Adaptasi Menanam Padi ketika Perubahan Iklim Menghampiri

Sejak 2002 metode pertanian system of rice intensification (SRI) sudah dikenalkan di Indonesia, namun belum banyak yang menerapkan. Padahal metode SRI cocok diterapkan pada lahan dengan curah hujan rendah dan musim kemarau yang lebih panjang dari penghujan. Seperti di provinsi Nusa Tenggara Timur dan daerah-daerah yang mengalami dampak perubahan iklim.

Metode SRI fleksibel, sebab metode bisa diuji, disesuaikan, dan diintegrasikan sesuai dengan kondisi pertanian setiap daerah. Namun terdapat empat prinsip dasar yaitu : menumbuhkan tanaman dengan cepat dan sehat, mengurangi kepadatan tanaman, memperbaiki kondisi tanah melalui bahan organik, serta mengurangi dan mengontrol penggunaan air.

Bila dibandingkan dengan metode konvensional terdapat perbedaan jumlah bibit dan jumlah air yang digunakan untuk persemaian. Cara konvensional menggunakan 5-6 bibit perlubang tanam dengan bibit harus tergenang. Sedangkan pada SRI hanya 1 bibit di tiap lubang dan tanah tidak digenangi, cukup dijaga kelembabannya. Lebih efisien.

Guna mendukung kenyamanan tumbuh dan mengurangi kompetisi hara, jarak tanam juga dibuat lebih lebar 5-10 cm dari konvensional yaitu 25-30 cm. Tetapi ada hal yang harus dicatat, dengan metode SRI gulma akan lebih cepat tumbuh sehingga petani harus rajin menyiangi hingga 3-4 kali tiap masa tanam. Memang ada sedikit kerja ekstra tetapi semua akan terbayar dengan hasil panen. Pada panen pertama hanya sedikit lebih baik dari konvensional, tetapi pada panen kedua jumlah mencapai dua kali lipatnya.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2017/10/22/180700123/kekurangan-air-bukan-hambatan-bertani-di-ntt-ini-rahasianya
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/Rekomtek/19-persiapanpadisawah.pdf
http://sri.ciifad.cornell.edu/aboutsri/methods/index.html http://irri.org/news/hot-topics/system-of-rice-intensification-sr