Biodiversity Warriors terus mengajak masyarakat mengenali dan menjaga keragaman hayati, terutama di Ibukota. Kali ini, Saka Wanabakti menyelenggarakan seminar untuk anggota tahun 2016 mengundang Biodiversity Warriors sebagai narasumber.
Saka Wanabakti merupakan wadah bagi Pramuka, Penegak, dan Pramuka Pandega untuk melaksanakan kegiatan nyata, produktif dan bermanfaat dalam rangka menanamkan rasa tanggungjawab terhadap pelestarian sumberdaya alam hayati dan lingkungan hidup.
Baca juga: Ikut Jalan-Jalan Gratis dan Belajar Keanekaragaman Hayati Indonesia yuk!
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Ibu Sri Rahayu Maykewati mengatakan “Tak kenal maka tak sayang. Seminar ini bertujuan untuk mengenalkan keanekaragaman hayati Ekosistem Mangrove dan Hutan Kota di Jakarta. Harapannya, seusai seminar para anggota Saka Wanabakti menjadi peduli terhadap keberadaan keaneakaragaman hayati disekitar mereka”.
“Tidak sekedar peduli, Anggota Saka Wanabakti harus menjadi aktor konservasi.” Ujar Ibu Sri di Gedung Teknis Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta (17/05).
Saka Wanabakti dibentuk bertujuan untuk memberi wadah pendidikan di bidang kehutanan kepada anggota Gerakan Pramuka, terutama Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega agar mereka dapat membantu membina dan mengembangkan kegiatan pelestarian sumberdaya alam hayati dan lingkungan hidup sebagai baktinya terhadap pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
Materi yang disampaikan berupa Pengenalan Keanekaragaman Hayati Ekosistem Mangrove dan Hutan Hota DKI Jakarta oleh Ahmad Baihaqi dari Koordinator Capture Nature Jakarta Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI, dan Peran Hutan Mangrove dan Hutan Kota di Perkotaan oleh Ir. Ateng Sutisna.
Ahmad Baihaqi menjelaskan bahwa ekosistem mangrove merupakan salah satu tempat singgah burung yang bermigrasi di Ibu Kota. “Karena faktor cuaca yang sangat ekstrim di negara asalnya, burung-burung bermigrasi ke tempat yang memiliki suhu yang mendukung dan menyediakan sumber pakan, misalnya Indonesia. Di Jakarta, salah satu lokasi singgah si burung pengembara adalah Suaka Margasatwa Muara Angka, Jakarta Utara” Ujar Ahmad Baihaqi yang juga merupakan anggota BBC “Ardea” Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.
Namun, kehadiran burung migrasi di Jakarta tidak semulus perjalanan dari negara asalnya, keberadaan makhluk bersayap ini tak luput dari perburuan, baik untuk diperdagangkan maupun menjadi santapan di meja makan. Abay panggilan akrab Ahmad Baihaqi menegaskan “Perburuan satwa liar, terutama burung migrasi di Indonesia masih kerap terjadi, perlu kerjasama berbagai pihak untuk menekan angka perburuan tersebut, salah satunya melalui sosialisasi peran ekologis satwa liar di alam”.
Seminar ini memberi pesan kuat kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk lebih memperhatikan perlindungan satwa khususnya burung migran dari perburuan dan perdagangan.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait