SIRPU (Observasi, Rekam, dan Pelajari Burung Urban)

Satwa
SIRPU (Observasi, Rekam, dan Pelajari Burung Urban)
Mitra: Ngalam Rungokno
27 August 2025

Lokasi: Hutan Kota Malabar, Kota Malang
Jumlah: 13 Jenis Burung

photovoice.

Program SIRPU dibagi menjadi tiga fase:
1. Fase 1: Workshop Bioakustik (Jumat, 25 April 2025 di SMAN 4 Malang)
• Diikuti oleh 27 peserta (21 siswa, 1 guru pendamping, 5 fasilitator).
• Berisi pretest, kuis interaktif, materi pengenalan burung urban dan bioakustik, permainan “Which Urban Bird Are You”, dan pemaparan teknik birdwatching serta penggunaan alat pendukung.
2. Fase 2: Eksplorasi Lapang dan Pemasangan Alat Bioakustik (Jumat, 2 Mei 2025 di Hutan Kota Malabar, Kota Malang)
• Diikuti oleh 39 peserta (22 siswa, 7 guru pendamping, 10 fasilitator).
• Melakukan pengamatan burung dan lingkungan, diskusi temuan lapang, kuis interaktif, dan demonstrasi pemasangan alat rekam bioakustik. Beberapa spesies burung seperti Walet Linchi, Cekakak Sungai, dan Caladi Ulam, serta kupu-kupu Papilio memnon dan Graphium agamemnon berhasil diidentifikasi.
3. Fase 3: FGD (Focus Group Discussion) (Jumat, 16 Mei 2025 di Lab. Biologi SMAN 4 Malang)
• Diikuti oleh 21 peserta siswa SMAN 4 Malang.
• Sesi refleksi melalui diskusi kelompok dan presentasi kreatif tentang Burung Urban, Peran Burung Urban, Ancaman, dan Aksi Konservasi.
• Menghasilkan rencana aksi konservasi dari peserta, seperti pengamatan rutin burung, penanaman pohon, dan pengurangan sampah plastik.
Kajian dari ketiga fase menunjukkan:
• Materi edukasi meliputi pemahaman burung urban, isu konservasi, serta teknik bioakustik dan birdwatching.
• Metode pengajaran (workshop, eksplorasi lapangan, diskusi reflektif) efektif meningkatkan pemahaman.
• Pendekatan partisipatif dan interaktif meningkatkan pengetahuan dan kepedulian siswa.
Hambatan yang dihadapi:
• Keterbatasan waktu pelaksanaan, terutama di fase eksplorasi lapangan.
• Tantangan penggunaan alat rekam suara dan binokular bagi peserta.
• Cuaca yang tidak menentu.
Dukungan yang diterima:
• Dukungan penuh dari pihak sekolah (fasilitas, pelibatan siswa dan guru).
• Antusiasme dan partisipasi tinggi dari peserta.
• Kerja sama tim yang solid antara penyelenggara, guru, fasilitator, dan peserta.
Dampak program:
• Kognitif: Peserta memahami pentingnya suara burung sebagai indikator ekologi dan teknik observasi/perekaman.
• Afektif: Meningkatnya empati dan kepedulian terhadap satwa dan habitat.
• Psikomotorik: Siswa mempraktikkan penggunaan alat bioakustik dan menyusun narasi konservasi.
• Sosial: Terbentuknya jejaring antara siswa, guru, dan komunitas konservasi.
Perubahan substansi dari rencana awal:
• Jumlah peserta berkurang dari target 60 menjadi 22 karena kegiatan internal sekolah.
• Lokasi Outing Class dialihkan dari Pasar Burung Splendid ke Hutan Kota Malabar untuk observasi yang lebih alami.
• Kegiatan pameran karya siswa diganti dengan Focus Group Discussion karena kendala teknis (waktu dan alat dokumentasi).
Pembelajaran (Lesson Learned):
• Fleksibilitas dalam perencanaan sangat penting.
• Kegiatan lapangan lebih efektif di lokasi alami.
• Keterbatasan teknis peserta perlu diantisipasi dengan pendekatan alternatif.
• Pendekatan partisipatif berhasil membangun keterlibatan peserta.
Rekomendasi untuk program serupa di masa mendatang:
• Perkuat koordinasi awal dengan pihak sekolah.
• Pertimbangkan aspek ekologis, keamanan, dan kenyamanan lokasi kegiatan lapangan sejak awal.
• Sesuaikan output kegiatan agar fleksibel dan kontekstual.
• Sediakan buffer anggaran 5-10%.
• Kembangkan pelatihan singkat penggunaan alat dokumentasi bagi peserta.

 

Categories: