Cokelat itu sehat dan menyimpan banyak manfaat. Tetapi ada hal yang harus digaris bawahi, yaitu makan dalam porsi yang cukup dan tidak berlebih. Dalam seminggu sekitar 19-60 gram cokelat adalah jumlah yang cukup bagi tubuh. Jumlah ini bisa mengurangi resiko penyakit jantung dan meningkatkan fungsi kognitif otak. Bahkan terdapat penelitian menarik tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara konsumsi perkapita cokelat suatu negara dengan jumlah peraih penghargaan nobel.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Franz H. Messerli dan telah diterbitkan dalam jurnal The New England Journal of Medicine. Ia menunjukkan, bahwa penerima penghargaan nobel berasal dari negara yang minimal penduduknya mengkonsumsi coklat sekitar 2 kg pertahun. Swiss sebagai rumah penerima nobel terbanyak (>30 orang) memiliki konsumsi coklat perkapita sekitar 12 kg. Bisa dibilang tiap orang makan sekitar 1 kg cokelat tiap bulan. Semakin tinggi konsumsi perkapita suatu negara maka semakin banyak pula penerima nobel.
Baca juga: Suka Cokelat? Kenali Perbedaan Kakao Java Criollo dan Forastero
Kondisi ini dikaitkan dengan manfaat cokelat terhadap fungsi kognitif. Apa itu fungsi kognitif? Adalah kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Prosesnya bisa melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa.
Lalu bagaimana dengan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar coklat? Indonesia memang produsen ketiga di dunia. Sayangnya, konsumsi kitalah yang masih rendah. Setiap tahunnya penduduk Indonesia hanya mengkonsumsi cokelat sekitar 500 gram saja. Berbeda jauh dengan negara-negara rumah para peraih nobel. Tidak inginkah kita menyusul?
Sumber: Livescience, Biostat, Republika, Tribun, Telegraph
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait