Kita sering secara sadar atau tidak menunjukkan apa yang sedang dirasakan lewat pakaian. Warna cerah seperti kuning dan merah ketika senang ataupun abu-abu dan hitam sebagai lambang berduka. Bunglon pun melakukan hal yang sama. Dia berubah warna sesuai emosi.
Selama ini kita hanya tahu kalau bunglon mengubah warna kulitnya sesuai kondisi lingkungan. Tetapi tidak, emosi juga menjadi pemicu. Rasa tidak senang seperti kekalahan dalam pertarungan akan meimbulkan warna gelap yang berasal dari melanin; perasaan rileks, santai, dan nyaman seperti saat istirahat membuat bunglon berwarna cokelat atau hijau; sedangkan jika tiba-tiba bunglon berubah warna secara cepat tidak beraturan dengan corak kuning, jingga, dan merah bisa jadi dia sedang siaga terhadap serangan atau ingin bercinta.
Gambar a. Bunglon tidur berwarna hijau b. Dua bunglon berwarna terang merah dan jingga menunjukkan agresi
Tingkat warna bunglon biasanya seiring dengan kekuatan yang dimiliki. Menunjukkan warnanya mungkin terlihat seperti menunjukkan “rahasia” kekuatan mereka dan justru bisa menjadi kelemahan. Tetapi bagi bunglon, lebih baik untuk menghindari kontak fisik dan membuat lawannya mundur dengan warna terangnya. Daripada terluka parah jika beradu fisik.
Baca juga: Disinari UV, Bunglon Mengeluarkan Beragam Pola
Warna kulit bunglon bergantung pada kerapatan nano kristal yang berada pada lapisan sel di bawah pigmen kulit. Nano kristal bisa memantulkan cahaya dan menciptakan spektrum warna tergantung tingkat kerapatannya. Saat istirahat, nano kristal rapat yang terpantul adalah gelombang cahaya biru dan hijau sehingga bunglon terlihat hijau atau coklat. Sedangkan nano kristal yang merenggang memantulkan gelombang cahaya kuning, jingga, dan merah yaitu saat bunglon agresif.
Referensi: nationalgeographic, natgeo-ilustrasi bunglon berubah warna, scientificamerican
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Article