Asian Waterbird Census 2019 di Sisa Hutan Lindung Ibu Kota

Siaran Pers
Asian Waterbird Census 2019 di Sisa Hutan Lindung Ibu Kota
15 Agustus 2020
1268

Jakarta-Gerakan anak muda Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI melakukan kegiatan Asian Waterbird Census 2019 di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta (19/1). Kegiatan yang melibatkan pemerhati burung dari berbagai universitas ini bertujuan mendata jenis dan jumlah burung air yang ada di kawasan hutan lindung tersebut.

 

Tahun 2019 merupakan kegiatan keempat yang dilakukan oleh Biodiveristy Warriors di tempat yang sama. Kegiatan sensus secara berkala ini merupakan hal penting, karena burung air merupakan indikator keseimbangan ekosistem lahan basah; menyediakan makan, tempat istirahat, tempat bertengger spesies karismatik ini.

 

“Tujuan kami mendukung kegiatan Asian Waterbird Census 2019, selain ingin terlibat dengan pelestarian burung air, kami ingin memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Indonesia, terutama generasi muda tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan mahluk hidup yang terdapat didalamnya, tutur Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos.

 

Hutan Lindung Angke Kapuk memiliki luas 44,67 ha. Hutan lindung dengan luas yang tergolong kecil ini terletak di wilayah pesisir, yakni kawasan peralihan antara daratan dan lautan di bagian utara DKI Jakarta, yang memanjang dari muara sungai Angke di bagian timur sampai perbatasan DKI Jakarta dengan Banten di bagian barat (Santoso, 2002). Kondisi ini menjadikan Hutan Lindung Angke Kapuk berperan penting dalam menjaga stabilitas kawasan di sekitarnya, termasuk keberadaan burung air.

 

Pada tahun 2016, Biodiversity Warriors berhasil mendata 18 jenis burung air yang berada di kawasan tersebut  yaitu burung kokokan laut (Butorides striatus), cangak abu (Ardea cinerea), pecuk-padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) dan beberapa jenis burung air lainnya. “Tujuan lain diadakannya kegiatan Asian Waterbird Census 2019 di hutan lindung Angke Kapuk yaitu untuk mengonfirmasi apakah kawasan tersebut masih menarik bagi burung air untuk menetap maupun singgah,” jelas Riki.

 

Berdasarkan pengamatan terakhir, burung air yang berada di sepanjang Kali Angke harus beradaptasi dengan kondisi alamnya yang kian rusak dan tidak terawat. Sisa-sisa sampah yang dibuang dari aktivitas manusia di Kali Angke menjadikan ekosistem yang berada di bawah air tidak lagi menjadi tempat yang baik ikan yang menjadi makanan burung air. Kegiatan ini diharapkan bisa mendorong Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat untuk memberi perhatian lebih terhadap penanganan sampah di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk.

 

Selain pengamatan, Asian waterbird census menawarkan kegiatan yang menyenangkan bagi para peserta. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan konservasi memiliki potensi wisata yang baik jika ditindaklanjuti dengan serius. Nantinya, hasil kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan KEHATI  akan dilaporkan kepada beberapa pemangku kepentingan seperti Pemprov DKI Jakarta, KLHK, dan Wetland Internasional Indonesia sebagai koordinator nasional untuk sensus burung air di Indonesia.

Tinggalkan Balasan