Hari ini, matahari terbit dengan sangat indah. Suananya pun juga sangat mendukung untuk merelaksasikan diri setelah lelah bekerja dihari biasa. Kita bisa relakskan diri dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, salah satunya seperti pengamatan biodiversity disekitar kita. Caranya dengan keluarga dari kamar tidurmu, hirup udara segar dipagi hari, dan dengarkan syahduhnya kicauan burung bernyanyi. Baru kemudian, kita amati satwa-satwa yang terlihat oleh pandangan. Jangan lupa identifikasi, ya!
Hari Sabtu, 17 Februari 2021, merupakan minggu ke delapan kami melakukan "Edukasi Konservasi" bersama sekolah An Nahl. Tak terasa ternyata sudah memasuki penghujungnya. Biodiversity Warriors KEHATI bersama sekolah An Nahl mendata herpetofauna, burung, capung, dan kupu-kupu yang ditemukan. Metode ini biasa disebut juga sebagai metode VES (Visual Encountered Survey) yang umum digunakan oleh kalangan biologi. Pada kegiatan terakhir ini, kami melakukan pengamatan di Hutan Lindung Angke Kapuk. Di kawasan tersebut, kami juga melakukan kegiatan Asian Waterbird Census (AWC). Bisa dibilang, "sekali mendayung, satu-dua pulau terlampaui". Asian Waterbird Census memang biasa dilakukan setiap tahun diawal tahun, namun ditahun ini diperpanjang hingga bulan Februari.
Berikut ini beberapa dokumentasi saat kami berkegiatan:
Berdasarkan pengamatan tersebut, kami menemukan kurang lebih 1 herpetofauna, 22 jenis burung, 2 jenis capung, dan 5 jenis kupu-kupu. Selain itu, kami juga bertemu dengan bajing kelapa. Di sana juga banyak sekali ikan glodok dan kepiting.
Sejak tahun 1987, kegiatan Asian Waterbird Census (AWC) telah dilakukan secara berkala setiap tahun. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu ke-2 dan ke-3 di bulan Januari. AWC merupakan kegiatan pemantauan burung air yang dikoordinasi oleh Wetlands International dan merupakan salah satu kegiatan yang berupaya mengkonservasi burung air dan habitat lahan basah mereka. AWC telah menjangkau lebih dari 5.700 lokasi di 24 negara, dengan keterlibatan ribuan pengamat sukarela dari ke-24 negara tersebut, termasuk INDONESIA (Welands Internasional, 1970).
Berdasarkan pengamatan, kami berjumpa 8 jenis burung air, yaitu: itik benjut (Anas gibberifrons), kuntul kecil (Egretta garzetta), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), blekok sawah (Ardeola speciosa), bambangan (Ixobrychus sp), kokokan laut (Butorides striata), dan bangau bluwok (Mycteria cinerea). Burung air yang ditemui tersebut, hanya pecuk ular asia dan bangau bluwok yang dilindungi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, sedangkan pada CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) hanya bangau bluwok saja yang terdata dan termasuk kedalam Appendix I, artinya semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan hanya dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah. Baik burung pecuk ular asia dan bangau bluwok, kami melihatnya hanya ketika terbang dan cukup jauh terbangnya dari lokasi pengamatan.
Pecuk ular asia merupakan burung air yang berjenis suku sedikit. Hanya ada empat jenis burung pada suku Anhingidae dan tersebar didaerah Neotropis, Afrika, Asia, dan Australia, dimana masing-masing daerah hanya ada satu jenis saja. Burung tersebut memiliki leher yang ramping dan sangat panjang, berbentuk seperti ular, makanya disebut sebagai pecuk ular. Secara umum warna tubuhnya didominasi warna hitam dan terdapat strip putih sepanjang lehernya (MacKinnon et al, 2010).
Bangau bluwok termasuk ke dalam burung air yang yang memiliki ukuran tubuh sangat besar (92 cm) dengan paruh besar, panjang, dan kuat. Selain itu, ia juga memiliki kaki yang panjang, sayap lebar, dan berekor pendek. Bulu tubuhnya didominasi warna putih dengan pinggiran sayapnya berwarna hitam, sedangkan kepalanya berwarna merah jambu-merag tanpa bulu. Burung tersebut biasa ditemui secara berkelompok, baik ketika terbang maulun bertengger (MacKinnon et al, 2010).
Terima kasih sudah mengikuti perkembangan kegiatan "Edukasi Konservasi" bersama sekolah An Nahl. Sampai bertemu dicerita kegiatan lainnya!
Sumber:
Welands Internasional. 1970. Program tahunan penghitungan burung air global Asian Waterbird Census. https://indonesia.wetlands.org/id/acara/program-tahunan-penghitungan-burung-air-global-asian-waterbird-census/. Diakses tanggal 28 Februari 2021.
MacKinnon et al. 2010. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan. Burung Indonesia. Bogor.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.