Buaya Muara Terlihat Berenang di Perairan Jakarta Utara

Buaya Muara Terlihat Berenang di Perairan Jakarta Utara
2 November 2016
3212
0

Tidak banyak orang yang berharap "beruntung" dapat melihat buaya secara langsung di alam. Kamu mau bertemu reptil pemangsa ini saat asik bermain di sungai? Tentu jawabannya tidak. Tidak hanya di sungai, buaya juga ada yang hidup di muara. Seperti buaya muara (Crocodilus porosus) di Jakarta Utara yang tertangkap lensa oleh anggota Biodiversity Warriors.

Pada tanggal 22 Agustus 2016, teramati satu individu buaya muara di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara. Hutan Lindung Angke Kapuk merupakan salah satu kawasan konservasi alami yang masih tersisa di Ibu Kota dan merupakan Hutan Mangrove terakhir di Jakarta.

Buaya muara mencapai kedewasaan pada ukuran panjang 3-3,6 meter. Panjang minimum buaya muara individu betina pada saat memijah adalah 2,2 meter dan 3 meter untuk individu jantan, atau individu betina minimum berumur 10 tahun dan individu jantan berumur 15 tahun.

Di alam, Buaya muara mulai berkembangbiak apabila individu betina telah mencapai umur 10 tahun dan individu jantan mencapai umur 15 tahun. Masa hidu nya dapat mencapai 60-80 tahun dengan potensial reproduksi dari umur 25-30 tahun.

Kawasan konservasi ini mempunyai luas 44,76 Ha, belum banyak masyarakat yang mengetahui kawasan ini, karena memang areal ini dikelilingi perumahan mewah, maka tidak semua masyarakat tahu akan kawasan ini. Jika dilihat dari geografis kawasan ini, sebenarnya memiliki peran penting untuk menjaga laut Jakarta tetap terjaga dan mencegah terjadinya banjir pasang surut air laut.

Buaya muara (Crocodilus porosus) atau Saltwater crocodile yang ditemukan di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara ini diperkirakan masih remaja yang memiliki panjang kurang lebih 1 meter. Dinamai Buaya Muara, karena buaya ini terutama hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya.

Berbicara tentang buaya, yang terlintas diingatan adalah salah satu tradisi dari Suku Betawi, yaitu roti buaya. Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin sekali dengan pasangannya. Karena itu, roti ini dipercaya melambangkan kesetiaan dalam perkawinan.

Banyak cerita rakyat yang menceritakan tentang buaya, salah satu kisah yang paling terkenal adalah cerita Nenek Jenab dan Buaya Buntung. Alkisah, Jenab yang sangat cantik selalu menolak pria yang ingin melamarnya. Namun, ketika ia sudah berumah tangga, suaminya justru berubah menjadi buaya buntung.

Keberadaan Buaya muara di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih detail mengenai perilakunya. Selain itu, juga dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin melakukan destinasi wisata berbasis lingkungan untuk melihat Buaya muara di pesisir Jakarta sehingga terciptanya keharmonisan antara Buaya muara dengan manusia.

Kelestarian populasi Buaya muara ditunjang oleh kelestarian habitatnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan habitat agar populasi Buaya muara dapat lestari. Pengelolaan ini dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang dapat dirubah dan diusahakan. Pengendalian habitat ini harus dilakukan bukan hanya oleh pihak pengelola saja, namun harus adanya kerjasama antara pihak pengelola dan masyarakat sekitar.

Diedit dari: http://biodiversitywarriors.org/buaya-muara-crocodylus-porosus-si-perkasa-pesisir-jakarta.html

Tentang Penulis
BW Admin
Binus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2020-08-20
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *