penyair

Kematian Dukun

Seorang dukun sedang merapal jampi, sambil melihat catatan pada gulungan kertas yang menguning; sebuah sastra lisan yang diwariskan turun-temurun. Sementara pasien memegang gusi dan berharap sakit giginya hilang dengan satu kali tiupan dan rapalan jampi-jampi. Namun, eksistensi seorang dukun sudah kalah dengan jarum suntik dan pil. Bagaimana praktek pengobatan tradisional perlahan menghilang, bahkan di dalam Kematian Dukun

Ketika Kota Palembang Tidak Lagi Menghasilkan Ensiklopedi Bagi Penyair, Jutaan Ensiklopedi Tentang Lahan Basah di Sungai Musi Masih Belum Tercatat.

Seperti apa bau air pasang yang merendam bunga-bunga padi di sawah yang banjir? Atau bantal kapuk yang lupa diangkat terjemur di tiang-tiang bambu yang bersusun. Apakah masih tersisa embun pagi musim kemarau, yang menempel di dinding rumah kayu yang basah dan kemudian kering diserap matahari. Sementara rumah-rumah panggung sudah berganti dengan rumah beton, dan embun Ketika Kota Palembang Tidak Lagi Menghasilkan Ensiklopedi Bagi Penyair, Jutaan Ensiklopedi Tentang Lahan Basah di Sungai Musi Masih Belum Tercatat.

Lahan Basah, Sastra dan Peran Pembaca

Membicarakan lahan basah tentu tidak lepas dari orang-orang yang membicarakannya, baik melalui artikel, seminar lingkungan, maupun puisi dan prosa—yang paling penting bagaimana kita dapat hadir di dalamnya. Dengan membaca sudut pandang lahan basah dari sudut penulis, dari sudut puisi, dari sudut tokoh dalam prosa. Semua itu akan mengalami penerimaan ketika kita mengosongkan pikiran kita sejenak, Lahan Basah, Sastra dan Peran Pembaca