Kembalikan Rasa Kepedulian Terhadap Lingkungan untuk Kelestarian Harimau Sumatera dari Usia Dini

Aktivitas, Kehutanan, Satwa
Kembalikan Rasa Kepedulian Terhadap Lingkungan untuk Kelestarian Harimau Sumatera dari Usia Dini
29 Juli 2023
939

Beberapa waktu terakhir, terdapat momen-momen pilu dalam pelestarian harimau sumatera. Bagaimana tidak, tersiar kabar harimau telah masuk ke pemukiman warga, bahkan ada pula yang memakan ternak warga. Kabar-kabar ini menyebabkan ketakutan dan keresahan bagi masyarakat sekitar hutan dan tak dapat dipungkiri bahwa hal ini memupuk momok negatif terhadap kemunculan harimau sumatera di desa sekitar hutan. Tidak jarang pula terdengar kabar harimau yang mati terkena jerat, meskipun ada yang berhasil di selamatkan namun ada pula yang mati setelah dilepasliarkan. Fenomena keluarnya harimau dari hutan dapat dipicu akibat kondisi habitatnya yang sudah tidak memungkinkan lagi sebagai tempat mencari makan atau pun tempat tinggal. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan mitra-mitranya untuk meredakan konflik antara manusia dengan harimau sumatera. Namun keberhasilan penyelamatan harimau sumatera tidak terlepas dari campur tangan masyarakat, terutama masyarakat yang hidup berdampingan langsung dengan harimau sumatera. Kolaborasi berbagai pihak dalam upaya pelestarian harimau sumatera perlu dijalin dengan baik, jika tidak, maka dalam beberapa waktu kedepan harimau sumatera hanya akan tinggal nama.

 

Hutan seolah menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat yang tinggal di tepi hutan. Penulis menduga, mayoritas masyarakat di daerah marginal belum paham mengenai batas kawasan hutan dan aktivitas yang tidak diperbolehkan di dalamnya. Sebagai contoh, ada satu desa di Kabupaten Agam yang terletak dekat hutan dengan aksesibilitas yang sangat minim pembangunan. Sebagai akibatnya, mau tidak mau masyarakat akan beraktivitas di dalam hutan untuk mencari penghidupan. Pendidikan konservasi dapat menjadi media untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. Pada dasarnya, dengan memberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga lingkungan kepada generasi muda, secara perlahan mereka dibimbing untuk memahami dampak kebiasaan buruk yang telah menjadi budaya di masyarakat. Kabanyakan masyarakat masih mengganggap wajar untuk menebang kayu dalam kawasan hutan, dan melakukan perburuan babi, kijang, rusa maupun satwa lainnya dari dalam hutan. Apabila tidak dibekali pemahaman yang tepat, anak-anak yang tinggal di sekitar hutan akan tumbuh dewasa dengan pemahaman yang sama, melakukan kekeliruan yang sama dan terus menurunkan hal ini ke generasi-generasi berikutnya. Jika dibiarkan, maka lingkungan akan semakin rusak dan semakin sulit untuk memulihkannya. Oleh karena itu diperlukan upaya menumbuhkan kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga lingkungan agar dapat berperan sebagai generasi penggerak untuk menularkan budaya positif dalam masyarakat yang lebih luas.

 

Pengalaman dekat dengan alam yang diterima pada usia dini merupakan faktor terpenting dalam pengembangan kecintaan terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian tersebut, bisa dimulai dari generasi muda yang sedang aktif dalam mengembangkan diri yaitu siswa/i Sekolah Dasar (SD). Mengenalkan harimau sumatera sebagai spesies kunci yang dapat hidup berdampingan dengan manusia, diharapkan akan menghasilkan perubahan sikap yang positif bagi masyarakat yang menghuni daerah yang dekat dengan habitat harimau.

 

Dalam rangka memperingati hari harimau sedunia tahun 2022 ini, Yayasan SINTAS Indonesia, bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Forum Harimau Kita (FHK), dan Tiger Heart (TH) Padang mencoba menarik minat siswa/i SD di Kabupaten Agam yang tinggal di daerah yang berbatasan langsung dengan hutan untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengenalkan pentingnya harimau sumatera di alam. Menurut data BKSDA Sumatera Barat, Kabupaten Agam tercatat sebagai daerah yang memiliki intensitas pejumpaan harimau sumatera yang cukup tinggi, sehingga catatan konflik antara manusia dengan harimau sumatera di Kabupaten Agam merupakan yang tertinggi di Sumatera Barat. Masyarakat di Kabupaten Agam sudah terbiasa dengan keberadaan harimau sumatera karena lokasi pemukiman yang berbatasan langsung dengan hutan, dan menyebut harimau sumatera dengan sebutan “inyiak balang” yang artinya yang dihormati, disegani, dan dituakan. Sehingga masyarakat di sini tidak ada yang berani mengganggu keberadaan harimau sumatera.

Kegiatan ini dikemas dalam bentuk Visit School dengan tema “Basamo Mengenal Inyiak Balang” dimulai dari pengenalan harimau sumatera (presentasi dan peragaan dengan maskot), pemberian buku dengan judul “Mari Mengenal Harimau Sumatera”, buku saku mitigasi konflik manusia dengan harimau sumatera “Hiduik Badakekan Jo Inyiak Balang”, pembagian infografis tentang harimau sumatera dan merchandise yang bergambarkan harimau sumatera. Anak-anak diajak mengenal harimau sumatera sambil bermain sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan rasa keingintahuan, semangat, dan kesadaran agar peduli terhadap lingkungan dan kelestarian harimau sumatera. Antusiasme dari siswa/i ini diharapkan bisa tertularkan ke masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan Visit School ini diharapkan bisa mendukung pelestarian harimau sumatera yang selalu disemarakkan dalam peringatan hari harimau sedunia setiap tanggal 29 Juli setiap tahunnya.

Kegiatan Visit School tidak hanya menarik minat para siswa/i, namun juga guru-guru dan para orangtua yang menemani anak-anaknya di sekolah. Selama ini, siswa/i SD hanya memahami harimau sumatera sebagai satwa yang ganas, menakutkan dan merugikan apabila memasuki pemukiman, karena dapat memakan ternak hingga menyerang manusia. Perspektif inilah yang perlu diubah, agar para siswa/i tidak lagi menganggap harimau sumatera sebagai satwa yang harus dibasmi namun harus dijaga kelestariannya. Selain itu, pemahaman untuk menjaga hutan dan tidak memburu satwa mangsanya juga perlu ditanamkan. Agar harimau sumatera tetap berada di dalam hutan, maka kelestarian habitat dan kelimpahan satwa mangsanya juga perlu dijaga. Penulis berharap kurikulum pendidikan lingkungan dapat dikembangkan dan diterapkan untuk seluruh tingkatan pendidikan. Sehingga kepedulian siswa/i terhadap lingkungan semakin terpupuk dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh para siswa/i di lingkungan tempat tinggalnya.

Tentang Penulis
Vika Widya Wati
Database Officer

Yayasan SINTAS Indonesia

Syarat dan ketentuan

  1. Memuat hanya topik terkait keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup
  2. Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter
  3. Tidak plagiat
  4. Tulisan belum pernah dimuat di media dan situs lain
  5. Mencantumkan nama, jabatan, dan organisasi
  6. Melampirkan foto diri dan biografi singkat
  7. Melampirkan foto pendukung (jika ada)
  8. Mengirimkan tulisan ke [email protected]
  9. Jika akan dimuat dimuat, pihak admin akan menghubungi penulis untuk menginformasikan tanggal pemuatan

Tinggalkan Balasan

Tinggalkan Balasan