Bhaku, Rumah Kecil Tempat Menyimpan Tulang Leluhur

Bhaku, Rumah Kecil Tempat Menyimpan Tulang Leluhur
14 June 2016
1880

Lio, salah satu suku tua di Flores tengah percaya bahwa hidup ini tidak hanya campur tangan dari Tuhan (Du’a Gheta Lulu Wula Ngga’e Ghale Wena Tana) namun juga berkat restu para leluhur (dua bapu ata mata). Hubungan tetap dan terpelihara dengan leluhur akan menjamin pula keberlangsungan hidup manusia di tengah kosmos ini.

Demikian juga, memberikan sesejaean dalam tiap upacara adat kepada leluhur, kuburan dibangun di depan rumah adalah bukti autentik akan relasi yang harmonis dengan para lelehur tersebut.
Tempat bersemayam para leluhur atau orang yang sudah meninggal biasanya dibangun di dekat rumah, atau sekitar pekerangan rumah yang dikenal dengan istilah BALE. Kubur ini biasanya dibuat dari batu-batu yang disusun, atau batu besar yang dilubangi lalu ditutup dengan batu yang ceper besar. Akhir-akhir ini banyak juga yang dibangun dengan tembok atau kuburan semen.

Suatu yang menarik dan antik adalah Bhaku. Bhaku adalah tempat penyimpanan tulang orang-orang mati yang diletakkan di dalam peti. Tulang-tulang itu diangkat dari kubur dan dan diisi ke dalam peti. Peti ini kemudian disimpan di dalam rumah kecil yang tempatnya berada di samping Kanga(jantung kampung).
Bhaku ini memiliki satu tiang dari batu tinggi sekitar1-1,5 M, pada ujung batu bagian atas ditaruh balok kayu nangka yang dipahat bagian tengahnya sesuai dengan ukuran ujung batu sehingga bisa menyangga balok tersebut ketika batu itu di tanam di tanah.
Bhaku hanya satu tiang dari batu, dan pada bagian balok selalu dipenuhi ukiran, dan dibagian permukaan balok yang rata inilah disimpan peti tulang-belungg para leluhur. Untuk melindungi peti dari hujan dan angin, dibuat atap biasa dari ijuk. Keseluruhannya berbentuk semacam rumah kecil.

Bhaku dalam keyakinan suku Lio menjadi tempat yang keramat, tidak semua orang menyentuh dan melihat peti ini hanya orang-orang yang khusus saja, Mosalaki (tua adat) atau anggota keluarga dari leluhur tersebut. Bhaku ini menjadi tempat yang bhisa gia (keramat/suci) oleh sebab itu orang membawakan sesajean dan permohonan di depan bhaku ini.
Begitupun, tidak semua orang ditempatkan dalam Bhaku ini, hanya orang yang memiliki fungsi dan peranan sentral disimpan dalam Bhaku. Petrus Naga salah seorang pemuka adat di kampung Pemoria, Detusoko menuturkan bahwa Bhaku tempat menyimampan tulang leluhur biasanya orang penting di tengah kampung dan kemungkinan besar oranag yang pertama di kampung tersebut.

“Ini adalah bhaku Galilele dan Kaki Beke, mereka adalah orag pertama yang mendiami kampung Detusoko ini oleh sebab itu tulang-tulang mereka di simpan di Bhaku, tutr Naga.
Bhaku juga menjadi simbol kuutuhan dan kebersatuan. Manakala musim panen atau di kala upacara syukuran adat tiba Bhaku menjai tujuan persembahan, banyak dari keluarga datang untum memberikan sesajian di tempat ini.

Ritus upara selalu dipimpin Tua adat atau mosalaki, dalam acara tertentu misalnya untuk pembangunan bhaku, seluruh keluarga besar akan mengambil bagian dalam proses ini, membrikan sumbangan uang, beras, moke (tuak) hingga sumbang tenaga kerja menjadi sebuah ungkapan tanggungjawab seseorang yang telah hidup berkat restu para leluhur.

About Author
Fernando Watu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related
Article
No items found
2016-07-11
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *