






Vachellia nilotica di Taman Nasional Baluran: Dari Harapan Menjadi Ancaman
Taman Nasional Baluran, yang dikenal sebagai “Little Africa” di ujung timur Pulau Jawa, menyimpan keindahan savana tropis yang langka di Indonesia. Namun, salah satu ancaman tersembunyi bagi ekosistem savana Baluran datang bukan dari perburuan atau kebakaran, melainkan dari spesies tumbuhan invasif bernama Acacia nilotica.
Pohon berduri ini awalnya diperkenalkan ke Baluran pada tahun 1969 sebagai bagian dari program penghijauan. Dengan ketahanannya terhadap kekeringan dan kemampuannya tumbuh cepat, Acacia nilotica dianggap solusi untuk merehabilitasi lahan terbuka. Sayangnya, keberadaan pohon ini justru menimbulkan masalah serius bagi ekosistem savana.
Alih-alih memperbaiki lingkungan, Acacia nilotica berkembang agresif dan mengambil alih ruang tumbuh vegetasi asli, termasuk rumput-rumput penting seperti Heteropogon contortus yang menjadi pakan utama bagi banteng, rusa, dan herbivora lainnya. Pohon ini membentuk tegakan rapat yang sulit ditembus, mengurangi luas padang rumput, dan mengganggu jalur jelajah satwa liar.
Lebih dari itu, Acacia nilotica memiliki kemampuan alelopatik—yakni melepaskan senyawa kimia dari akar atau daunnya yang menghambat pertumbuhan tanaman lain. Ini menyebabkan keanekaragaman hayati tumbuhan asli menurun drastis di area yang telah dikuasainya.
Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, termasuk pemotongan, pembakaran, dan penarikan akar. Namun, pengendalian Acacia nilotica memerlukan strategi jangka panjang yang terintegrasi dan melibatkan pendekatan ekologis serta kebijakan pengelolaan yang adaptif.
Kisah Acacia nilotica di Baluran menjadi pengingat penting bahwa introduksi spesies asing tanpa kajian ekologi yang matang bisa berujung bencana lingkungan. Rehabilitasi kawasan konservasi tidak hanya soal “menghijaukan kembali,” tetapi juga memastikan bahwa tindakan kita tidak mengganggu keseimbangan alam yang telah ada.
