Salah satu contoh Taman Hutan Raya di Indonesia adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder, yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di wilayah Desa Bunder Kecamatan Patuk dan Desa Gading Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahura Bunder awalnya merupakan bagian dari Hutan Produksi, namun berubah fungsi menjadi Hutan Konservasi sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 353/Menhut-II/2004 yang mengatur perubahan fungsi Kawasan Hutan Bunder petak 11, 15, 20, 21, dan Banaran Petak 19, 22, 23, 24 dengan luas sekitar ± 634,1 hektar. Potensi sumber daya hutan yang ada di Tahura Bunder sangatlah beragam ditambah merupakan hutan berstatus konservasi.
Kegiatan geotagging merupakan sebuah proses penambahan data pada GPS yang dapat berupa informasi latitude dan longitude dalam sebuah gambar digital. Dengan adanya fitur geotagging, lokasi pengambilan gambar dapat dengan mudah untuk diketahui. Dalam pemanfaatan fitur geotagging ini digunakan smartphone dan juga software tag camera yaitu Conota. Hal ini berguna dalam mengetahui dimana posisi suatu sumber daya hutan terlebih dalam luasan hutan yang luas diperlukan suatu bantuan alat/sistem canggih.
Dalam kegiatan ini, kelompok kami melakukan geotagging terkait beberapa kegiatan pengambilan data dan pengamatan terkait beberapa hal seperti apa saja macam jasa lingkungan yang ditemukan di Tahura Bunder, macam-macam vegetasi di sempadan Sungai Oyo dalam kawasan tahura Bunder, Jenis Tanaman Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis) di Tahura Bunder, Potensi Bahaya di Sekitar Sungai Oyo Blok Pemanfaatan Tahura Bunder, dan Evaluasi Persen Tumbuh Asam Jawa (Tamarindus indica) Pada Blok Perlindungan di petak 20 dan 21 Tahura Bunder.
Untuk jasa lingkungan di Tahura Bunder sebagian besar bisa dirasakan di petak 19 diantaranya seperti Perlindungan keanekaragaman hayati Tahura Bunder merupakan kawasan konservasi yang mana tentunya biodiversitas yang ada di dalamnya dijaga dan dilindungi oleh peraturan dan regulasi tertentu. Sehingga kelestarian flora dan fauna di dalam kawasan tahura juga ikut terjaga. Banyak sekali jenis tumbuhan dan satwa baik mamalia, herpetofauna, hingga berbagai jenis burung ditemukan di sini. Kemudian penyerapan karbon karena letak dari Tahura Bunder sendiri yang berada di pinggiran jalan Nasional yaitu Jalan Raya Jogja-Wonosari yang mana kondisi jalan di sana sangat ramai dan sibuk juga sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan juga bis. Sehingga adanya Tahura Bunder ini membantu penyaringan polutan yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Frekuensi kendaraan yang melintas di Jalan Raya Jogja-Wonosari sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan polusi suara/kebisingan yang juga berdampak pada kesehatan manusia karena kendaraan selain menghasilkan asap buangan juga menghasilkan bunyi seperti bunyi knalpot, klakson, mesin, dan lain-lain. Keberadaan vegetasi berperan dalam menjaga lingkungan khususnya peredam bunyi yang baik. dengan adanya Tahura Bunder dengan barisan vegetasi di sepanjang tepi jalan raya tersebut membuat polusi suara di sekitar kawasan tersebut dapat diredam. Kawasan Tahura Bunder memiliki banyak sekali vegetasi yang tersebar di seluruh kawasan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi iklim mikro yang ada di kawasan Tahura Bunder sendiri. Beberapa potensi jasa lingkungan di atas tentunya memberikan keuntungan bagi Tahura Bunder untuk mengembangkan potensi wisata alam yang ada di dalam kawasan. Biasanya para pengunjung yang mengunjungi Tahura Bunder adalah wisatawan dengan minat khusus yaitu wisatawan yang memiliki ketertarikan menikmati pesona alam baik dari segi keindahan/estetika ataupun sekedar menikmati suasana alam yang nyaman dan sejuk untuk menenangkan pikiran. Tahura Bunder terdapat beberapa beberapa atraksi wisata seperti kandang rusa, tempat bermain, gardu pandang, dan lain-lain.
Pengambilan data yang lain meliputi aktivitas pengambilan data berupa nama jenis lokal dan nama ilmiah dari vegetasi di sekitaran Sungai Oyo. Penentuan lokasi pengambilan pengamatan berada di koridor sungai oyo yang berada di dalam kawasan Tahura Bunder berikut merupakan hasil tanaman yang didapatkan di koridor sungai Oyo, diantaranya terdapat kayu manis (Cinnamomum verum), asam londo (Tamarindus indica), jati (Tectona grandis), gamal (Gliricidia sepium), mahoni (Swietenia macrophylla), jabon (Anthocephalus cadamba), kedawung (Parkia timoriana), ketapang (Terminalia catappa), flamboyan (Delonix regia) sonokeling (Dalbergia latifolia) dan kayu putih (Melaleuca leucadendra). Terdapat juga tanaman bawah atau semak lainnya seperti rumput teki (Cyperus Rotundus), rumput kolonjono (Brachiaria mutica), marasi (Curculigo latifolia), rumput israel (Asystasia gangetica), jotang kuda (Synedrella nodiflora) dan pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis). Selain itu juga terdapat tanam lain seperti bambu-bambuan seperti bambu ampel (Bambusa vulgaris), pisang (Musa paradisiaca), serta lamtoro (Leucaena leucocephala). Selain itu, kami juga mengidentifikasi beberapa jenis tanaman yang sekiranya dapat dijadikan pakan rusa yang terdapa di sekitar Sungai Oyo juga, jenis tanaman yang dapat diberikan dan sudah dilakukan penelitian yaitu rumput kolonjono (Brachiaria mutica), lamtoro (Leucaena leucocephala), gamal (Gliricidia sepium) dan beringin (Ficus benjamina).
Selain itu, kami juga mengamati potensi bahaya di sekitaran Sungai Oyo Tahura Bunder, karena sungai tersebut nantinya akan dijadikan suatu kawasan wisata air. Potensi bahaya yang terdapat di kawasan wisata air tahura bunder berupa potensi fisik yaitu bahaya palung sungai (Level risiko tinggi), potensi bahaya banjir (Level risiko rendah), dan potensi bahaya arus deras (Level risiko sedang), sedangkan potensi bahaya biologi data didapatkan berupa potensi bahaya satwa liar yaitu ular ataupun biawak (level risiko rendah), dan potensi bahaya pohon tumbang (Level risiko rendah).
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode purposive sampling (penarikan petak ukur disengaja) menggunakan plot persegi berukuran 20×20 m. Adapun data yang diambil dibatasi pada spesies tanaman asam jawa (Tamarindus indica) yang ditanam pada tahun 2023 di blok perlindungan petak 20 dan 21 dengan luas total ±18 hektar. Adanya faktor lingkungan seperti fisiologi lahan, keadaan tumbuhan bawah, kondisi tanah, dan gangguan tanaman serta faktor alam atau musim. Rata-rata persen tumbuh pada kelima plot tersebut adalah 50%. Terdapat gangguan tanaman berupa liana yang melilit tanaman. Adapun beberapa tanaman lain ditemukan mengalami defisiensi hara seperti daun tanaman berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Selain itu, tanaman juga banyak ditemukan mengalami mati pucuk. Sehingga diperoleh nilai rata-rata persentase tanaman sehat di kelima plot sebesar 55,9% yang menunjukkan kondisi kesehatan tanaman yang kurang baik. Nilai rata-rata tinggi tiap plot tersebut diperoleh yaitu kurang lebih 51,3 cm. Nilai rata-rata ini termasuk cukup baik dibandingkan tanaman serbaguna lainnya yang diteliti oleh Nawir (2008). Rata-rata tinggi tanaman dalam penelitian tersebut memiliki rata-rata tinggi sebanyak 51 cm.
Senang sekali rasanya kami bisa berkunjung di Tahura Bunder melihat-lihat bagaimana kondisi di sana serta tak lupa ucapan terima kasih juga kami berikan ke pengelola Tahura Bunder atas kesempatan yang diberikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Biodiversity Warriors KEHATI yang telah membantu menyukseskan kegiatan kami dalam mengambil beberapa data pengamatan di Taman Hutan Raya Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait