Ekspedisi Pandawa II: Studi Potensi Wisata Dan Analisis Kesiapan Pengembangan Wisata Masyarakat Sekitar Wisata Dewa Dewi Cipiit

Aktivitas Lapangan
Ekspedisi Pandawa II: Studi Potensi Wisata Dan Analisis Kesiapan Pengembangan Wisata Masyarakat Sekitar Wisata Dewa Dewi Cipiit
13 September 2021
Kawasan wisata Situ Dewa Dewi Cipiit yang berlokasi di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ekpedisi Pandawa II dilakukan di kawasan wisata Situ Dewa Dewi Cipiit yang berlokasi di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Situ Dewa Dewi Cipiit ini berada di atas lahan milik Perhutani, tepatnya pada Petak 27K RPH Cikembar, BKPH Cikawung. Luasan lokasi penelitian seluas 2.15 Ha. Penelitian ini diestimasikan berlangsung selama satu bulan, mulai dari tanggal 5 September hingga 5 Oktober 2021.

 

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi di kawasan wisata situ dewa dewi cipiit
2. Menganalisis karakteristik, persepsi, dan motivasi pengunjung wisata situ dewa
dewi cipiit
3. Menganalisis kesiapan masyarakat dalam pengembangan wisata situ dewa
dewi cipiit

 

Kerusakan lingkungan hidup menurut UU No. 32 tahun 2009 adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap perubahan kondisi fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Perubahan lingkungan hidup dapat terjadi dari berbagai sudut, seperti deforestasi, penggalian tambang, perusakan terumbu karang, dan masih banyak perubahan lingkungan yang lainnya. Indonesia telah mengalami degradasi lingkungan dari tahun ke tahun dan terus meningkat. Menurut data dari Greenpeace (2019), sejak tahun 2015 hingga 2018, telah terjadi degradasi hutan seluas 3 juta hektar di indonesia, hal ini tentu membuat semakin meningkatnya laju kerusakan lingkungan.

 

Hal yang bisa dilakukan untuk menghentikan laju kerusakan lingkungan, salah satunya adalah dengan melindungi kawasan yang hendak dieksploitasi menjadi kawasan wisata. Wisata yang dimaksud adalah wisata berkelanjutan, yaitu menurut peraturan menteri pariwisata nomer 14 tahun 2016 tentang pedoman destinasi wisata berkelanjutan, pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan di masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat, serta dapat diaplikaikan di semua jenis wisata. Singkatnya, wisata berkelanjutan tetap dapat mengambil manfaat yang sama seperti pemanfaatan kawasan dengan cara merusaknya. Memasuki era pembangunan seperti ini, industri pariwisata disinyalir menjadi pendorong utama perekonomian yang mengantarkan wisatawan ke pasar dunia (Lestari 2015). Di Indonesia, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 14% pada tahun 2014-2018, lebih tinggi dari tahun 2009 hingga 2013 yang hanya mencapai 9% (BPS 2019). Angka ini menunjukkan bahwa potensi wisata di indonesia sangat menjanjikan.

 

Peningkatan juga terjadi di Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2018-2019, menurut data dari BPS terdapat peningkatan wisatawan mancanegara dari 2 juta menjadi 3 juta wisatawan. Kemudian wisatawan domestik dari 16 juta ke 17 juta pengunjung. Hal ini tentu menjadi potensi besar bagi provinsi jawa barat untuk meningkatkan perekonomian dari aspek wisata.

 

Wisata Situ Dewa Dewi Cipiit merupakan salah satu wisata yang terdapat di Jawa Barat. Wisata Situ Dewa Dewi Cipiit berada di lahan milik perhutani, tepatmya di Kampung Rawaseel, Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. Kawasan seluas 2 hektar ini sudah dilengkapi dengan perahu kayu, tempat berfoto, serta pepohonan pinus yang mengelilingi kawasan. Wisata Situ Dewa Dewi Cipiit ini bersebelahan langsung dengan sebuah kawasan tambang. Hal ini tentu wajar, karena dibawah lahan yang dikelola Perhutani merupakan kawasan Karst. Karst yang ada di kawasan ini menjadi potensi, beriringan dengan Situ Dewa Dewi, Hutan Pinus, dan Puncak pandawa.

 

Kawasan wisata ini terbilang baru tenar, pasalnya berita yang dipublikasikan di website perhutani terkait Situ Dewa Dewi ini pada tahun 2018 menginformsikan bahwa sudah terdapat ratusan orang yang berkunjung pada hari libur sabtu dan minggu. Potensi membludaknya wisatawan tentu dapat terjadi di kawasan ini. Kerusakan kawasan dapat diakibatkan oleh aktivitas wisata yang tidak diatur dengan baik. Terlebih lagi, berdampingannya kawasan tersebut dengan tambang dapat mengancam keberadaan Karst yang ada disana. Kegiatan ekspedisi ini berangkat dari kekhawatiran terhadap rusaknya kawasan tersebut. Agar manfaat ekonomi tetap bisa diambil dari kawasan tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk
membuat perencanaan kawasan wisata berkelanjutan yang meliputi wisata danau, camping ground, wisata gua, jungle trekking, dan yang lainnya.

 

 

 

 

Leave a Reply