Satwa
wiwik kelabu ( mitos burung penjemput kematian )
13 Februari 2016
3016
Orang-orang tua di Banyumas mengenal burung ini dengan nama Sirkedasih, manuke wong mati (Ind: Burungnya orang meninggal). Pikul..pikul, begitu menurut orang Banyumas suara si Sirkedasih jika ada orang yang meninggal atau akan meninggal. Dikenal sebagai burung misterius karena cukup sulit ditemukan batang hidungnya dan hanya dikenal dari suaranya. Bahkan kemisteriusan tersebut bertambah disebabkan seringkali burung ini bernyanyi justru pada saat subuh, magrib, bahkan tengah malam walaupun sering juga kita dapat mendengar suaranya saat menjelang siang atau siang hari dari arah rapatnya rerimbunan pohon di pekarangan di desa-desa Banyumas. Sirkedasih atau Wiwik kelabu, nama latinnya Cacomantis merulinus terdengar bersuara khas melengking menyayat hati: kiiiiiik..kiiiik..kiiik..kiik kikkikikikikkik, atau kadang kiiiiik kukiiik…kiiiik kukiiik…kiiik kukiiik..
Keseluruhannya burung ini sekilas berwarna abu-abu saja, namun sebenarnya punggungnya berwarna coklat kehitaman dan perut serta ekor berwarna kemerahan sawo matang, ekor bergaris-garis putih. Iris mata berwarna merah dengan paruh kehitaman. Ukuran tubuh tidak terlalu besar, sekitar 21cm. Dengan tampilan seperti ini memang Wiwik kelabu cukup sulit dikenali dibalik rimbunnya dedaunan ditambah lagi dengan sifat pemalunya, dia sanggup bertahan lama untuk diam tak bergerak di satu tempat walau sesekali sambil bersuara melengking. Dalam pengamatan terlihat seringkali burung ini dikejar-kejar oleh gerombolan burung kecil seperti madu sriganti, cinenen, prenjak, bahkan yang agak besar seperti merbah cerukcuk. Hal ini ternyata dikarenakan Wiwik kelabu adalah burung parasit, yang oleh sebab malas membuat sarang sendiri, malah meletakkan telurnya di sarang burung lain dan dengan keterlaluan seringkali membuang telur burung si pemilik sarang. Wah, semakin misterius saja ya perilaku si Wiwik ini.
Di waktu-waktu kemarin, segala kemisteriusan dan cerita seram Wiwik kelabu ini justru membawa berkah bagi yang bersangkutan. Dia menjadi jarang ditangkap karena bukan termasuk burung peliharaan, dan juga tidak diburu karena sulit bertemu. Semua kenyataan tersebut seharusnya memberi keuntungan bagi keberlangsungan populasinya di alam liar. Akan tetapi kini ternyata hal tersebut tidaklah berlaku lagi, karena hobi menembak dengan senapan angin semakin menggila di kalangan anak muda di Banyumas. Mereka tidaklah pilih-pilih sasaran tembak, mahluk apa pun yang hidup di pohon akan mereka jadikan sasaran tembak, sungguh-sungguh hobi yang sangat memprihatinkan.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
2016-06-16