Belalang Jati sebagai sumber protein hewani

Animal
Belalang Jati sebagai sumber protein hewani
25 June 2015
2769

 Belalang Kayu, Belalang Jati | Javan Grasshpper | Valanga nigricornis Burm. (1838)

 

Siapa yang tidak kenal dengan "belalang goreng" makanan khas gunung kidul, mungkin sebagian orang masih menganggap tabu untuk mengkonsumsi belalang. Di belahan dunia lain dan daerah yang masyarakatnya masih kesulitan secara ekonomi, dan ketidak tersediaan bahan makanan pada saat bulan kemarau, belalang menjadi alternatif banan pangan yang tersedia, namun pada perkembangannya sekarang ini belalang sudah menjadi ikon gunung kidul, dan ketika orang biasa berwisata kewilayah ini selaain membeli getuk dan wingko, juga membeli "belalang goreng". 

Tahukah kalian jenis belalang yang dikonsumsi tersebut, sebab banyak sekali jenis belalang dan beberapa jenis ada yang tidak bisa dikonsumsi karena beracun. Jenis belalang yang dikonsumsi yaitu belalang kayu, belalang jati atau belalang kunyit (Javanese Grasshopper) yang nama ilmiahnya adalah Valanga nigricornis. Mungkin untuk orang awam sangat sulit untuk membedakannya seperti membedakan belalang (Caryanda spuria), belalang kembara (Locusta migratoria) dan belalang kayu (Valanga nigricornis) karena tampak sangat mirip.

Valanga nigricornis  termasuk kedalam kelompok serangga dengan ciri yang secara kasat mata yaitu jumlah kakinya yaitu 3 pasang dan terletak dibagian thorax (Dada). Secara morfologis belalang ini dapat dikenali dari duri yang tumbuh di bagian bawah dari prosternum dan lebih kecil pada bagian anterior dibandingkan posterior (Rukmana, 1997).Pada bagian femur biasanya terdapat sepasang bercak hitam (Kalshoven, 1981). Antena pendek, hypognatus tidak memanjang ke belakang. Femur kaki belakang membesar, ukuran tubuh betina lebih besar di banding dengan yang jantan, panjang tubuh betina 58-71 mm sedangkan jantan 49-63 mm (Rukmana, 1997). 

Valanga nigricornis adalah belalang berukuran besar yang hidup di semak-semak dan pepohonan. Belalang ini dapat melakukan reproduksi dengan cepat dan melakukan migrasi secara besar-besaran. Belalang ini bertelur pada awal musim kemarau dan akan menetas pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan November. Telur dimasukkan dalam tanah dengan kedalaman 5-8 cm, bungkusan berisi massa berbusa yang kemudian memadat dan kering berwarna coklat. Telur ini berukuran 2-3 cm. Belalang ini hidup di daerah panas yang banyak tumbuh-tumbuhannya, menyukai tanaman tunggal misalnya kopi, karet, dan sawah atau lading terbuka. Pusat penyebarannya belum diketahui pasti, tetapi banyak tersebar di Indonesia bagian barat pada dataran rendah 0-600 m dpl (Borror dan White, 1970).

Belalang atau dalam bahasa Jawa disebut walang merupakan serangga yang menurut para petani di manapun adalah perusak tanaman padi alias hama yang melahap pucuk daun padi muda sehingga membuat buah padi sulit untuk tumbuh. Belalang kayu saat ini telah menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta karena sering dibeli orang dari luar daerah. Sejumlah penjaja serangga tersebut yang banyak dijumpai di pinggir jalan jurusan Semanu-Wonosari dan Paliyan-Trowono. Bahkan, warga dari Jakarta dan Bandung sering mampir untuk sekedar membeli belalang kayu itu, kemudian dibawa pulang keasalnya untuk makanan kecil atau lauk pauk.

“Iwak walang” istilah orang Jawa untuk menyebut lauk belalang, memang merupakan lauk yang istimewa dari sisi kandungan gizinya, bahkan mengandung protein lebih banyak daripada kandungan protein udang windu. Belalang kayu ini mudah didapat dan beraroma khas selain mengandung protein yang tinggi yaitu 62,2 persen tiap 100 gramnya, juga tidak menimbulkan efek yang beracun atau berbahaya, bagi yang memakannya. Bagi mereka yang terbiasa menikmati jenis lauk ini, silahkan melihat buku resep hasil karya juru masak terkenal asal Belanda, Henk van Gurp, yang telah menulis Insect Cookbook, buku resep serangga pertama di Belanda. Bahkan apabila anda menyempatkan diri datang ke Yogyakarta terutama di daerah Gunung Kidul akan dengan mudah anda temukan sajian belalang-belalang goreng siap santap. Sekarang ini juga sudah bisa ditemukan sajian belalang dalam bentuk abon belalang. 

 

 Sumber :

  1. Borror dan R. E. White. 1970. A Field Guide to the Insect. Boston: Houghton Mifflin
  2. Kalshoven, L.G.E., 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ictiar Baru Van Houve. Jakarta.
  3. Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
  4. Valanga nigricornis (Burmeister, 1838). Orthoptera Species File. orthoptera.speciesfile.org. Retrieved 2015-04-06.
  5. http://14.139.223.245/meiman/searchResult.php?ScientificName=9
  6. http://animaldiversity.org/accounts/Valanga_nigricornis/classification/
  7. http://lkcnhm.nus.edu.sg/dna/organisms/details/811
  8. http://4.bp.blogspot.com/
  9. http://fotokita.net/
  10. http://yogyakarta.panduanwisata.id/
About Author
Arif Rudiyanto
Yayasan Kanopi Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2015-07-08
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *