelah menjadi 5 lobus. Benang sari terletak sekitar 0,4–0,6 cm di bawah mulut mahkota, memiliki tangkai sangat pendek berwarna putih tipis, dengan kepala sari hampir tanpa tangkai2.

Putiknya berukuran 17–26 mm, terdiri dari stigma yang halus, ovarium, dan dua bakal biji. Setiap bunga biasanya menghasilkan dua buah kecil berbentuk lonjong dan ramping dengan ukuran panjang 2–4,5 cm. Di dalam setiap buah terdapat 10–20 biji berukuran 2–3 mm, berwarna hitam, dengan kotiledon yang sedikit lebih pendek dibandingkan endosperma2.

Ketangguhan tapak dara dalam menghadapi berbagai kondisi lingkungan erat kaitannya dengan karakter morfologinya. Akar tunggang yang dapat menembus tanah hingga sekitar 70 cm memungkinkan tanaman ini tetap memperoleh air meski lapisan tanah atas kering. Daunnya yang berbentuk elips dengan permukaan hijau mengilap bukan hanya indah dipandang, tetapi juga berperan penting dalam mengurangi penguapan, sehingga tapak dara mampu berhemat air ketika cuaca terik. Dari sisi reproduksi, bunganya yang beraneka warna tidak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga menghasilkan banyak biji kecil yang ringan dan mudah tersebar. Hal ini menjadikan regenerasi tapak dara berlangsung cepat dan hampir tanpa henti. Jika ditelaah lebih jauh, ketahanan akar, efisiensi daun, serta daya reproduksi yang tinggi menjadikan tapak dara simbol keteguhan mampu bertahan, beradaptasi, dan terus memberi kehidupan, meski tumbuh di medan yang keras dan tidak ramah.

Oleh karena itu, dengan kemampuan bertahan hidupnya yang luar biasa di berbagai kondisi lingkungan, tapak dara tidak hanya menjadi tanaman liar semata, tetapi juga melambangkan keteguhan dan kekuatan. Ia tetap mampu tumbuh di tanah tandus, di sela bebatuan, bahkan di tempat yang tampak mustahil sekalipun, seolah mengajarkan bahwa keindahan sejati lahir dari ketekunan untuk bertahan dan beradaptasi. Ketangguhan inilah yang menjadikan tapak dara layak dipandang sebagai simbol kehidupan yang kuat dan penuh harapan.

Dalam budaya dan bahasa bunga, tapak dara sering dianggap melambangkan keindahan, harapan, dan kebangkitan3. Bunga ini juga dipandang sebagai lambang cinta, persahabatan, dan penghormatan sebuah penghargaan terhadap nilai-nilai luhur dalam hubungan manusia3. Maka dari itu, ketangguhan fisik tapak dara bukan hanya soal daya hidup biologisnya, melainkan juga menjadi makna emosional dan simbolik bahwa di balik keteguhan dan daya juang, tersimpan keindahan, harapan, serta keberanian untuk terus bangkit.

 

DAFTAR PUSTAKA

1.Rasineni K, Bellamkonda R, Singareddy SR, Desireddy S. Antihyperglycemic activity of Catharanthus roseus leaf powder in streptozotocin-induced diabetic rats. Pharmacognosy Res. 2010; 2(3):195.

2.Plaizier A. C. 1981. “A revision of Catharanthus roseus(L.) G. Don (Apocynaceae),”MededelingenLandbouwhogeschool, 81 (9): 1-12.

3.https://www.picturethisai.com/id/language-flower/Catharanthus_roseus.html Diakses Selasa, 30 September 2025.

 

#CatharanthusRoseus, #TapakDara, Keanekaragaman hayati, Tanaman Liar, Tanaman hias, Tangguh, biodiversitas, bunga, vinca
Tentang Penulis
Abiyyu Aiman
Madrasah Aliyah Citra Cendekia

Komentar (6)

Leave a Reply to Khairana Nur Shabrina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2025-10-02
Difference:

6 Comments

Leave a Reply to Khairana Nur Shabrina Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *