Jakarta, KEHATI— Biodiversity Warriors-Yayasan KEHATI akan menyelenggarakan capture nature (capnature) atau geledah keanekaragaman hayati secara serentak di delapan kota di Indonesia, 22 Mei 2018. Dalam kegiatan ini, para anggota komunitas Biodiversity Warriors dan warga di masing-masing kota bersama-sama turun ke lokasi pengamatan untuk mengenal, mendata, mendokumentasikan, dan memopulerkan keanekaragaman hayati di kotanya.
Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya Yayasan KEHATI, Fardila Astari, Selasa (22/5), delapan kota yang akan berpartisipasi dalam kegiatan geledah ragam hayati tersebut antara lain: Jakarta, Bogor, Tarakan, Samarinda, Pontianak, Lampung, Kuningan, dan Padang. Pelaksanaan di masing-masing kota diinisiasi dan diselenggarakan oleh para anggota Biodiversity Warriors di kota-kota tersebut.
“Selain sebagai peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Mei, kegiatan ini dilaksanakan untuk membangun awareness masyarakat terhada ragam hayati Indonesia yang sangat kaya,” ujar Fardila.
Dengan awareness yang baik, lanjut dia, nantinya masyarakat menjadi tergerak untuk turut melestarikan keanekaragaman hayati di sekitarnya. Selain itu, capnature serentak ini juga sebagai upaya membangun citizen scientist di Indonesia, serta mempromosikan kegiatan Biodiversity Warriors kepada masyarakat.
Biodiversity Warriors merupakan gerakan anak-anak muda yang diinisasi oleh Yayasan KEHATI untuk melakukan perubahan dengan menjadi ksatria penyelamat dan penjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. Mereka didorong untuk memopulerkan keanekaragaman hayati di Indonesia, baik dari sisi keunikan, manfaat, serta pelestariannya.
Saat ini, sudah terdaftar sebanyak 1.879 anggota Biodiversity Warriors yang tersebar dari seluruh Indonesia. Mereka berusia antara 16-30 tahun. Melalui jejaring sosial, para Biodiversity Warriors dapat bertukar informasi tentang keanekaragaman hayati, baik dari sisi keunikan, manfaat, dan statusnya (langka atau dilindungi, dan lain-lain) atau keistimewaannya. Informasi itu dapat berupa artikel, foto, video, atau katalog populer kehati yang dikirimkan melalui website biodiversitywarriors.org.
“Pada tahun 2018 ini, target Biodiversity Warriors adalah merekrut 200 anggota lagi, sehingga pada akhir tahun dapat berjumlah 2.000 anggota,” imbuh Fardila.
Dari hasil kegiatan capture nature yang telah dijalankan dalam tiga tahun terakhir, anak-anak muda tersebut telah menghasilkan 2.678 jurnal dan 4.510 katalog tentang keanekaragaman hayati Indonesia. Katalog-katalog tersebut dapat dimanfaatkan siswa sekolah, mahasiswa, dan para pecinta ragam hayati di Indonesia, untuk lebih mengenal biodiversitas di sekitarnya.
Geledah dan Kontes Foto
Untuk kegiatan capnature di Kota Jakarta, akan dipusatkan di Taman Menteng, Jakarta Pusat. Kegiatan akan dimulai pukul 13.00 dan berlangsung hingga pukul 17.00, dengan meeting point di Rumah Kaca Taman Menteng.
Koordinator Capnature Biodiversity Warriors, Ahmad Baihaqi, mengatakan, Taman Menteng dipilih menjadi untuk area capnature karena kawasan ini merupakan hutan kota di Tengah Kota Jakarta yang memiliki fungsi penting bagi kelangsungan keanekaragaman hayati kota yang tersisa. Diperkirakan ada banyak spesies yang bergantung dengan hutan kota ini, yang sebagian besar belum diketahui oleh publik.
“Selain selain anggota Biodiversity Warriors, capnature di Taman Menteng juga akan diikuti oleh Biological Bird Club (BBC) Ardea Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS), Komunitas Pegiat Lingkungan Jakarta, serta masyarakat umum,” lanjut Baihaqi.
Selain capnature, kegiatan di Taman Menteng juga diisi dengan Kontes Foto Hidupan Liar. Untuk pemenang pertama disediakan hadiah uang sebesar Rp 1.000.000, pemenang kedua Rp 750.000, dan pemenang ketiga Rp 500.000.
Lebih jauh Baihaqi menjelaskan, saat ini, DKI Jakarta hanya memiliki sekitar 9 persen ruang terbuka hijau dari total luas wilayahnya. Padahal, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, jelas menegaskan, sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau setidaknya seluas 30 persen.
Luasan sebesar 30 persen dari total wilayah itu adalah syarat minimum untuk menjamin keseimbangan ekosistem sebuah kota. Termasuk di dalamnya, keseimbangan sistem hidrologi yang berkaitan erat dengan banjir dan peningkatan ketersediaan udara bersih.
“Melihat kondisi tersebut, Jakarta sebenarnya masih jauh dari ideal ideal,” kata Baihaqi.
Dengan mengadakan capture nature, sambung Baihaqi, keanekaragaman hayati yang masih tersimpan di Taman Menteng dapat terungkap, tergali, dan dikenali kembali oleh warga. Harapannya, ke depan, hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang ke taman tersebut dan hutan-hutan kota lainnya serta memanfaatkannya secara positif.
“Selain itu, hal tersebut juga bisa menjadi pengingat bagi pemerintah untuk dapat menambah luasan ruang terbuka hijau,” tandasnya.
Terkait