Pulau Lemukutan merupakan sebuah pulau yang banyak menyimpan keindahan, mulai dari air laut yang jernih nan indah, ditambah dengan kehangatan dari masyarakat sekitar. Pulau Lemukutan cukup terkenal akan keindahan bawah laut yang menarik wisatawan untuk berkunjung. Keindahan bawah laut ini karena dihiasi oleh nemo yang berenang bebas di antara terumbu karang. Bebatuan di pesisir pantai yang terpantul cahaya mentari di pagi dan sore hari juga semakin membuat mata terpana akan keindahannya. Keindahan perairan Pulau Lemukutan dan meningkatnya angka kunjungan wisatawan beberapa tahun terakhir ini membuat 6 orang mahasiswa Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura penasaran mengenai dampak wisatawan terhadap komunitas cacing Terebellidae di ekosistem perairan pulau tersebut.
Angin cukup kencang sore itu, 31 Oktober 2021, saat tim berada di pantai sebelah barat Pulau Lemukutan untuk survey lokasi pengambilan sampel cacing. Para Mahasiswa yang terangkum dalam kelompok hayaTEAM ini sedang berencana sampling cacing Terebellidae pada 3 lokasi berbeda di pantai pulau tersebut berdasarkan tingkat mobilitas pengunjungnya. Pantai di barat pulau yang menghadap langsung ke laut lepas perairan Natuna itu cukup bergelombang tinggi di sore itu. Melihat kondisi ini, mereka melanjutkan survey di lokasi kedua di pantai timur di Teluk Melanau. Sayangnya, hal yang sama di lokasi kedua juga sedang mengalami pasang naik dan gelombang sudah cukup tinggi.Setelah berdiskusi dengan rekan tim, Aldo sebagai ketua tim memutuskan untuk menghentikan proses survey lokasi dan melanjutkan kegiatan dikeesokan harinya.
Setelah mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar terkait kapan waktu pasang surut, paginya, 1 November 2021, mereka kembali melanjutkan proses sampling. Sejak pagi sekitaran jam 7.00 WIB- 17.00 WIB mereka sampling pada lokasi di barat pulau yang mewakili kawasan pantai sepi akivitas pengunjung dan masyarakatnya. Seperti hipotesis mereka, ternyata cukup banyak ditemukan cacing Terebellidae di balik-balik bebatuan di pantai tersebut. Beberapa sampel dipreparasi untuk dibawa di lab dan sejumlah lainnya hanya didata di lokasi dan dikembalikan ke habitatnya. Total sampai akhir sampling di plot barat, ditemukan lebih dari 31 individu cacing Terebellidae ini.
Proses sampling mereka kemudian dilanjutatkan keesokan harinya, 2 November 2021. Lokasi ke-2 yang menjadi lokasi plot yaitu di pantai Teluk Melanau. Pantai ini merupakan kawasan utama yang menjadi tujuan wisatawan dikarenakan pantainya yang landai dan berpasir putih. Setelah sampling kurang lebih selama 2 jam untuk menyusuri seluruh plot, ditemukan sekitar 10 individu cacing Terebellidae.
Menjelang sore hari setelah sekitaran jam 13.00, tim berencana untuk melanjutkan sampling di plot terakhir, yaitu di Teluk Cina yang mewakili kawasan ramai aktivitas penduduknya. Sayangnya, saat sampai di lokasi tujuan, pantai mulai mengalami pasang naik. Setelah bertanya kepada masyarakat sekitar Teluk Cina tersebut, tim mendapatkan informasi bahwa pasang surut di bulan-bulan tersebut terjadi mulai subuh sampai pagi hari. Kegiatan hari itu kemudian diakhiri dan tim kembali ke lokasi penginapan.
Keesokan harinya, tim kembali medapatkan kendala, hujan deras mengguyur kawasan pulau sejak subuh. Proses sampling terpaksa diundur sampai agak siang sampai memungkinkan untuk turun ke lapangan. Setelah reda, tim bergegas menuju utara pulau di Teluk Cina. Perjalanan dari penginapan di Teluk Surau di sebelah selatan pulau memakan waktu sekitar 20 menit perjalanan dengan sepeda motor. Sesampainya di lokasi, tim langsung mulai memasang plot dan proses sampling. Proses sampling dalam plot seluas 1000 M2 tersebut memakan waktu sekitar 2 jam dan tim mendata sebanyak 29 individu cacing Terebellidae.
Dari data ini, tim menarik simpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara jumlah kunjungan wisatawan dengan keadaan komunitas cacing Terebellidae ini. Pada kawasan yang sepi aktivitas pengunjung dan masyarakatnya yaitu di barat pulau, tim menemukan komunitas cacing terebellidae cukup melimpah di balik bebatuan pantainya. Hal yang sebaliknya ditemukan di kawasan Teluk Melanau, pantai yang menjadi sentra pengujung ini hanya ditemukan sedikit individu cacing ini. Oleh karena itu betapa pentingnya kearifan dari para wisatawan sehingga aktivitas wisata kita tidak berefek negatif bagi makhluk lainnya. Wisatawan diajak untuk berwisata tanpa lupa menjaga ekosistem sekitar agar tetap terjaga keseimbangannya. Salam Lestari
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.