Keanekaragaman hayati

BUKAN SEKADAR POHON: MANGROVE SEBAGAI RUMAH SAKIT BIODIVERSITAS PESISIR

Ada aroma khas yang hanya bisa ditemukan di perbatasan antara daratan dan lautan. Aroma tersebut bukanlah bau garam yang tajam seperti di pantai berpasir putih, melainkan aroma yang lebih berat dan pekat. Ini adalah aroma lumpur basah, sebuah komposisi dari dedaunan busuk, air payau, dan kehidupan mikroskopis yang sedang bekerja keras. Bagi sebagian orang, aroma BUKAN SEKADAR POHON: MANGROVE SEBAGAI RUMAH SAKIT BIODIVERSITAS PESISIR

Jerat Ekstraktif dan Deforestasi Sawit Di Sumatera

  Sumatera, sebagai salah satu paru-paru tropis dunia, kini menghadapi krisis multidimensi yang berakar pada praktik ekonomi ekstraktif. Model pembangunan yang memprioritaskan komoditas kelapa sawit di atas keberlanjutan ekologis telah menghasilkan sebuah keniscayaan bencana. Tragedi berulang berupa banjir bandang dan longsor lumpur adalah manifestasi paling brutal dari kegagalan tata kelola lahan yang sistemik. Lumpuhnya Sumatera Jerat Ekstraktif dan Deforestasi Sawit Di Sumatera

Bambu: Penjaga Lanskap dan Pilar Komunalitas Masyarakat Ngada

Pulau kecil disebelah utara Pulau Timor ini menyajikan ekosistem yang beragam dari hutan dataran rendah sedang, hutan tropika kering, savana dan mangrove yang menjadi benteng lautan. Bambu yang bergerombol hijau pada lahan kering menjadi pemandangan ketika pesawat akan mendarat di Bandar Udara Soa Bajawa. Pintu gerbang menjelajahi wilayah kaya tradisi berbingkai kekayaan alam yang memukau. Bambu: Penjaga Lanskap dan Pilar Komunalitas Masyarakat Ngada

Saninten, Permata Hutan yang Kian Terlupakan

Lereng pegunungan Jawa Barat hingga kawasan kaki Gunung Slamet dahulu menjadi habitat alami pohon Saninten (Castanopsis argentea) yang berdiri kokoh dengan tajuknya yang rimbun. Saninten memiliki daun yang tebal dan berwarna hijau keperakan serta buah menyerupai kastanye (chesnut) yang merupakan kerabat dekatnya dalam famili Fagaceae. Buah Saninten menjadi sumber pakan bagi berbagai satwa liar seperti Saninten, Permata Hutan yang Kian Terlupakan

Pseudagrion nigrofasciatum | Capung-Jarum Jawa

Pseudagrion nigrofasciatum, atau Capung-Jarum Jawa, adalah spesies capung jarum (damselfly) dari genus Pseudagrion, famili Coenagrionidae. Ini endemik di Indonesia, khususnya Jawa, dan sering ditemukan di habitat air tawar seperti rawa, kolam, sungai

Ideopsis juventa | Grey Glassy Tiger

Ideopsis juventa biasanya terbang pada elevasi rendah di antara semak berbunga dengan perlahan. Mulai beraktivitas pada siang hari dengan menghisap cairan nektar bunga-bunga diantaranya bunga tembelekan (Lantana camara). Sedangkan ketika sore hari dan pagi hari kupu-kupu ini akan berlindung diantara dedaunan. Ulat dari I. juventa biasanya memakan beberapa tanaman seperti sirih (Piper betle), cabe jawa Ideopsis juventa | Grey Glassy Tiger

Merawat Cinta Yang Tak Bertepi

Menurut kajian para ahli geologi, sekitar 300 juta tahun lalu daratan di Bumi masih berupa satu benua yang dinamakan Pangea. Benua tersebut dikelilingi oleh satu samudra besar Panthalasa. Pangea kemudian terpecah menjadi dua benua besar yakni Laurasia (di utara) dan Gondwana (di selatan) pada kisaran waktu 200 juta tahun lalu. Benua inilah yang kemudian terpecah Merawat Cinta Yang Tak Bertepi

Apakah Indonesia Masih Layak Disebut Negara Megabiodiversitas?

Perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) pada tiap tanggal 5 November dapat menjadi sebuah momentum untuk kembali menengok siapa diri kita, sebagai bangsa pewaris kekayaan hayati yang luar biasa. Namun, di balik gegap gempita kampanye cinta alam, seiring hilangnya hutan, terjadinya krisis iklim, dan tingginya tekanan pembangunan, muncul pertanyaan reflektif: masihkah Indonesia layak Apakah Indonesia Masih Layak Disebut Negara Megabiodiversitas?

Aularches miliaris | Belalang Setan

Belalang setan adalah belalang berwarna-warni yang termasuk ke dalam famili Pyrgomorphidae yang dapat ditemukan di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Warna-warna pada badannya memberikan peringatan untuk menjauhkan diri dari predator dan mempertahankan diri jika diganggu dengan mengeluarkan busa beracun

Chelonia mydas | Penyu hijau

Chelonia mydas atau Penyu Hijau memiliki perisai berbentuk hati dengan tepi yang rata, mampu hidup berukuran maksimal sekitar 200 kilogram. Chelonia mydas biasa menetas pada bulan Maret hingga Mei dengan total 43 hari menuju penetasan. Upaya konservasi Penyu Hijau yang telah dilakukan mulai menunjukkan keberhasilan, karena pada Oktober silam jenis ini naik statusnya dari Terancam Chelonia mydas | Penyu hijau