‘Rumah Adalah Ibu’

‘Rumah Adalah Ibu’
11 July 2016
1275

         Tradisi leluhur etnik Lio Flores Tengah cukup holistic menggambarkan Rumah ibarat Seorang Ibu. Dari sisi arsitektur fondasi hingga atap memiliki sebutan-sebutan untuk beberapa bagian dalam rumah/interrior ibarat tubuh seorang wanita. Sebagaimana manusia memiliki naggota tubuh dengan fungsi dan peranannya demikianpula Rumah memiliki kepala, ada kaki, ada tangan, ada serambi/bilik, ada anusnya, pundak, mata dan lain sebagainya. Salah satu bukti autentik Rumah ibarat tubuh seorang ibu misalnya pada bagian depan rumah adat Suku Lio tentu ditemukan pahatan kayu berbentuk payudara pada sisi bagian kiri dan kanan pintu masuk rumah.

        Kenyataan ini menggambarkan rumah adalah sumber ibu yg menyusui anak-anak dan para penghuninya, payudara juga simbol kesuburan, bahwa dari dan dalam rumah akan tumbuh dan lahir keturunan (ngara liru mera pese Lika momo, Tuka nge Kambu Wonga). Selain kesuburan melalui Pyudara ini menunjukan kesejahteraan (gaga boo kewi ae). Dengan menegaskan rumah adalah ibu, itu berarti dalam rumah peranan lebih besar adalah seorang ibu, tak heran kita kenal ibu rumah tangga (bukan bapa rumah tangga).

       Rumah dalam keyakinan tradisi Leluhur Suku Lio memiliki jantung hati, sebagai Pusat dan denyut jantung kehidupan, jantung dan hati ini direpresentasikan dengan gantungan yang berada di tepat dalam bagian tengah ruangan, terbuat dari tanduk Rusa yang dililiti oleh tali enau, dan tali ini langsung diikat pada bubungan rumah. Pusat dan jantung rumah ini dalam bahasa Lio dikenal Ola Teo. Pusat dan jantung rumah ini adalah salah satu ,tempat persembahan ditakhtakan, entah itu berpa sesajian bagi Tuhan (Dua Gheta Lulu Wula) atau untuk leluhur (dua bapu ata mata) atau untuk alam (tana watu wula leja). Rumah tidak hanya sebagai tempat berlindung dan berteduh, namun rumah juga menjadi sumber dan pangkal ikatan genealogis sebuah klan/Suku, menunjukan keberasalan seseorang/satu keluarga. Misalnya dikenal Sao Rini (rumah Rini), Sao Sokoria (rumah sokoria) , Sao Labo (rumah Lobo) atau Sao Bhisu Koja (rumah Bhisu Koja). Dari nama ini menjelaskan dan menegaskan kesukuan suatu keluarga bahwa sao Rini, juga beraarti orang atau keluarga dari suku Rini, atau Sao Sokoria bahwa meraka berasal dari suku Sokoria.

         Suku Lio mempercayai bahwa kesuksesan dan keberhasilan seseoranga atau sebuah keluarga sangat ditentukan oleh pola relasi, aksi hidup, komunikasi ibu yang mendiami rumah induk (ata ine) dan bapa (ata ema) dalam komunikasinya dengan Tuhan (Dua Gheta Lulu wula Ngga'e Wena Tana; Bapa yang ada di atas langit yang tingi dan ibu yang ada di dalam bumi terdalam ), dgn leluhur (Dua Bapu Ata mata) dengan alam (Tana Watu wula leja), dgn sesama manusia (aji ana, imu sama). Wujud nyata komunikasi ini dalam berbagai bentuk ritual dan persembahan yang memiliki dimensi spiritual, magis dan sakral yang mana dalamnya darah dari hewan korban sebagai harga yang ditebus untuk relasi ini.

            Dalam dan melalui rumah menggambarkan kita dilahirkan dari seorang ibu yg sama (se-ine) dan dari rumah yg sama (se-one). Karena itu yg menghianati ibu berarti telah menodai hidupnya, masa depannya, jiwanya, keluarganya. Jika rumah adalah surga kecil di dunia, maka benarlah jika surga ada di bawah telapak kaki seorang ibu.

About Author
Fernando Watu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related
Article
No items found
2016-07-11
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *