Waingapu, 14 November 2025 — Upaya mewujudkan ketahanan dan konsumsi pangan bergizi di Kabupaten Sumba Timur menghadapi tantangan besar mulai dari berkurangnya keragaman pangan lokal, perubahan iklim, kesuburan tanah yang terus menurun, hingga terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang ragam sumber pangan bergizi dan praktik pertanian berkelanjutan. Melihat kondisi tersebut, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bersama Yayasan KOPPESDA dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) melaksanakan program penguatan ketahanan pangan melalui pengembangan model percontohan berbasis pangan lokal.
Program bertajuk “Pengembangan Model Ketahanan dan Konsumsi Pangan Bergizi serta Berkelanjutan di Kabupaten Sumba Timur” ini dilaksanakan pada dua kelompok masyarakat, yakni Kelompok Ora Et Labora di Desa Luku Kamaru dan Kelompok Himbu Luri di Desa Tandulajangga, dengan total 58 anggota. Program difokuskan pada edukasi penganekaragaman pangan lokal B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, Aman), perubahan iklim, pertanian lahan kering berkelanjutan, pelatihan olahan pangan lokal, pengembangan hortikultura, pembuatan pupuk organik, serta penguatan lumbung pangan kelompok.
Sebagai bagian dari program, dilakukan pula Survey Indeks Kedaulatan Pangan (IKP) dan Kajian Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk memetakan kondisi sumber daya alam, produksi, pola konsumsi, tata kelola pangan desa, serta tantangan dan peluang dalam peningkatan ketahanan pangan di dua desa tersebut.
Untuk menyebarluaskan hasil kajian tersebut dan memperkuat kolaborasi lintas pihak, KEHATI, KOPPESDA, dan KRKP menyelenggarakan Semiloka Diseminasi Hasil IKP dan PRA di Aula Akademi Keperawatan Waingapu pada 14 November 2025.
Kolaborasi Antarpihak Menjadi Kunci
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur, Nico Pandarangga, mengapresiasi kegiatan ini dan menegaskan bahwa ketahanan pangan tidak dapat diwujudkan hanya oleh pemerintah, tetapi membutuhkan keterlibatan seluruh pihak mulai dari akademisi, organisasi masyarakat sipil, pemerintah desa, kelompok masyarakat, hingga petani muda.
Wakil Direktur Yayasan KEHATI, Gita Gemilang, menyampaikan bahwa program ini merupakan model percontohan yang hasilnya diharapkan dapat direplikasi ke wilayah lain. Sementara itu, Deni Karanggulimu dari Yayasan KOPPESDA menekankan bahwa forum ini menjadi ruang bersama untuk merumuskan solusi dan rekomendasi yang dapat dijalankan secara kolaboratif.
Paparan Narasumber
Semiloka menghadirkan beragam narasumber dari unsur program, pemerintah daerah, akademisi, hingga organisasi masyarakat sipil, yang memaparkan gambaran capaian implementasi program, hasil kajian PRA, hasil survey IKP, fondisi ketahanan pangan daerah dan arah kebijakan pemerintah, rencana strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, kebijakan prioritas ketahanan pangan Desa 2026
Acara ini turut dihadiri oleh akademisi UNKRISWINA, media lokal, CSO, perwakilan pemerintah desa, BP3K Kecamatan Kota Waingapu dan Nggoa, kelompok dampingan, serta mahasiswa.
Rekomendasi Penting dari Forum Semiloka
Forum menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis untuk memperkuat ketahanan pangan di Sumba Timur, di antaranya:
- Penguatan riset dan pemuliaan benih pangan lokal
- Revitalisasi lumbung pangan dan sistem benih lokal
- Edukasi pangan bergizi berbasis pangan lokal
- Pengembangan produk pangan lokal bernilai ekonomi
- Optimalisasi Dana Desa 20% untuk ketahanan pangan dan gizi
- Penguatan kearifan lokal dalam sistem pertanian dan pengolahan pangan
- Penyusunan Regulasi/Perdes terkait sistem pangan lokal
- Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi
- Penyebarluasan informasi pangan lokal melalui media
Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah daerah, desa, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil dalam memperkuat ketahanan pangan berbasis potensi lokal.
Terkait