Bayangkan Anda berjalan pada malam hari di hutan, tiba-tiba Anda melihat sesuatu bercahaya pada kayu mati, apakah yang terbesit di benak Anda selain kunang-kunang? Fenomena kunang-kunang yang dapat mengeluarkan cahayanya sendiri sudah bukan hal yang asing, tapi tahukah Anda bahwa bukan hanya kunang-kunang yang dapat bercahaya di saat gelap? Spesies lain seperti beberapa jenis jamur juga punya kemampuan yang sama. Kemampuan organisme untuk bersinar di saat gelap ini dinamakan kemampuan bioluminesensi.
Ada beberapa spesies jamur di Indonesia yang termasuk kategori jamur dengan kemampuan bioluminesensi, salah satunya adalah Mycena chlorophos. Salah satu habitat jamur ini berlokasi di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. Masyarakat setempat sering menyebut jamur ini sebagai Supa Lumar. Selain di Indonesia, Mycena chlorophos juga ditemukan di Australia, Brazil, serta di beberapa wilayah Asia lainnya.
Mycena chlorophos mempunyai karakteristik tudung atau cap berwarna putih dengan warna kecoklatan di tengah-tengahnya. Jika dilihat sekilas, tudung jamur terlihat licin dan basah. Jamur ini biasanya tumbuh di batang kayu, ranting atau dahan yang telah mati atau tumbang. Pada siang hari, jamur ini terlihat seperti jamur biasa, namun saat malam hari jamur ini dapat menyala dan mengeluarkan cahaya hijau yang cantik.
Bagaimana proses jamur ini mengeluarkan cahaya? Proses bioluminesensi pada jamur adalah reaksi kimia yang melibatkan molekul yang disebut luciferin dan enzim yang disebut luciferase. Seperti yang dikutip dari artikel Mongabay, Why Bioluminescent Fungi Glow in the Dark, "Bioluminesensi terjadi ketika energi dari reaksi kimia dilepaskan sebagai cahaya. Secara khusus, hal ini terjadi ketika enzim yang dikenal sebagai luciferase mengkatalisis oksidasi molekul organik yang dikenal sebagai luciferin."
Jamur mengeluarkan cahaya bukan tanpa tujuan. Para peneliti berpendapat bahwa salah satu tujuan jamur bercahaya ada kaitannya dengan reproduksi. Sinar yang dihasilkan jamur dapat menarik perhatian serangga untuk mendekat dan dapat membantu jamur menyebarkan sporanya di tempat lain dan terus berkembang biak.
Selain Mycena chlorophos, ada beberapa jamur bercahaya lainnya yang ditemukan di Indonesia, seperti Favolaschia manipularis, Panellus stipticus dan Omphalotus nidiformis. Tidak menutup kemungkinan, penemuan jamur-jamur yang serupa akan bertambah jika eksplorasi dan penelitian tentang keanekaragaman persebaran jamur di Indonesia terus dilakukan, mengingat Indonesia termasuk negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah serta alam yang masih belum banyak dijelajahi.
Referensi:
- The Common Naturalist. (2017). Bioluminescent fungi glow to trick insects. The Common Naturalist. https://commonnaturalist.com/2020/04/13/bioluminescent-fungi-glow-to-take-advantage-of-insects-looking-for-love/
- Our Breathing Planet. (n.d.). Mycena chlorophos. Our Breathing Planet. https://www.ourbreathingplanet.com/mycena-chlorophos/
- Dr. Liz Kimbrough. (2013). Why bioluminescent fungi glow in the dark. Mongabay. https://news.mongabay.com/2013/06/why-bioluminescent-fungi-glow-in-the-dark/
- ScienceDirect. (2023).The ghost fungus Omphalotus nidiformis (Berk.), new to Indonesia, poisoned foragers. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2307410823000512S
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait