Anggrek terestrial adalah satu di antara sekian biodiversitas indonesia yang sangat saya sukai. Perkenalan saya dengan anggrek terestrial dimulai pada bulan Juni 2022 di Cupunagara, Subang. Oleh senior KPA Biocita Formica, saya dikenalkan dengan jewel orchid; Macodes javanica dan Nephelaphyllum pulchrum. Daun-nya yang sangat cantik memikat saya dengan segala pesonanya. Semenjak itu, ke hutan manapun saya pergi, mata saya selalu mencari keberadaan anggrek tanah, mendokumentasikan fotonya dan menuliskan ceritanya. Kali ini saya akan menceritakan delapan species anggrek yang pernah saya temui di daerah subang.
Pada bulan Juni 2022, saya menemukan Macodes javanica di Curug Pemandian Tuan yang tumbuh di sekitar bebatuan curug, dengan substrat berupa tanah lembab cenderung basah. Daun hijau membundar telur dengan pertulangan daun membujur perak-putih menjadi ciri khas anggrek ini. Di Bawah cahaya, permukaan daun tampak glowing, seperti bertaburkan glitter.
Memiliki kemiripan dengan Macodes, saya menemukan dua Anoectochilus di tempat berbeda. Pertama, di Bulan September 2022, saya bertemu dengan anggrek ini di lahan miring dengan substrat tanah cenderung kering dan ber-serasah daun pinus. Secara morfologi, daunnya memang tetap berwarna merah muda keunguan dengan dengan serat daun merah muda, namun terlihat kurus, tampak seolah kekurangan nutrisi. Pertemuan kedua, di Bulan Desember 2022, saya bertemu dengan Anoectochilus di daerah lembah dekat dengan sungai deras (anggota biocita menyebutnya daerah Legok Cai). Tumbuh di tanah lembab dengan serasah dedaunan pepohonan angiospermae, Anoectochilus ini memiliki daun membulat telur yang tampak segar dan batang lunak yang tebal. Bulan Januari 2023, kali kedua saya ke Legok Cai, Anoectochilus ini masih di tempat yang sama dengan jumlah daun yang bertambah banyak.
Masih di Legok Cai, bersama sejuknya bulan Januari 2023, saya menemukan anggrek kedua, Plocoglottis plicata. Bila saja anggrek ini tidak berbunga, saya tidak akan menyadari kehadirannya diantara lebatnya herba sekitar sungai. Plocoglottis plicata memiliki perbungaan tandan dengan bunga berwarna keemasan dan berbintik-bintik merah. Daunnya tunggal, lebar, dan berwarna hijau.
Anggrek ke-empat adalah Cryptostylis javanica. Menjadi cerita ke-empat, sebenarnya anggrek ini adalah anggrek terestrial ketiga yang saya jumpai setelah pertemuan pertama saya dengan anggrek terestrial, dan anggrek terestrial pertama yang berhasil saya ketahui keberadaannya tanpa arahan senior saya. Anggrek ini saya jumpai di tepi jalur pendakian Gunung Ipis. Cryptostylis javanica memiliki bunga merah yang unik dan menyerupai laba-laba. Substrat anggrek ini adalah tanah lembab berserasah. Anggrek ini berbunga ketika saya temui di Bulan September 2022 dan telah menjadi buah di bulan Januari 2023.
Masih di sekitar puncak Gunung Ipis pada bulan September 2022, di bawah kanopi pohon saninten (Castanopsis argentea) dan puspa (Schima wallichii), saya menemui Calanthe flava yang sedang berbunga. Anggrek ini memiliki bunga berwarna kuning pucat. Jarak perbungaan dengan daun yang berada di dekat tanah cukup jauh, kira-kira tingginya sekitar 60 cm. Calanthe flava juga pernah saya temui di Gunung Patuha, dekat dengan kawasan wisata Ranca Upas pada bulan Oktober 2022.
Anggrek selanjutnya, dengan upaya identifikasi dan sedikit menebak-nebak, sepertinya saya telah bertemu dengan Goodyera. Pada bulan September 2022, ketika anggrek lainnya sedang berbunga, saya menemukan anggrek ini dalam kondisi tidak berbunga, warna daunnya unik dengan gradasi hijau tua-hijau muda, berserat daun putih, dan berbentuk oval. Hingga saat ini, saya hanya satu kali bertemu dengan anggrek ini, dengan kondisi dua individu tanaman yang terpisah pada jarak yang berdekatan dengan substrat tanah lembab berserasah.
Terakhir, cerita saya tentang anggrek tanah akan saya tutup dengan kisah pertemuan saya yang unik dengan Nervilia plicata. Beruntungnya saya bertemu dengan Nervilia plicata di Bulan September 2022 yang saat itu sedang berbunga. Bunganya berwarna putih, tampak serasi dengan daunnya yang bulat dan bertepi meliuk. Uniknya, anggrek ini saya temui di bawah pohon tumbang yang harus saya lewati dengan cara merayap di bawahnya. Meskipun seharusnya fokus agar tidak tersangkut, saya tetap menyempatkan diri untuk mengamati anggrek mungil ini.
Delapan species anggrek yang saya temui dan saya ceritakan hanyalah segelintir kecil keanekaragaman anggrek di Indonesia. Masih banyak sekali anggrek terestrial yang belum dan sangat ingin saya temui. Cerita dan bukti keindahan dan keragaman sumber hayati Indonesia menjadi pengingat bahwa alam ada untuk kita jaga dan kita lestarikan.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait