pagi itu, embun -embun pun masih enggan menjatuhkan dirinya, sebelum percikan firman-Nya berhasil menelisik celah-celah pepohonan lereng gunung itu.
langkah gontai sedikit remang-remang, aku pun terus melangkah bersama kawan, walau sedikit melelahkan.
jarum jam sudah diangka 9, tapi bunyi endemik khas hutan pun masih bersahutan seolah menjawab dengan pasti bahwa aku lah yang kau cari wahai manusia…
aku bukan pemburu, yang lalu, dan bukan karena cemburu dengan pemburu tapi aku yang sedang berburu dan mau bersahabat dengan mu wahai alam.
dibalik rimbunnya hutan,aku pun disapa olehnya (si anggrek hutan), dan belum tahu ID-nya, karena ketidak tahuan aku dengan mu seisi alam, maka aku akan terus bersahabat denganmu.
ijinkan aku terus menyapamu dari hati ke hati untuk keanekaragaman hayati.
dan elang bido remaja pun terbang, menghirup harum semerbak yang kau hembuskan wahai anggrek hutan.
salam pembelajar
dari hati kehati untuk keanekaragaman hayati.