Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional: Peran dan Kolaborasi Gen Y dan Z Dalam Melestarikan Keanekaragaman Umbi-Umbian Sebagai Pangan Lokal

Aktivitas, Flora, Ketahanan Pangan, Pangan Lokal, Pertanian, Tumbuhan
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional: Peran dan Kolaborasi Gen Y dan Z Dalam Melestarikan Keanekaragaman Umbi-Umbian Sebagai Pangan Lokal
5 November 2024
94

Lemahnya diversifikasi pangan Mengancam Kelestarian Keanekaragaman Umbi-Umbian

Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, termasuk tanaman pangan lokal yang belum banyak diketahui manfaatnya. Salah satu tanaman lokal yang telah dibudidayakan dan menjadi sumber bahan pangan utama, khususnya masyarakat Indonesia Timur ialah anekaragam spesies umbi-umbian, seperti ubi jalar (Ipomoea batatas), uwi (Dioscorea alata), gembili/ubi kelapa (Dioscorea  esculenta), gadung (Dioscorea hispida), dan spesies umbi lokal lainnya dengan beragam varietasnya. Sejak adanya kebijakan pemerintah yang hanya fokus pada terjaminnya ketersediaan beras menyebabkan banyak masyarakat bergantung hanya pada satu sumber pangan, yaitu beras. Selain mudah diperoleh, beras lebih praktis dimasak. Hanya mengandalkan satu jenis bahan pangan, menyebabkan semakin buruknya diversifikasi pangan. Hal tersebut dapat menimbulkan krisis ketersediaan bahan pangan dan mengganggu ketahanan pangan. Lemahnya diversifikasi pangan dapat menjadi ancaman serius bagi kelestarian anekaragam umbi lokal. Pada Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional ini, kita diingatkan kembali untuk lebih fokus memperhatikan anekaragam umbi lokal sebagai pangan lokal.

 

Manfaat Anekaragam Umbi Lokal dan Urgensinya Untuk Dilestarikan

Ketergantungan hanya pada satu jenis bahan pangan dapat mengganggu ketahanan pangan dan berpotensi mendatangkan berbagai gangguan kesehatan. Selain itu, ketergantungan terhadap satu jenis bahan pangan dapat mengancam hilangnya keberlanjutan anekaragam budaya pangan lokal sebagai warisan kuliner Indonesia. Kondisi demikian, anekaragam umbi lokal dapat menjadi sumber bahan pangan alternatif untuk menjaga ketahanan pangan, menjadi pangan fungsional untuk kesehatan, dan dapat melestarikan anekaragam budaya pangan lokal. Beberapa etnis di Indonesia telah memanfaatkan anekaragam umbi lokal sebagai obat tradisional, seperti uwi/ gembili/gadung (Dioscorea spp.), karena memiliki potensi kesehatan, diantaranya menurunkan kadar glukosa darah, mengendalikan peradangan, mengurangi gangguan metabolik, mencegah hipertensi, kardiovaskular, dan stroke. Umbi gembili (Dioscorea esculenta) dari Jawa dan Sumatra memiliki senyawa bioaktif berfungsi sebagai anti inflamasi, anti diabetes melitus, anti mikroba, antioksidan, anti kesuburan dan anti kanker. Selain untuk pangan dan obat, umbi lokal digunakan sebagai bahan utama acara adat budaya masyarakat di Indonesia. Setiap kegiatan yang berhubungan dengan adat, umbi lokal merupakan syarat mutlak yang harus digunakan, seperti tradisi tiwul di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Perayaan tahun baru (omed-omedan) dan upacara kremasi (ngaben) di Bali, ritual perkawinan, bakar batu, bunuh babi dan tusuk telinga di Papua, ritual sambut tamu di Sulawesi, tradisi makan bersama (Patita) di Maluku, dan berbagai acara adat lainnya. Anekaragam acara adat merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang dapat mengikat keberadaan anekaragam spesies umbi lokal untuk tetap bertahan, begitupun sebaliknya. Berbagai potensi dan peran umbi lokal seolah memberikan sinyal untuk segera melestarikannya secara berkelanjutan untuk menghindari hilangnya sumber genetik di masa akan datang yang berpengaruh terhadap keberlanjutan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Selain itu, potensi anekaragam spesies umbi lokal berkontribusi terhadap 3 poin SDGs, yaitu mengakhiri kelaparan (zero hunger), kesehatan yang baik dan kesejahteraan (good health and well-being), dan menjaga ekosistem darat (life on land).

 

Peran Gen Y dan Z Dalam Pelestarian Keanekaragaman Umbi-Umbian

Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional merupakan sebuah moment penting untuk lebih memperhatikan keanekaragaman hayati asli Indonesia. Moment ini diperingati setiap tahunnya pada tanggal 5 November di Indonesia. Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional pertama kali bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati, khususnya flora (puspa) dan fauna (satwa) lokal asli Indonesia. Pada konteks pelestarian keanekaragaman hayati pada peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional ini, tidak hanya sekedar acara tahunan saja, tetapi juga harus mrnjadi moment penting untuk dapat memastikan keberlanjutan kelestarian flora dan fauna lokal. Untuk dapat memastikan keberlanjutan kelestarian anekaragam umbi lokal, penting untuk melibatkan generasi penerus sesuai dengan life style pada zamannya agar dapat bertahan, relevan, dan berkelanjutan di masa depan. Gaya hidup generasi muda saat ini,  cenderung dinamis, dan adaptif teknologi. Generasi Y atau milenial dan Generasi Z merupakan generasi yang dimaksud untuk dilibatkan.

Gen Y dan Z dalam konteks pelestarian keanekaragaman flora dan fauna lokal, memiliki peran penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman spesies umbi lokal sebagai pangan lokal yang memiliki nutrisi dan nilai budaya. Kesadaran dan kreativitas yang diwujudkan dengan tindakan nyata dari gen Y dan Z sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian anekaragam umbi lokal dan menjaga kekayaan anekaragam budaya pangan lokal. Peran kedua generasi tersebut memiliki potensi yang sangat penting untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman umbi lokal sebagai pangan lokal yang sudah ada sejak lama.

 

Potensi Kolaborasi gen Y dan Z Untuk Melestarikan Keanekaragaman Umbi-umbian

Generasi Y dan Z, dikenal karakteristiknya yang unik dan adaptif dengan teknologi. Untuk mengintegrasikan potensi gen Y dan Z dapat dilakukan kolaborasi. Kolaborasi gen Y dan Z diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan umbi lokal sebagai pangan lokal yang fungsional, sehingga penting dikonsumsi untuk mendukung kesehatan dan ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Gen Y tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kemudahan akses berbagai informasi, termasuk isu perubahan iklim, kerusakan lingkungan, pertanian berkelanjutan yang memberikan dampak terhadap kelestarian anekaragam umbi lokal. Rasa peduli yang  tinggi terhadap isu lingkungan dimiliki Gen Y. Mereka cenderung memilih produk lokal dan memiliki inisiatif terhadap tindakan konservasi dan keberlanjutannya. Pada Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional ini, diingatkan kembali khususnya generasi Y yang memiliki peran penting untuk menyebarkan berbagai informasi mengenai anekaragam umbi lokal sebagai pangan lokal dan potensinya untuk kesehatan dengan memanfaatkan platform digital untuk memetakan keberadaan umbi lokal di Indonesia. Berbekal pengalaman profesional, gen Y dapat membuat aplikasi atau konten digital untuk mempromosikan berbagai spesies umbi lokal dan potensinya sebagai pangan lokal yang fungsional, dan menghubungkan petani lokal dengan konsumen, sehingga masyarakat lebih mudah untuk mengakses umbi lokal.

Sementara itu, Gen Z merupakan generasi yang lebih kritis dan aktif memperjuangkan isu-isu sosial. Mereka menyadari terjadinya krisis pangan dan perubahan iklim berdampak terhadap kelestarian anekaragam hayati, seperti umbi lokal. Gen Z dapat menjadi agen perubahan untuk mempromosikan anekaragam umbi lokal sebagai pangan lokal melalui berbagai media sosial, seperti Instagram, youtube, TikTok, dan media lainnya yang sedang trend saat ini. Gen Z juga dapat membuat program kampanye dan konten kreatif, termasuk membuat hastag di media sosial untuk mengenalkan anekaragam umbi lokal. Selain beraksi di media sosial, gen Z juga dapat berpartisipasi langsung, seperti membuat program penanaman, dan eksplorasi inovasi produk pangan dari umbi di komunitas mereka.

Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional dapat menjadi ajang bagi Gen Y dan Z untuk mengajak masyarakat terlibat dalam aksi nyata. Melalui kolaborasi gen Y dan Z dapat menciptakan gebrakan inovasi untuk melestarikan anekaragam umbi lokal sebagai pangan lokal yang lebih efektif. Dalam rangka memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, sudah saatnya Gen Y dan Z berkolaborasi untuk mewujudkan aksi nyata dan menjadi pelopor gerakan pelestarian anekaragam umbi lokal sebagai pangan lokal.

Tentang Penulis
Muhamad Nikmatullah, M.Si.
Peneliti Muda BRIN

Mahasiswa Doktoral (S-3) Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, IPB University

Syarat dan ketentuan

  1. Memuat hanya topik terkait keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup
  2. Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter
  3. Tidak plagiat
  4. Tulisan belum pernah dimuat di media dan situs lain
  5. Mencantumkan nama, jabatan, dan organisasi
  6. Melampirkan foto diri dan biografi singkat
  7. Melampirkan foto pendukung (jika ada)
  8. Mengirimkan tulisan ke [email protected]
  9. Jika akan dimuat dimuat, pihak admin akan menghubungi penulis untuk menginformasikan tanggal pemuatan

Tinggalkan Balasan

Tinggalkan Balasan